Slider[Style1]

PSKQ dalam Liputan

Style2

Style3[OneLeft]

Style3[OneRight]

Style4

Style5

Style6

Style7

Style8

Style9

MUI (MAJLIS UANG INDONESAH) DI NEGERI ANTAH BERANTAH

Assiry gombal mukiuo, 30 Juni 2015

Fatwa MUI ( Majlis Uang Indonesah) dinegeri antah berantah memang ada benarnya, tapi salahnya lebih banyak dari benarnya. Fatwa MUI menjadi budaya "kelirulogi". Benarnya agar pemerintah ini memperbaiki, yaitu ada akad yang jelas dan tidak ada denda dan perbaikan dalam pelayananannya.Tapi salahnya seperti tidak ada kerjaan lain saja, hanya bikin fatwa haram.

Saya dalam hal ini tidak sedang membicarakan MUI di negeri tetangga kita Indonesia. Karena yang pasti MUI disana lebih bijak dalam berfatwa dan tidak suka "mengumbar fatwa".

Tetapi yang saya maksudkan disini adalah MUI atau Majlis Uang Indonesah di negeri kita yakni negeri antah berantah, Negeri yang bagai surga untuk soal mendesah dan korupsi sah.

Menurut saya, Majlis Uang Indonesah ini seperti melempar mercon di tengah kerumunan. Ini salah satu langkah yang keliru meskipun kita tidak perlu mencari yang benar dan menunjuk siapa yang salah. Tapi mari mencari apa dan bagaimana langkah yang bijak. Karena langkah yang diambil MUI untuk berfatwa sangat tidak bijaksana. MUI memang berhak mengeluarkan fatwa, tetapi perlu juga diingat bahwa di negeri Antah berantah ini adalah negara yang majemuk. Indonesah tidak bisa disamakan seperti negara-negara di Timur Tengah yang homogen, yang bisa membuat fatwa mengikat seluruh warga negara.

Tapi di sini ada NU, MUI, Muhammadiyah, dan bahkan kelompok-kelompok Islam yang kecil yang lain, yang kadang-kadang tidak sesuai atau sepakat dengan fatwa MUI tersebut juga ada agama -agama lain yang tentu "nggeguyu" (red: menertawakan) persoalan -persoalan kecil bangsa yang mestinya bisa diselesaikan dengan "mereka" berembug dan duduk bersama dengan Pemerintah negeri antah berantah jika memang dari awal BPJS kesehatan ini dianggap riba dan semacamnya. Ndak ada angin ndak ada hujan tiba -tiba mak dor " BPJS haram !".

MUI ini seperti anak sekolah yang habis "diplonco" oleh sistem OSPEK Pemerintah dengan tidak lagi mendapatkan kucuran dana dari pemerintah Indonesah kemudian "ngambek" lantas mengeluarkan jurus Dewa Mabuk lalu mengeluarkan ajian yang kita sebut sebagai "FATWA" gendeng.

Apalagi MUI di negeri kita Antah Berantah ini mengusulkan kepada pemerintah adalah sistem BPJS Syariah. Saya sendiri sangat yakin "ainu al yaqin" perubahan dari BPJS konvensional ke BPJS Syariah tidak akan mengubah apa pun.

"Sekarang ini muncul istilah-istilah yang lebih syariah atau yang Islami. Ini lagi-lagi persoalan label. Jadi seperti bank, ada yang konvensional ada yang syariah. Tapi praktiknya sama, hanya istilah-istilahnya saja yang berbeda.

Contoh tentang nama Bank Syariah yang ada sekarang banyak dipakai untuk kepentingan ekonomis saja. Logikanya, jika orang pindah agama dari islam menjadi Kristen atau sebaliknya, ia sudah tidak menjalankan agama yang terdahulu.

Nah, di Indonesia ini tidak. Bank tertentu membuka system konvensional, lalu kemudian membuka bank syariah dan menjalankannya secara bersama-sama. Bukan system konvensional ditinggal ganti syariah tapi tujuannya justru memperluas segmen pasar ini kan 'pe-ndobol-an publik'.

Besok -besok kalau pengelola bank ditanya malaikat Munkar dan Nakir, kenapa namanya Bank syariah tetapi tetap ada ribanya?” terus para pegawai Bank itu menjawab “Kami kan hanya menulis syariah (berarti jalan) di belakang nama bank, bukan Syariat Islam. Jadi yang salah si nasabah dong bukan pengelola Bank" terus Malaikatnya "bengong". Ujar Cak Nun.

Mestinya MUI maupun pemerintah Negeri antah berantah untuk segera mengambil tindakan demi menenangkan masyarakat. Jika gonjang-ganjing masalah BPJS kesehatan ini dibiarkan bebas bergulir, maka akan muncul rasa antipati masyarakat kepada MUI itu sendiri.

Otoritas MUI sebagai pemegang fatwa akan menjadi tidak berarti. Saya khawatir masyarakat menjadi tidak peduli. Haram pun akan dia lakukan karena tidak percaya dengan fatwa. Karena ada situasi dan kondisi yang lebih penting bagi orang-orang miskin terutama agar bisa mendapatkan "pelayanan kesehatan" bukan soal halal atau haramnya yang diributkan.

Sudah kita ketahui bersama bahwa MUI atau Majlis Uang Indonesah ini sudah berkali -kali berpolemik dan menyulut perpecahan ummat karena seringnya mengobral fatwa. Semoga juga fatwa Haram yang "diagendakan" MUI bukan karena "ngambek" dan melakukan langkah pembenaran dengan Fatwa tersebut. Yah ini bisa jadi perlu diperhatikan barangkali ada sebab ada juga akibat karena Pemerintah Negeri antah berantah sudah tidak lagi memberi aliran dana semenjak 2015 ini. Entahlah....Namanya juga Negeri Antah berantah.

Hasil Karya Para Khatat di MTQ Nasional Ambon, Tahun 2012

Berikut ini adalah foto karya pemenang lomba MKQ (Musabaqah Khattil Qur'an) tingkat Nasional di Ambon, Tahun 2012 :

1. Cabang Naskah (Putra)
Juara I (Banten) - Riefqi Nasrullah (PSKQ Modern)
 Juara II (Sumbar)
 Juara III (-)

2. Cabang Naskah (Putri)
Juara I (DKI)
 Juara II (Papua)
 Juara III (Banten)

3. Cabang Hiasan Mushaf (Putra)
Juara I (DKI)
 Juara II (-)
 
Juara III (Jambi)

4. Cabang Hiasan Mushaf (Putri)
Juara I (-)
Juara II (-)
Juara III (-)
5. Cabang Dekorasi (Putra)
Juara I (Jatim)
 Juara II (Banten)
 
Juara III (Maluku)
6. Cabang Dekorasi (Putri)
Juara I (Maluku)
 Juara II (Banten)
 Juara III (-)

Dari Pesantren, Assiry Mengail Rezeki di Masjid - KONTAN

 KONTAN, 08 Juli 2015


Memiliki bakat dalam bidang seni membawa Muhammad Assiry Jasiri menjadi pengusaha ukir kayu kaligrafi. Sejak kecil bakatnya ini ditempa di pesantren di Kudus. Kini, jasanya banyak dicari untuk interior masjid dan properti lainnya.

Tidak semua orang mempunyai bakat dalam bidang seni seperti yang dimiliki Muhammad Assiry Jasiri, asal Kudus, Jawa Tengah ini. Sejak kecil sudah terlihat kegemarannya dalam bidang seni gambar terutama kaligrafi. Bakatnya ini kian terasah dalam pelajaran ekstra kaligrafi yang diselenggarakan di pesantren tempatnya menuntut ilmu. Sejumlah guru pembimbingnya adalah orang-orang yang pernah menjuarai lomba kaligrafi nasional tahun 1985 dan tahun 1994, yakni Nur Aufa Siddiq dan Nur Syukron.

Selama menuntut ilmu di Pesantren Kudus, Assiry sempat meraih juara pertama lomba kaligrafi tingkat Provinsi Jawa Tengah di tahun 1999 ketika dia masih berusia 21 tahun. Di tempat ini dia juga banyak belajar tentang seni ornamen Timur Tengah.

Sekitar tiga tahun dia menghabiskan waktu mengenyam pendidikan di pesantren tersebut. "Selain belajar mengkaji Al-Qur'an dan ilmu-ilmu soal Islam, di tempat ini santri diajarkan keahlian seni yang bernafaskan religius, seperti desain, kaligrafi, membuat kubah dan desain masjid," ucap Assiry kepada KONTAN.

Pria ini juga sempat hijrah ke Jakarta dan belajar ilmu seni rupa kepada kakak kandungnya, Rosid. Pelajaran ini memperkaya pengetahuan dan ilmunya.

Dari bekal mengasah bakat yang tertempa di pesantren serta berguru pada kakaknya sendiri, akhirnya Assiry memutuskan untuk membuka usaha di Kota Kudus pada tahun 2000. Dia menawarkan jasa pahat desain berbau Timur Tengah dengan media kayu untuk atap-atap masjid atau properti lainnya.

Konsep ukiran Timur Tengah memang terkenal dengan kesannya yang mewah, sehingga banyak juga pemilik rumah yang menginginkan ukiran kayu sebagai penghias interior ruangan. Setelah berjalan lima tahun, konsumennya kini sudah tersebar dari berbagai kota di Indonesia, seperti Jabodetabek, Kalimantan, Palembang hingga Papua. "Pernah juga kami mendapat pesanan dari Singapura dan Malaysia," katanya.
Lewat CV Assiry Art milinya, dalam sebulan rata-rata Assiry bisa mengerjakan ukiran kayu untuk lima buah masjid. Harga jasa pahat atap dia banderol mulai dari Rp 350.000 per meter. Ukuran paling kecil biasanya kubah berukuran 5 meter (m) x 5 m.

Dia bilang, untuk proyek pengerjaan hiasan ukir kaligrafi satu masjid kecil bisa menghasilkan omzet hingga Rp 90 juta. Sementara untuk proyek pengerjaan masjid besar, membutuhkan kubah dengan total diameter hingga ratusan meter. Sehingga, tidak heran omzet yang bisa dia raih bisa mencapai ratusan juta rupiah hingga miliaran rupiah dalam sebulan.

Pengerjaan proyek yang datang biasanya dilakukan oleh tim. Kini Assiry sudah memiliki total karyawan sekitar 200 orang. Selain kaligrafi dinding masjid, kaligrafi kanvas juga dia kerjakan, selain juga lukisan realis di kanvas.

Untuk pemasaran dan promosi, Assiry memiliki toko online bernama assirykaligrafi.com, selain lewat toko pertamanya yang dia buka di Kudus. Saat ini dia sudah memiliki empat buah toko offline yang biasanya digunakan untuk tempat konsultasi desain bagi para konsumennya. Setahun terakhir, dia baru saja membuka toko offline terbaru yang berlokasi di Tangerang Selatan.            

VIDEO: INDONESIA BAGUS NET, MEMBINGKAI KEBANGGAAN DARI KUDUS - SEPUTAR KUDUS



SEPUTAR KUDUS, 13 Juli 2015


SEPUTARKUDUS.COM - Mengupas Kudus Kota Kretek memang tak akan ada habisnya. Sebuah tayangan Documantary Net dalam acara Indonesia Bagus, merupakan yang terbaru. Acara tersebut membingkai sisik melik keindahan wujud dan nilai dalam sorot kamera. Tak salah, jika acara tersebut memberi judul tayangan "Kebanggaan dari Kudus". Karena memang bagi warganya, Kudus selalu menjadi kebanggaan.

Acara itu dinarasikan perempuan asli Kudus dan pernah memenangi Gadis Hijab di eks Karesidenan Pati, Anik Zulma Zulfa (Zuma). Mahasiswi di Universitas Muria Kudus (UMK) itu mengajak pemirsanya melihat sudut-sudut indah Kota Kretek dalam video berdurasi 23.54 menit. Tayangan tersebut diunggah di Youtube 5 Juli 2015 lalu.

Tayangan tersebut dimulai Zuma yang menonton kirab Dandangan di Alun-alun Simpang Tujuh. Dandangan merupakan tradisi menyambut bulan Ramadan yang telah ada sejak ratusan tahun lampau. Hingga saat ini tradisi tersebut masih dilestarikan, bahkan sejak beberapa tahun terakhir dimeriahkan dengan kirab budaya di pusat kota saat ini. Banyak warga yang datang untuk menyaksikan kemeriahannya.

Setelah itu, Zuma mengajak pemirsa melihat Festival Dandangan di Jalan Sunan Kudus. Ratusan stan disiapkan Pemerintah Kabupaten Kudus di sepanjang jalan tersebut. Stan itu ditempati pedagang, mulai dari penjual makanan, mainan pakaian, hingga batu akik. Di sana, Zuma yang ditemani sahabatnya sejak kecil mencicipi kuliner khas, intip.

Dalam tayangan tersebut juga ditunjukkan grafis kemegahan Masjid Menara dan makam Sunan Kudus. Dalam narasi singkat, Zuma menjelaskan menara masjid tersebut yang telah berdiri sejak ratusan tahun lampau, dengan arsitektur khas Kerajaan Majapahit. Dalam grafis juga ditunjukkan gapura berbahan batu bata yang telah ada sejak masa Sunan Kudus, berada di dalam masjid. 

Kemudian, Zuma mengajak pemirsanya mengunjungi pondok pesantren kaligrafi di Desa Undaan Lor, Kecamatan Undaan, asuhan Muhammad Assiry. Beliau merupakan seniman kaligrafi asal Kudus yang telah menorehkan prestasi hingga tingkat dunia. Di sana banyak santri yang belajar membuat kaligrafi, dari dasar hingga mengaplikasikan dalam berbagai media. Dalam video tersebut juga ditunjukkan karya santri di Masjid Darul Ilmi, Universitas Muria Kudus.

Setelah dari Pesantren Kaligrafi, Zuma kemudian ke pondok tahfidz, Yanbu'ul Qur'an. Tak salah jika Kudus mendapat julukan Kota Santri karena pondok pesantren yang dihuni para penghafal Quran tersebut. Para santri tidak hanya datang dari Kudus, namun juga dari sejumlah daerah di Indonesia. Para santri umumnya masih sangat belia. Namun jangan salah, rata-rata di usia 10 tahun mereka sudah menghafal 10 juz. Zuma membuktikannya, dengan mengetes salah satu santri di sana.

Menjelang akhir sekmen, Zuma mengajak pemirsanya datang ke GOR bulu tangkis terbesar di Asean, milik PT Djarum. Di sana Zuma menemui temannya, Erik. Dia merupakan atlet bulu tangkis klub PB Djarum, yang merupakan asli warga Kudus. Erik merupakan satu dari banyak atlet dari daerah seluruh Indonesia yang lolos seleksi di klun bulu tangkis ternama itu. Klub tersebut telah mencekat sejumlah atlet kelas dunia, di antaranya Tontowi Ahmad dan Muhammad Ahsan. 

Di akhir sekmen, Zuma mengajak Erik dan satu atlet putri dari Bandung, Silvi, untuk ngabuburit. Dia juga menjelaskan camilan khas Kudus, jenang, yang di produksi PT Mubarokfood. Masyarakat telah mengenal produk perusahaan itu dengan sebutan Jenang Mubarok. Produk olahan ketan dan gula merah itu, bahkan telah menembus pasar dunia dan menjadi snack sebuah maskapai di luar negeri.



Barang Bekas Perindah Tekstur Lukisan 3 Dimensi - TRIBUN JATENG

TRIBUN JATENG, 08 Juli 2015


KUDUS, TRIBUNJATENG.COM -- Barang bekas yang selama ini hanya teronggok di tempat sampah, ternyata mampu digunakan oleh seniman asal Kudus ini. Hasilnya sebuah lukisan kaligrafi yang mampu dijual hingga jutaan rupiah.

Lembaran kanvas yang terpasang di bingkai digelar di lantai. Muhamad Assiry Jasiri mulai menggambar kaligrafi dengan kuas yang ada di tangannya, di Galeri Asiri Art, Kudus, Selasa (7/7).

Tarian kuas dengan beragam warna tampak indah memenuhi lembaran kanvas. Lukisan kaligrafinya itu tampak berbeda dengan lukisan kaligrafi seperti biasanya. Beberapa sisi tampak lukisannya menjembul di atas kertas kanvas.

Lukisan kaligrafi Jasiri tampak tiga dimensi. Pelukis kaligrafi Islam itu membuat karyanya dengan memanfaatkan sampah yang tidak terpakai untuk memperindah karyanya.

Pemilik Galeri Asiri Art, Kudus itu memanfaatkan bahan sampah dalam setiap karya lukisan kaligrafinya yang dimulai sejak tahun 2000-an.

Sampah yang digunakan untuk memudahkan proses membuat karya seni kaligrafi yang biasanya dibutuhkan untuk lukisan timbul. Mestinya bukan sampah sembarangan yang tinggal ambil di depan rumah.

Jasiri juga harus memilah jenis sampah yang tepat untuk memperindah karyanya. Dia mencoba memanfaatkan beberapa bahan yang selama ini menjadi sampah tak berguna. Misalnya kertas dos bekas, karung plastik, daun kering, tali ijuk dan beberapa bahan tak berguna lainnya.

Berkah Kalam Ilahi - SUARA MERDEKA

SUARA MERDEKA, 09 Juli 2015

SOSOK Muhammad Assiry Jasiri (36) memandang bulan Ramadan tak sekadar menjadi bulan penuh rahmat dan ampunan.

Bulan suci ini bagi pendiri Pondok Pesantren Seni Rupa dan Kaligrafi Al Quran (PSKQ) Kudus, adalah bulan penuh kreativitas.Assiry yang juga seniman kaligrafi ini mengaku lebih kreatif selama Ramadan. Banyak karya yang mampu dihasilkan, bersama para santrinya.

Ramadan tahun ini misalnya. Pemilik Assiry Art Galery Kudus ini tengah khusyuk bereksperimen dengan sampah. Berbagai sampah seperti ijuk tali, daun atau pelepah pisang, bambu, kantong sak, kertas, digunakan untuk membuat karya kaligrafi.

Di tangannya, berbagai sampah tersebut disulap menjadi karya kaligrafi nan indah. Tak disangka, peminat kaligrafi berbahan sampah ternyata cukup banyak. ‘’Sejak kami pajang karya di situs kami, banyak pesanan dari luar Jawa seperti Sumatera, Kalimantan, dan juga dari sejumlah daerah di Jawa melalui situs online yang kami kelola,’’ katanya, Rabu (8/7). Seni dan kaligrafi menjadi dunia tak terpisahkan bagi Assiry.

Kaligrafi pula lah yang membesarkan namanya, sekaligus menghidupi keluarga dan ratusan santri. Masih lekat dalam ingatannya ketika salah seorang pembeli mengincar salah satu karyanya, sekitar 2005 lalu. Calon pembeli asal Pati itu mengaku memiliki bangunan yang juga difungsikan sebagai sarang burung walet. Namun bertahun-tahun sarangnya sepi dari burung walet.

Pria itu mengaku tertarik dengan karya kaligrafi surat Al Waqiah karya Assiry dan berencana memasangnya di bangunan rumah waletnya. ‘’Tak berselang lama pembeli itu mengabarkan jika rumah walet yang sebelumnya sepi, berubah menjadi banyak burungnya. Usahanya pun berkembang.

Mungkin ini yang dinamakan berkah ayat suci Alquran,’’ katanya. Prestasi Assiry sebagai seniman kaligrafi memang cukup mentereng. Bapak empat anak ini menyabet juara ASEAN (2002) dan juara nasional (2003). Suami Anik Ardiani itu bahkan menyabet juara pertama ASEAN tiga kali berturut-turut hingga tahun 2006.

Proyek Kaligrafi

Assiry juga terlibat proyek pembuatan kaligrafi di kubah atau dinding masjid di Jawa hingga Sumatera. Sebelum mendirikan PSQK, Assiry lebih dulu membentuk Kuass (Komunitas Seni Kudus) tahun 2004. Setelah menikah setahun berikutnya, Assiry bertekad mendirikan pesantren khusus seni kaligrafi.

Tahun 2007, PSKQ didirikan di rumahnya di RT 3 RW 1, Desa Undaan Lor, Kecamatan Undaan. Sejak berdiri, PSKQ telah meluluskan ratusan santri dari berbagai daerah di Indonesia. Uniknya, para santri tidak dipungut biaya bulanan. Para santri hanya dikenai biaya uang pangkal, yang dikembalikan lagi untuk akomodasi selama di pondok. Program pembelajaran seni kaligrafi menggunakan standar internasional.

Bahasa Arab dan Inggris menjadi bahasa pengantar selama pembelajaran. Pembelajaran didesain rampung selama satu tahun. Santri yang dinilai belum layak lulus, diperbolehkan mengulang di tahun berikutnya. Para santri senior pun dilibatkan dalam proyekproyek yang dikerjakan Assiry. Hasil dari proyek dan unit usaha lain yang dikelola Assiry itu lah yang sebagian diputar untuk operasional PSKQ.

Meski memiliki banyak tanggungan, Assiry mengaku hidupnya banyak diberi kemudahan. Ia mencontohkan, awalnya ragu usaha restoran yang belum lama ini dibukanya bisa tetap bertahan selama Ramadan. Ia pun nekat buka usaha pukul 14.00. ‘’Niatnya iseng memancing orang mukah (membatalkan puasa). Ternyata benar banyak yang datang ke restoran.

Banyak yang pesan tempat atau membungkus makanan untuk berbuka di rumah. Allah memang maha adil,’’ katanya. Assiry mengaku banyak membuka cabang usaha karena terinspirasi kiai kuno yang tidak pernah membebani santrinya.

Bahkan para kiai kuno rela menggadaikan barang-barangnya untuk keberlangsungan pondok pesantren, maupun membantu para santrinya. Ia bersyukur diberi kemudahan jalan untuk mendalami seni kaligrafi, sehingga mampu memberi lapangan pekerjaan bagi orang lain. Belajar seni kaligrafi tak melulu menyangkut bakat seseorang. ‘’Bakat itu hanya satu persen, sisanya adalah usaha,’’ katanya. (Saiful Annas-90)

Go International lewat Goresan Kaligrafi - SUARA MERDEKA

SUARA MERDEKA, 15 Juni 2015


JEMARI Nukman Al Farisi terlihat terlihat tegas menggoreskan kuas. Sorot matanya tak pernah beralih dari rentetan mal huruf arab yang membentuk seni kaligrafi. Nukman dan dua santri Pesantren Seni Rupa dan Kaligrafi Alquran (PSKQ) di Desa Undaan Lor, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, Rabu (17/6) sibuk merampungkan kaligrafi di kubah bagian depan ponpes.

Ayat-ayat Surat Al Fatihah tergores indah di kubah. Di atasnya tergambar pola bunga warna-warni yang semakin mempercantik tampilan kubah tersebut.

Nukman dan dua santripesantren, Hasan Basri (19) dan Fauzul Kasir (19), kini tengah merampungkan tulisan mengutip hadist terkait seni kaligrafi. ”Ini sebagai bentuk kenang-kenangan santri. Setiap santri yang hendak lulus biasanya meninggalkan karya kaligrafi di pondok. Untuk santri tahun ini ingin memberi kenang-kenangan kaligrafi di kubah tepat di depan bangunan pesantren,” kata Nukman.

Pesantren yang dimaksud tak lain sebuah bangunan rumah setengah jadi di pinggir Jalan Purwodadi Km 13 RT3 RW1 Desa Undaan Lor, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus. Pesantren itu dirintis seniman kaligrafi Kudus Muhammad Assiry Jasiri, pada 2007. Sejak berdiri, sebagian besar santri justru berasal dari luar Jawa.

Nukman yang mulai mondok 2009 berasal dari Lhokseumawe, Nangro Aceh Darussalam. Sementara Hasan dan Fauzul berasal dari Palembang. Nukman semula merantau untuk seni kaligrafi di Lemka, Sukabumi, Jawa Barat. Niatnya berubah ketika mendengar ada ponpes seni kaligrafi di Kudus yang didirikan Assiry. Ia pun memantapkan diri datang jauh-jauh ke Kudus. Pengakuan Usaha kerasnya belajar kaligrafi mulai mendapat pengakuan dunia internasional.

Pada 2014 lalu, ia menyabet peringkat enam lomba kaligrafi tingkat internasional (TIAFF) yang digelar di Malaysia. Dua tahun sebelumnya menyabet peringkat tujuh tingkat Asia Tenggara (2012) dan peringkat 12 tingkat internasional (2012), keduanya digelar di Malaysia. Karena keahliannya dalam kaligrafi, Assiry kemudian meminta Nukman tinggal lebih lama untuk menjadi salah satu guru pembimbing di PSKQ. Pendiri PSKQ Assiry Jasiri membenarkan jika sebagian besar santrinya berasal dari luar Jawa.

”Sejak berdiri, banyak santri justru berasal dari luar Jawa seperti Sumatra, Kalimantan, bahkan Papua. Memang ada beberapa santri yang berasal dari Kabupaten Kudus,” katanya. Prestasi Assiry sebagai seniman kaligrafi tak kalah mentereng. Bapak empat anak ini menyabet juara pertama nasional (2003), Juara pertama ASEAN (2002).

Suami Anik Ardiani itu bahkan menyabet juara pertama ASEAN tiga kali berturut-turut hingga tahun 2006. Assiry juga terlibat proyek pembuatan kaligrafi di kubah atau dinding masjid di Jawa hingga Sumatera. Karena reputasinya sebagai seniman kaligrafi, gaung PSKQ pun bergema hingga luar Jawa.

Sebelum mendirikan PSQK, Assiry lebih dulu mendirikan Komunitas Seni Kudus (Kuass) pada 2004. Setelah menikah setahun berikutnya, Assiry bertekad mendirikan pesantren khusus seni kaligrafi. Gagasan itu mulai terwujud pada 2007. Yang menarik, santri hanya dibebani uang pangkal saat mendaftar sebesar Rp 4,5 juta. Setelah itu, santri tak dipungut biaya hingga lulus.

”Uang pendaftaran itu dikembalikan lagi ke santri dalam bentuk peralatan hingga makan sehari-hari,” katanya. Santri yang mendaftar tak melulu mereka yang sudah memiliki bakat kaligrafi. Banyak pendaftar justru tak memiliki bakat seni tersebut. Jumlah pendaftar pun hanya dibatasi maksimal sebanyak 30 santri setiap tahun.

Selain pesantren untuk putra, PSKQ juga memiliki pesantren khusus putri. Selama setahun, mereka diajari khat-khat kaligrafi sesuai standar internasional. Santri yang dinyatakan belum lulus, boleh mengulang ditahun berikutnya hingga dinyatakan memenuhi kualifikasi standar internasional.

Uniknya, tes kelulusan tidak ditentukan seberapa bagus tulisan kaligrafi santri di atas keras. Mereka diwajibkan praktik pesantren lapangan (PPL). Santri diminta mencari mushala atau masjid desa yang ingin dihias dengan kaligrafi. Umumnya mushala atau masjid menerima dengan tangan terbuka. Terlebih semua biaya ditanggung PSKQ.

”Dari hasil membuat kaligrafi di mushola atau masjid itu akan dilihat sejauh mana kemampuan setiap santri,” katanya. Assiry menuturkan, metode pembelajaran di PSKQ memang bagaimana untuk membentuk santri menjadi seorang kaligrafer profesional. Mereka tak hanya menjadi kuli ketika lulus, namun sudah mampu menangani sebuah proyek pembuatan kaligrafi di kubah atau dekorasi dinding dan mihrab masjid.

Santri juga diajari teknik membuat ornamen timbul (GRC), patung, miniatur tiga dimensi, kaligrafi ukir kayu, hingga teknik air brush. Banyak santri senior yang kemudian diterjunkan mengerjakan proyekproyek yang ditangani Assiry. Karya santri PSKQ sudah tersebar di masjid-masjid di Pulau Jawa, hingga Sumatra. (Saiful Annas-45)

Goresan Tsulust Oleh Ismail Haqqi






IRCICA - Istambul - Turki Selenggarakan Sayembara Kaligrafi Internasional ke-10 Tahun 2015

Sebuah event kompetisi kaligrafi internasional kembali di gelar. Kali ini giliran IRCICA melalui website resminya mengumumkan penyelenggaraan kembali sayembara bergengsi yang secara berkala rutin diadakan setiap 3 tahun sekali.

Dalam sayembara kali ini, IRCICA menganggarkan sebesar US $ 137,000.- (sekitar Rp. 1.776.000.000,-) untuk hadiah para pemenang terpilih disemua cabang kategori kaligrafi yang diperlombakan. Kategori tersebut antara lain Jaly Thuluth, Thuluth, Naskh, Muhaqqaq-Reyhani, Jaly Ta'liq, Ta'liq, Jaly Diwani, Diwani, Kufi, Rik'a dan Maghribi.

Para juri terpilih dalam penyelenggaraan sayembara kaligrafi internasional kali ini adalah :
  1. Dr. Halit Eren, Direktur Jenderal IRCICA dan Ketua Komite Penyelenggara
  2. Dr. Abdulridha Baheya Al-Farjawee - Irak
  3. M. Jalil Rasuli - Iran
  4. Fuad Basar - Turki
  5. Mossad M. M. Khodeir -Mesir
  6. Obida M. S. Al Banki - Suriah
  7. Belaid Hamidi -Maroko
  8. Davut Bektas - Turki
Anggota kehormatan adalah: Ahmed Ziya İbrahim -Arab Saudi; Hasan Celebi - Turki; Prof. Dr. Husrev SUBASI - Turki dan Dr Mohammed Cherifi - Aljazair.

Kompetisi ini resmi diluncurkan pada bulan April 2015 dan selesai pada bulan Mei 2016. Batas akhir pendaftaran adalah tanggal 31 Oktober 2015 dan batas akhir pengiriman karya peserta ditanggal 29 Februari 2016.

Sejalan dengan tradisi IRCICA tentang mendedikasikan setiap kompetisi untuk master teladan seni ini, kompetisi kesepuluh diselenggarakan atas nama Hafiz Othman (1051-1109 H. / 1642-1698 M).

Imformasi lebih lanjut mengenai petunjuk teknis keikutsertaan kompetisi ini,  anda dapat download disini,  atau kunjungi www.ircica.org

Pemenang Albaraka International Calligraphy Competition 2015

Yilmaz Turan - Turki,  Juara I kategori Sulus Jali,  2015
Setelah sebelumnya umumkan penyelenggaraan Sayembara kaligrafi Internasional Albaraka 2015, kini beberapa karya terbaik yang ikut serta dalam kompetisi ini telah dipilih dan selamat untuk para pemenang.

Kegiatan ini terselenggara mulai tahun 2005 yang bertujuan untuk memicu karya-karya terbaik seniman kaligrafi seluruh dunia agar senatiasa terus berkarya.

Rincian Pemenang Sayembara Kaligrafi Internasional "Albaraka" 2015 :

Sulus Jaly :

Juara I : Yılmaz Turan - Turki
Juara II : Menaf Nam  - Turki
Juara III : Abdurrahman Depeler - Turki
Juara III : Ahmed Fares Rizq - Mesir
Harapan : Farhad Yaseen Nader - Irak
Harapan : Mithat Topaç - Turki
Harapan : Ömer Faruk Özoğul - Turki
Harapan : Şahryanşah Bin Sirajuddin - Indonesia

Karya Ahmed Fares Rızq - Mesir

Sulus-naskh :

Juara I : Ahmed Fares Rızq - Mesir
Juara II : Juma Hamaher - Irak
Juara III : Ihab Thabet - Falestina
Juara III : Muhammed Cabir Seyyid Ebu’l Ula - Mesir
Juara III : Safar Bati Mhamed - Cezayir
Harapan : Abdurrahman El Abdı - Suria
Harapan : Benbou Abdullah Muhammed Bil Kasım -Cezayir
Harapan : Mahfood Thannon Alubaydı - Irak
Harapan : Osman Çiçek - Turki
Harapan : Rıad Al Abdullah - Suriye
Harapan : Seerwan Kemal Ali Berzinci - Irak

Karya Mustafa Parıldar - Turki

Jali Taliq :

Juara I : Mustafa Parıldar - Turki
Juara II : Hanife Yiğit Alpaydın -Turki
Juara III : Fatih Özkafa - Turki
Juara III : Mithat Topaç - Turki

Karya Ahmed Fares Rızq - Mesir

Sulus :

Juara  I : Ahmed Fares Rızq - Mesir
Juara II : Abdulrazak Karakash - Suria
Juara III : Juma Hamaher - Suria
Harapan : Abduh Muhammed Hasan El Cemal - Mesir
Harapan : Abdul Bakı Bın Abu Bakar - Malaysia
Harapan : Hakan Arslan - Turki
Harapan : Mahfood Thannon Alubaydı - Irak
Harapan : Mahmud Muhammed Abdusselam Delil - Mesır
Harapan : Muhammed Cabir Seyyid Ebu’l Ula - Mesir
Harapan : Ramil Abuzarov - Rusia

Karya Seyit Ahmet Depeler - Turki

Diwani Jaly :

Juara I : Seyit Ahmet Depeler - Turki
Juara II : Mahmud Abdullatif Dushu -  Suria
Juara III : Mohammed Ahmad Shalabi - Falestina
Harapan : Abdulrazzak Mohamad El Mahmod - Bae
Harapan : Aytekin Arslan - Turki
Harapan : Hadi Salih -Irak
Harapan : Hüseyin Ali Shakule - Suria
Harapan : Mohammad Adeeb Ali - Bae
Harapan : Muntasır Al Hamdan - Yordania

Untuk melihat hasil karya para pemenang lainnya,  silahkan kunjungi www.albarakahat.com

Top