KONTAN, 08 Juli 2015
Memiliki bakat dalam bidang seni membawa Muhammad Assiry Jasiri menjadi pengusaha ukir kayu kaligrafi. Sejak kecil bakatnya ini ditempa di pesantren di Kudus. Kini, jasanya banyak dicari untuk interior masjid dan properti lainnya.
Tidak semua orang mempunyai bakat dalam bidang seni seperti yang dimiliki Muhammad Assiry Jasiri, asal Kudus, Jawa Tengah ini. Sejak kecil sudah terlihat kegemarannya dalam bidang seni gambar terutama kaligrafi. Bakatnya ini kian terasah dalam pelajaran ekstra kaligrafi yang diselenggarakan di pesantren tempatnya menuntut ilmu. Sejumlah guru pembimbingnya adalah orang-orang yang pernah menjuarai lomba kaligrafi nasional tahun 1985 dan tahun 1994, yakni Nur Aufa Siddiq dan Nur Syukron.
Selama menuntut ilmu di Pesantren Kudus, Assiry sempat meraih juara pertama lomba kaligrafi tingkat Provinsi Jawa Tengah di tahun 1999 ketika dia masih berusia 21 tahun. Di tempat ini dia juga banyak belajar tentang seni ornamen Timur Tengah.
Sekitar tiga tahun dia menghabiskan waktu mengenyam pendidikan di pesantren tersebut. "Selain belajar mengkaji Al-Qur'an dan ilmu-ilmu soal Islam, di tempat ini santri diajarkan keahlian seni yang bernafaskan religius, seperti desain, kaligrafi, membuat kubah dan desain masjid," ucap Assiry kepada KONTAN.
Pria ini juga sempat hijrah ke Jakarta dan belajar ilmu seni rupa kepada kakak kandungnya, Rosid. Pelajaran ini memperkaya pengetahuan dan ilmunya.
Dari bekal mengasah bakat yang tertempa di pesantren serta berguru pada kakaknya sendiri, akhirnya Assiry memutuskan untuk membuka usaha di Kota Kudus pada tahun 2000. Dia menawarkan jasa pahat desain berbau Timur Tengah dengan media kayu untuk atap-atap masjid atau properti lainnya.
Konsep ukiran Timur Tengah memang terkenal dengan kesannya yang mewah, sehingga banyak juga pemilik rumah yang menginginkan ukiran kayu sebagai penghias interior ruangan. Setelah berjalan lima tahun, konsumennya kini sudah tersebar dari berbagai kota di Indonesia, seperti Jabodetabek, Kalimantan, Palembang hingga Papua. "Pernah juga kami mendapat pesanan dari Singapura dan Malaysia," katanya.
Lewat CV Assiry Art milinya, dalam sebulan rata-rata Assiry bisa mengerjakan ukiran kayu untuk lima buah masjid. Harga jasa pahat atap dia banderol mulai dari Rp 350.000 per meter. Ukuran paling kecil biasanya kubah berukuran 5 meter (m) x 5 m.
Dia bilang, untuk proyek pengerjaan hiasan ukir kaligrafi satu masjid kecil bisa menghasilkan omzet hingga Rp 90 juta. Sementara untuk proyek pengerjaan masjid besar, membutuhkan kubah dengan total diameter hingga ratusan meter. Sehingga, tidak heran omzet yang bisa dia raih bisa mencapai ratusan juta rupiah hingga miliaran rupiah dalam sebulan.
Pengerjaan proyek yang datang biasanya dilakukan oleh tim. Kini Assiry sudah memiliki total karyawan sekitar 200 orang. Selain kaligrafi dinding masjid, kaligrafi kanvas juga dia kerjakan, selain juga lukisan realis di kanvas.
Untuk pemasaran dan promosi, Assiry memiliki toko online bernama assirykaligrafi.com, selain lewat toko pertamanya yang dia buka di Kudus. Saat ini dia sudah memiliki empat buah toko offline yang biasanya digunakan untuk tempat konsultasi desain bagi para konsumennya. Setahun terakhir, dia baru saja membuka toko offline terbaru yang berlokasi di Tangerang Selatan.
No comments: