MUHAMMAD ASSIRY BERDAKWAH DENGAN KALIGRAFI
PSKQ Modern, 29 September 2018
Metode dakwah memang terus berkembang seiring dengan dekade jaman. Dulu ketika Wali Songo, agama Islam di Nusantara ini diperkenalkan dengan seni pewayangan sebagai salah satu metode dakwah yang mengena. Jaman itu wayang kulit adalah tontonan dan hiburan paling favorit. Kalau sekarang ya mungkin nonton musik sholawat atau semacamnya. Banyak orang berbondong-bondong untuk menonton pertunjukan wayang kulit. Adalah Sunan Kalijaga yang piawai mengetuk pintu hati para penonton. Ia menguasai bahasa hati mereka bahkan mampu menghipnotis siapa saja yang menonton pertunjukan wayang kulitnya. Dalam penampilan wayang kulit Sunan Kalijaga mengolah dan meracik cerita mahabarata dan ramayana menjadi bermuatan ajaran islam.
Begitu lembut dan halusnya cara para Wali Songo ini dalam mendakwahkan ajaran agama Islam yang sejuk dan ramah. Dewasa ini menyampaikan dakwah islam tidak hanya dilakukan dengan cara dakwah bil lisan atau ucapan bahkan bisa melalui medsos atau boleh juga disebut dakwah bil arkan (memberi contoh langsung).
Muhammad Assiry salah satunya yang sangat getol menebarkan virus kaligrafi begitu ia menyebut konsep dakwahnya. Dengan media dakwah bil qolam (dengan tulisan) atau dakwah bil kuas (istilah dakwah yang diberikan untuk menggambarkan kreatifitas kaligrafi terapan kepada para pelukis atau seniman kaligrafi di PSKQ Modern).
Dakwah bil kuas merupakan metode dakwah yang mungkin tidak popular di kalangan masyarakat. Namun seiring waktu, jenis dakwah ini lebih mengedepankan tampilan estetika rupa dan kaligrafi terapan dengan media spa saja berupa lukisan kaligrafi di kanvas, kaca, kulit dan bulu binatang, etsa pada plat stainless/tembaga, GRC, acrylic, dan beragam media lainnya termasuk pada dinding, menara dan kubah masjid dengan paduan desain serta komposisi warna yang menarik membuat dakwah ini semakin diminati.
Bahkan Muhammad Assiry sendiri mengembangkan konsep dakwah ini agar bisa memberikan nilai positif pada masyarakat yang lebih luas dengan membuat workshop Kaligrafi dan Kampung Kaligrafi Indonesia PSKQ Modern. Ini adalah pencapaian luar biasa yang diraih oleh Assiry. Ia tidak hanya mencetak kader santri yang berprestasi Nasional dan Internasional tetapi lebih dari itu ia menjangkaui impianannya untuk menjadikan desa kelahirannya yaitu Desa Undaan Kudus Jawa Tengah sebagai pusat studi Seni budaya dan peradaban islam yang belum ada di Indonesia khususnya kaligrafi.
500 orang warga bahkan lebih ikut andil dan berkecimpung di Workshop Assiry Art dan PSKQ Modern dengan bekerja dan berkarya untuk meningkatkan taraf hidup yang lebih baik. Artinya Assiry ikut andil dalam pemberdayaan ekonomi kerakyatan dan pengembangan UKM secara riil dan berkesinambungan.
Berdirinya Kampung Kaligrafi PSKQ Modern dan Workshop Assiry Art, adalah wujud dari pengembangan kaligrafi dan dakwah bil kuas yang dilakukan oleh Assiry.
Pembinaan dan mengisi seminar, workshop kaligrafi dari Kampus ke Kampus di tanah air terus dilakukan dan diupayakannya secara gratis. Hingga saat ini sudah ratusan Sekolah, Kampus dan Pesantren yang mengundangnya untuk mengisi acara Workshop Kaligrafi. Ratusan bahkan ribuan kader yang sudah ia latih agar bisa berdikari minimal kelak menjadi sangu atau bekal untuk kehidupan kedepan yang lebih baik.
Assiry juga mewajibkan para Santri PSKQ Modern untuk mengikuti pameran, lomba-lomba, seminar termasuk kegiatan MTQ yang sudah menjadi agenda resmi pemerintah mulai dari tingkat kecamatan, kota/kabupaten, provinsi, nasional hingga Peraduan Kaligrafi Tingkat ASEAN yang berpusat di Brunai Darussalam dan peraduan tingkat internasional IRCICA, yang berpusat di Istanbul, Turki. Tidak sedikit dari kader dan Santri PSKQ Modern menjadi pemenangnya.
Ribuan Karya kaligrafi Assiry Art tersebar di Masjid, Mall, Pesantren dan Isntansi Pemerintah juga Kementerian seperti Masjid Kementerian Sosial dan ketanaga kerjaan yang pernah dihias kaligragi total interiornya. Kini banyak para kaligrafer di Indonesia yang terjun langsung berdakwah dengan terinspirasi oleh goresan-goresan karya kaligrafinya yang tidak hanya pada media kanvas, kaca dan kayu ukir serta dinding dan kubah masjid tetapi berbagai media bahkan ia juga beberapa kali diliput TV Nadional katena mampu berkarya kaligrafi dengan pemanfaatan limbah dan sampah.
Kampung Kaligrafi Indonesia beralamat di Desa Undaan Lor RT. 03 RW. 0, Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus Jawa Tengah Indonesia KP.59372.(28/9/2018).
Metode dakwah memang terus berkembang seiring dengan dekade jaman. Dulu ketika Wali Songo, agama Islam di Nusantara ini diperkenalkan dengan seni pewayangan sebagai salah satu metode dakwah yang mengena. Jaman itu wayang kulit adalah tontonan dan hiburan paling favorit. Kalau sekarang ya mungkin nonton musik sholawat atau semacamnya. Banyak orang berbondong-bondong untuk menonton pertunjukan wayang kulit. Adalah Sunan Kalijaga yang piawai mengetuk pintu hati para penonton. Ia menguasai bahasa hati mereka bahkan mampu menghipnotis siapa saja yang menonton pertunjukan wayang kulitnya. Dalam penampilan wayang kulit Sunan Kalijaga mengolah dan meracik cerita mahabarata dan ramayana menjadi bermuatan ajaran islam.
Begitu lembut dan halusnya cara para Wali Songo ini dalam mendakwahkan ajaran agama Islam yang sejuk dan ramah. Dewasa ini menyampaikan dakwah islam tidak hanya dilakukan dengan cara dakwah bil lisan atau ucapan bahkan bisa melalui medsos atau boleh juga disebut dakwah bil arkan (memberi contoh langsung).
Muhammad Assiry salah satunya yang sangat getol menebarkan virus kaligrafi begitu ia menyebut konsep dakwahnya. Dengan media dakwah bil qolam (dengan tulisan) atau dakwah bil kuas (istilah dakwah yang diberikan untuk menggambarkan kreatifitas kaligrafi terapan kepada para pelukis atau seniman kaligrafi di PSKQ Modern).
Dakwah bil kuas merupakan metode dakwah yang mungkin tidak popular di kalangan masyarakat. Namun seiring waktu, jenis dakwah ini lebih mengedepankan tampilan estetika rupa dan kaligrafi terapan dengan media spa saja berupa lukisan kaligrafi di kanvas, kaca, kulit dan bulu binatang, etsa pada plat stainless/tembaga, GRC, acrylic, dan beragam media lainnya termasuk pada dinding, menara dan kubah masjid dengan paduan desain serta komposisi warna yang menarik membuat dakwah ini semakin diminati.
Bahkan Muhammad Assiry sendiri mengembangkan konsep dakwah ini agar bisa memberikan nilai positif pada masyarakat yang lebih luas dengan membuat workshop Kaligrafi dan Kampung Kaligrafi Indonesia PSKQ Modern. Ini adalah pencapaian luar biasa yang diraih oleh Assiry. Ia tidak hanya mencetak kader santri yang berprestasi Nasional dan Internasional tetapi lebih dari itu ia menjangkaui impianannya untuk menjadikan desa kelahirannya yaitu Desa Undaan Kudus Jawa Tengah sebagai pusat studi Seni budaya dan peradaban islam yang belum ada di Indonesia khususnya kaligrafi.
500 orang warga bahkan lebih ikut andil dan berkecimpung di Workshop Assiry Art dan PSKQ Modern dengan bekerja dan berkarya untuk meningkatkan taraf hidup yang lebih baik. Artinya Assiry ikut andil dalam pemberdayaan ekonomi kerakyatan dan pengembangan UKM secara riil dan berkesinambungan.
Berdirinya Kampung Kaligrafi PSKQ Modern dan Workshop Assiry Art, adalah wujud dari pengembangan kaligrafi dan dakwah bil kuas yang dilakukan oleh Assiry.
Pembinaan dan mengisi seminar, workshop kaligrafi dari Kampus ke Kampus di tanah air terus dilakukan dan diupayakannya secara gratis. Hingga saat ini sudah ratusan Sekolah, Kampus dan Pesantren yang mengundangnya untuk mengisi acara Workshop Kaligrafi. Ratusan bahkan ribuan kader yang sudah ia latih agar bisa berdikari minimal kelak menjadi sangu atau bekal untuk kehidupan kedepan yang lebih baik.
Assiry juga mewajibkan para Santri PSKQ Modern untuk mengikuti pameran, lomba-lomba, seminar termasuk kegiatan MTQ yang sudah menjadi agenda resmi pemerintah mulai dari tingkat kecamatan, kota/kabupaten, provinsi, nasional hingga Peraduan Kaligrafi Tingkat ASEAN yang berpusat di Brunai Darussalam dan peraduan tingkat internasional IRCICA, yang berpusat di Istanbul, Turki. Tidak sedikit dari kader dan Santri PSKQ Modern menjadi pemenangnya.
Ribuan Karya kaligrafi Assiry Art tersebar di Masjid, Mall, Pesantren dan Isntansi Pemerintah juga Kementerian seperti Masjid Kementerian Sosial dan ketanaga kerjaan yang pernah dihias kaligragi total interiornya. Kini banyak para kaligrafer di Indonesia yang terjun langsung berdakwah dengan terinspirasi oleh goresan-goresan karya kaligrafinya yang tidak hanya pada media kanvas, kaca dan kayu ukir serta dinding dan kubah masjid tetapi berbagai media bahkan ia juga beberapa kali diliput TV Nadional katena mampu berkarya kaligrafi dengan pemanfaatan limbah dan sampah.
Kampung Kaligrafi Indonesia beralamat di Desa Undaan Lor RT. 03 RW. 0, Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus Jawa Tengah Indonesia KP.59372.(28/9/2018).