PSKQ Modern, 25 Mei 2015 |
Ia adalah al-Syaikh Jamal al-Din Yaqut al-Musta’shimi al-Thawasyi al-Baghdadi (wafat 698 H/1298 M). Dalam riwayat lain ia disebutkan bernama lengkap Abu Durr Amin al-Din Yaqut al-Musta’shimi ibn Abd Allah yang memiliki julukan Jamaluddin dengan panggilan Abu durr atau Abu al-Majid. Ia adalah seorang kepala perpustakaan al-Mustansyiriyah di Baghdad. |
Menurut
Encyclopedia of Arabic Civilization, Yaqut keturunan suatu keluarga
Yunani dari Amasia (Turki Utara) yang dijual sebagai budak ke Baghdad.
Ia kemudian dimerdekakan oleh Khalifah al-Musta’shim Billah (1242-1258
M), khalifah terakhir Dinasti Abbasiyah. Sang khalifah menambahkan
“al-Musta’shimi” pada namanya. Sang khalifah memerintahkan agar ia
dilatih dalam bidang sastra dan seni menulis indah. Oleh karenanya
disamping ia seorang kaligrafer yang kedudukannya setara dengan Ibnu
Muqlah dan Ibnu Bawwab ia juga dikenal sebagai seorang penyair dan
sastrawan. Ia telah telah menyusun sejumlah buku dan menunjukkan
ketekunan yang luar biasa sebagai ahli kaligrafi khalifah. Ketekunannya
ini amat tersohor sehingga konon ia telah menulis Al-Qur’an 1001 kali,
ungkapan itu dimaksudkan untuk mengatakan bahwa ia telah banyak menulis.
Muridnya sangat banyak dan tulisannya dinamai yaquti yang
mengikut namanya dan dipakai sebagai patokan untuk waktu yang lama.
Tulisannya memeiliki kemiripan dengan tulisanm Ibnu bawwab yaitu pada
khat Naskhi yang khas. Ia hidup selama beberapa tahun setelah penaklukan
kota Baghdad dan pembunuhan khalifah (1258), wafat di Baghdad tahun
1298. Beberapa tulisannya disimpan di Kairo, Istanbul dan Paris,
termasuk dua buah Al-Qur’an yang komplit. Tulisannya dianggap mengandung
beberapa kesamaan dengan naskhi Persia berikutnya yang agak kaku, dan
mungkin merupakan transisi untuk tipe itu.
Yaqut mengembangkan metode baru dalam sistem penulisan huruf Arab, disamping menciptakan gaya tulisan baru (yaquti).
Gaya ini dipandang mengungguli semua gaya. Dalam tata cara penulisan,
Yaqut memelopori penulisan dengan potongan bambu miring yang memberikan
efek kelembutan dan keindahan lebih sempurna. Lewat kejeniusannya, gaya
Tsulusi berkembang menjadi bentuk ornamental, kaya dengan variasi
hiasan. Prestasi luar biasa Yaqut memungkinkannya menjadi penuntun
kaligrafer setelahnya, terutama para kaligrafer Turki Usmani seperti
Hamdullah al-Amasi, Hafidz Usman dan Mustafa Raqim. Mereka menyebut
Yaqut sebagai Qiblah al-Kuttab (kiblatnya para kaligrafer) atau dalam istilah Inggrisnya Model of the Calligrapher. Yaqut terkenal dengan falsafahnya tentang kaligrafi: Al-Khaththu handasatun ruhaniyyatun dhaharat bi alatin jusmaaniyyatin (Kaligrafi adalah geometri spiritual yang diekspresikan melalui alat kebendaan).
Pada
masa Yaqut, perkembangan kaligrafi sempat terhenti oleh jatuhnya
Baghdad di bawah pasukan tentara Mongol pimpinan Hulagu khan. Namun
dalam waktu kurang dari setengah abad, perkembangan itu pulih kembali,
berkat kegigihan kaum muslimin saat itu dan dukungan pemerintahan bekas
jajahan bergelar Khan II (penguasa suku yang segera memeluk Islam).
(Dari berbagai sumber)
No comments: