Pesantren Seni Rupa dan Kaligrafi Al-Quran (PSKQ Modern) Kudus dan sejarah berdirinya.
Pesantren Seni Rupa dan Kaligrafi Al-Quran (PSKQ Modern) Kudus merupakan pondok pesantren modern yang memberikan pendidikan fokus dibidang seni murni (fine art), dan seni kaligrafi. Dalam perkembangannya, PSKQ Modern tidak hanya memberikan pendidikan di bidang kaligrafi saja, namun melingkupi pendidikan seni visual. Hal ini yang membuat PSKQ Modern berbeda dengan pesantren kaligrafi lainnya di Indonesia. Materi ajar yang di fokuskan di PSKQ Modern
Antara lain:
Antara lain:
- Seni kaligrafi dekorasi, naskhah dan mushaf (MTQ)
- Seni kaligrafi masjid (Interior dan Eksterior)
- Seni lukis
- Seni pahat-ukir
- Seni patung
- Seni airbrus
- Seni kriya (kaligrafi kuningan, stainless, sun glass)
- Seni 3 dimensi
- Seni batik kaligrafi
- Pembinaan MTQ Kaligrafi
- Tilawatil Quran / llmu Nagham
- Kajian Kitab Kuning /Salafi
- Bahasa Arab dan Bahasa Inggris sebagai komunikasi wajib
- Enterpreneurship/Kewirausahaan dibidang Pengelolaan Resto dan Sawah
Pesantren ini lahir sebagai wadah untuk menampung semua potensi baik kaligrafi maupun Seni Rupa yang sangat marak berkembang. Latar belakang berdirinya PSKQ Modern ini berawal dari banyaknya peserta didik yang tidak hanya ingin belajar kaligrafi murni tapi juga bisa menguasai seni lukis dan ketrampilan lain yang kebetulan pada waktu itu diawali dengan lahirnya KUASS (Komunitas Seni Kudus) tahun 2004 yang diprakarsai oleh Muhammad Assiry Jasiri, Muhammad Rois, Khusnul Aflah dan Saifuddin yang sudah berhasil mencetak ribuan kader kaligrafer dan seniman lukis yang tersebar di Jawa Tengah. Tidak hanya itu, Muhammad Assiry Jasiri memperluas jaringan dan pembinaanya dengan merangkul sejumlah seniman dan kaligrafer nasional, diantaranya Turmudzi, Purwanto, Abdul Kholik, Nur Syukron, Cipto dan lainya, dan berhasil mendirikan DAKA (seniman dan kaligrafer muda Kudus) pada tahun 2005.
Pada tahun 2006 Muhammad Assiry Jasiri mengumumkan rencana pendirian wadah untuk menampung aspirasi para seniman lukis dan kaligrafer yang disampaikan secara langsung pada acara pentas seni tahunan KUASS dan pembukaan kursus kaligrafi , yang disambut dengan dukungan dan doa serta semangat dari kader-kader KUASS. Disinilah awal munculnya gagasan untuk mendirikan PSKQ. Rencana mendirikan PSKQ inipun sering disampaikan Muh. Assiry Jasiri disetiap pameran dan pembukaan kursus kaligrafi yang dihadiri oleh ribuan seniman dan kaligrafer di Jawa Tengah meskipun juga banyak kalangan yang meragukan rencana tersebut bisa terwujud. Allah maha indah dan mencintai keindahan, subhanallah wa al hamdulillah Gayungpun bersambut, prestasi yang besar ternyata mendatangkan tanggung jawab yg besar pula, inilah barangkali yang mengilhami Muhammad Assiry Jasiri sepulangnya dari Brunei Darussalam ketika memenangkan juara satu (1) dari semua Cabang kaligrafi yang dilombakan, “Hadza min fadhli rabby, liyabluwani aasykuru am akfuru” (ini adalah karunia Tuhanku, untuk mengujiku apakah aku akan bersyukur atau kufur), untuk sesegera mungkin mendirikan wadah menyalurkan aspirasi dari para kaligrafer dan seniman. Sehingga lahirlah PSKQ tepat pada hari Rabu Wage tgl.17 Januari 2007 yang diawali dengan datangnya santri pertama paket diklat 1 tahun dari Kalimantan Selatan yang bernama Hasanuddin ( seorang alumnus Pesantren Kaligrafi al-Quran LEMKA Sukabumi thn. 2006), untuk memperdalam ilmu kaligrafi dan seni lukis di PSKQ. Disusul kader –kader lain yang tersebar di pelosok Nusantara, Kepulauan Riau, Sumatera Utara, DKI Jakarta, Jawa Barat, Aceh, Kalteng, Kaltim dan Jawa Timur.
Awal Penamaan Pesantren
Sebelum menjadi PSKQ ada beberapa ide nama yang diajukan oleh Muhammad Assiry Jasiri dihadapan pengurus PSKQ, keluarga dan kader. Nama pesantren pertama yang diusulkan adalah Pesantren Kaligrafi Islam (PKI) dengan simbol logonya handam (alat tulis kaligrafi tradisional) dan kuas dan ditengahnya gambar botol tinta. Tapi ide ini membuat kader menjadi tertawa terpingkal-pingkal dan 100% mereka menolak, karna nama tersebut sama dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Kemudian opsi yang kedua, diusulkan nama Pesantren Seni Kaligrafi (PSK). Para kader juga merasa keberatan karena namanya juga mirip dengan Pekerja Seks Komersial (PSK). Setelah melewati beberapa argumnen yang alot, akhirnya PSK berubah menjadi Pesantren Seni Rupa dan Kaligrafi Al-Quran (PSKQ Modern) sampai sekarang.”Ingin tampil beda saja”, kata Muh. Assiry, karna sudah banyak pesantren di indonesia yang namanya berasal dari bahasa Arab,
Ada tiga pandangan tempat awal berdirinya Pesantren Seni Rupa dan Kaligrafi (PSKQ Modern). Yang pertama tanah seluas 1 hektar di Colo Gunung Muria dekat dengan pesantren Sunan Muria tapi pada akhirnya gagal karena tanahnya terlalu mahal. Kemudian yang kedua, ada yang menawarkan tanah wakaf, sebidang tanah seluas 1,5 hektar di Patiayam di daerah perbukitan sangat bagus dan cocok untuk pesantren kaligrafi dengan nuansa pegunungan dan hijaunya pemandangan, tapi akhirnya juga gagal karena salah satu keluarga wakaf ada yang tidak setuju. Pada akhirnya, pilihan terakhir jatuh pada rumah keluarga Bapak Sudiro almarhum (Ayah kandung Muhammad Assiry) menjadi asrama putri dan rumah keluarga Bapak Sudarno (Mertua Muhammad Assiry) menjadi asrama putra. Akan tetapi pada tahun 2015 pindah ke asrama Undaan Lor Gang 1 yang dulu menjadi asrama putri sekarang berubah menjadi asrama putra, sampai sekarang ini.
PSKQ Modern merupakan pondok pesantren seni satu-satunya dan pertama kali di Indonesia bahkan di Asia Tenggara yang menggabungkan seni murni dan kaligrafi sebagai model pembelajan dalam kurikulumnya. Sehingga dalam proses belajar, siswa dapat menerima materi pelajaran lebih sistematis, efektif dan efisien. Terbukti banyak lulusan atau peserta didik PSKQ Modern yang memenangkan kejuaran kaligrafi baik tingkat propinsi, nasional, bahkan tingkat ASEAN dan juga Internasional, serta menjadi pengusaha sukses kaligrafi.Sebut saja Muhammad Rifqi Nasrullah dari Ponorogo Jawa Timur (Tahun 2008-2012), juara I kaligrafi tingkat Nasional di Ambon dan Juara Internasional di Malaysia tahun 2012 saat masih belajar di PSKQ Modern. Juga santri dari Aceh yang bernama Nukman Al Farisy (Tahun 2009-sekarang) yang menjuarai kaligrafi tingkat Internasional 3 tahun berturut-turut mulai Tahun 2012, 2013, 2014, Huda Purnawadi angkatan 2013 meraih juara 1 lomba kaligrafi tingkat Internasional di Irak tahun 2016 Selebihnya, alumni santri PSKQ Modern banyak yang menjadi enterpreneur atau pengusaha dan mendirikan perusahaan jasa kaligrafi masjid, seperti Ghaza Art yang didirikan oleh Muhammad Hamzah, santri PSKQ Modern angkatan 2007-2009. An Nasr Art yang didirikan oleh Rifa'i Al Madany, dan lain sebagainya. Klik disini untuk melihat prestasi santri.
PROGRAM BELAJAR
PROGRAM BELAJAR
PSKQ Modern membuka tiga program pembelajaran. Pertama, paket Diklat 2 tahun. Peserta didik diarahkan untuk pendalaman materi kaidah khath sampai maksimal, dengan pembagian untuk semester satu (6 bulan pertama ) materi khoth naskhi dan tsulust, sementara pada semester dua (6 bulan kedua ), santri difokuskan materi Diwani, Riqah, Kufi, Farisi, bimbingan dan pelatihan untuk MTQ dan seni murni. Pada Semester 3 dan 4 santri difokuskan mendalami tashih dan ijazah untuk mendapatkan ijazah khot dan sanad dari guru kaligrafi di Turki.
Program materi seni murni diantaranya: seni lukis, kaligrafi kontemporer, relief, patung, lukis potret, batik kaligrafi dan lain sebagainya. Sedangkan paket ke dua adalah paket kursus, yang diadakan untuk melanjutkan program dari KUASS, sejak awal di bukanya sudah hampir 1500 kader yang pernah dibina. Dan paket yang terakhir atau paket yang ke tiga adalah paket Pesantren Kilat Ramadhan. Paket ini diadakan khusus tiap bulan Ramadhan, dengan materi tidak jauh berbeda dengan paket kursus, yakni melukis kaligrafi, kajian kitab dan sejarah kaligrafi, entrepreneur. Singkatnya, belajar di PSKQ Modern dapat sebagai wadah untuk mengasah kreativitas, mengasah dan menyalurkan bakat, kepekaan afektif, sarana memperdalam agama, dan pembelajaran wirausaha (enterpreneurship).
Program materi seni murni diantaranya: seni lukis, kaligrafi kontemporer, relief, patung, lukis potret, batik kaligrafi dan lain sebagainya. Sedangkan paket ke dua adalah paket kursus, yang diadakan untuk melanjutkan program dari KUASS, sejak awal di bukanya sudah hampir 1500 kader yang pernah dibina. Dan paket yang terakhir atau paket yang ke tiga adalah paket Pesantren Kilat Ramadhan. Paket ini diadakan khusus tiap bulan Ramadhan, dengan materi tidak jauh berbeda dengan paket kursus, yakni melukis kaligrafi, kajian kitab dan sejarah kaligrafi, entrepreneur. Singkatnya, belajar di PSKQ Modern dapat sebagai wadah untuk mengasah kreativitas, mengasah dan menyalurkan bakat, kepekaan afektif, sarana memperdalam agama, dan pembelajaran wirausaha (enterpreneurship).
Inilah sejarah singkat dan latar belakang berdirinya Pesantren Seni Rupa dan Kaligrafi Al Quran (PSKQ Modern). Semoga Allah selalu meridhoi dan memberi jalan luas terbentang untuk pengembangan kaligrafi di Indonesia , dan di mata internasional. Seperti doa yg selalu di panjatkan sang pendiri, Muhammad Assiry saat bermunajat dan berdoa didepan Ka’bah, dan Raudhah di Mekkah al-Mukarromah,..”Ya Allah jadikanlah Pesantren Seni Rupa dan Kaligrafi al Quran (PSKQ Modern) sebagai wasilah untuk membumikan kalam sucimu, untuk mengagungkan Al Quran -Mu, mudahkanlah urusan kami dalam belajar dan mengajar kaligrafi, bimbinglah mata hati kami, sentuhlah hati kami dengan sifat-sifat agungmu ya Allah….jadikanlah kader-kader kami tunas-tunas bangsa yang berkualitas, berakhlaq karimah dan mampu mengejawantahkan kalam sucimu dalam kehidupan ini amin…