MENJENGUK GURU & AYAHANDA KH. DIDIN SIROJUDDIN LEMKA
Muhammad assiry, 30 Juli 2017.
Hari ini Minggu 30 Juli 2017 sekitar pukul 15.30 WIB sengaja berkunjung dari Kudus bersama Karib Saya H.Purwanto Zain menjenguk Guru dan Ayahanda saya KH.Didin Sirojuddin di Rumah Sakit UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ruang 303 yang menjadi tempat perawatan intensif beliau.
Guru merupakan sosok manusia mulia yang memiliki pengabdian dan tugas mulia untuk mencerdaskan dan memberikan pendidikan bagi murid-muridnya. Hasil jasa yang diberikannya tidak ternilai harganya yaitu sebuah ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan menjadi harta yang abadi dan sangat bermanfaat bagi muridnya. Amal jariyahnya menyebarkan ilmu pengetahuan tidak terbatas dan bahkan ada yang menyebutnya pahlawan tanpa tanda jasa.
Ayahanda KH.Didin Sirojuddin tidak hanya bisa dan sanggup mengajarkan ilmu dan terus berkarya tetapi beliau diperkenankan oleh Allah mampu mencetak ribuan kader Kaligrafer yang tersebar di penjuru Nusantara bahkan ASEAN dan mendunia. Ini yang luar biasa. Satu prestasi yang tidak akan mampu diraih oleh siapapun saat ini karena Allah yang telah memilihnya sebagai ruh bagi pengembangan Kaligrafi Al Quran di Indonesia.
Saya kecil, kerdil dan bahkan setitik debu dihadapannya. Hanya bisa tersungkur didepannya menunduk dan menyaksikan setiap untaian doa dan nasehat yang beliau ucapkan lirih karena masih dalam keadaan lemah karena gangguan empedu.
Semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan dan limpahan rahmatnya yang tak berkesudahan kepadanya.
Jika Al Imam As Syafi’i yang terkenal sebagai ulama tersohor di zamannya dan menjadi salah satu imam mazhab masih menunjukan sikap tawadhu atau kerendah hatiannya terhadap gurunya. Tidak seperti saya yang sering melakukan kekeliruan dan kesalahan.
Bahkan Suatu ketika Assyafi'i pernah berkata : ”Saya tidak dapat membolak-balik lembaran kitab dengan suara keras di hadapan guru saya, supaya guru saya jangan sampai terganggu. Saya pun tidak bisa meminum air di hadapan guru saya, sebagai rasa hormat dan takzim kepadanya”.
Begitu mulia akhlak beliau sebagai seorang murid yang sangat hormat dan takzim kepada gurunya. Sikap ini pun masih beliau pertahankan dan jasa gurunya masih dikenang hingga beliau menjadi seorang ulama besar. Semoga keteladanan Assyafi'i bisa kita tiru dan ikuti untuk keberkahan ilmu yang kita hirup dan kita reguk.
Beliau berpesan "Teruslah berkarya jangan pernah berhenti berkarya untuk diri sendiri tetapi juga berkarya dan berbagi ilmu untuk orang lain. Karena berkarya untuk diri sendiri akan sia-sia." Begitulah Nasehatnya yang akan terus saya genggam sampai kapanpun.
Oh....Ayahanda KH.Didin Sirojuddin, saya tidak bisa menatap wajahmu berlama-lama, dada ini serasa sesak karena menahan tangis. Ya Allah semoga Engkau mengabulkan doa kami untuk kesembuhan Guru dan Ayanda kami agar terus meniupkan energi bagi nur kaligrafi agar terus menyinari bumi pertiwi. Amiiin Ya Mujibassailiin.
Saya ijazahkan kepada seluruh adik-adikku kaligrafer dan kader LEMKA dan seluruh kader dan Santri Pskq Modern Kudus Jateng dimanapun anda berada untuk membacakan Al Fatihah dan solawat Nabi sebanyak 7 kali setiap habis maktubat (Sholat 5 Waktu) Semoga Pahalanya menjadi Syifa'(obat) dan mempercepat kesembuhan guru dan ayahanda kita.
Hari ini Minggu 30 Juli 2017 sekitar pukul 15.30 WIB sengaja berkunjung dari Kudus bersama Karib Saya H.Purwanto Zain menjenguk Guru dan Ayahanda saya KH.Didin Sirojuddin di Rumah Sakit UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ruang 303 yang menjadi tempat perawatan intensif beliau.
Guru merupakan sosok manusia mulia yang memiliki pengabdian dan tugas mulia untuk mencerdaskan dan memberikan pendidikan bagi murid-muridnya. Hasil jasa yang diberikannya tidak ternilai harganya yaitu sebuah ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan menjadi harta yang abadi dan sangat bermanfaat bagi muridnya. Amal jariyahnya menyebarkan ilmu pengetahuan tidak terbatas dan bahkan ada yang menyebutnya pahlawan tanpa tanda jasa.
Ayahanda KH.Didin Sirojuddin tidak hanya bisa dan sanggup mengajarkan ilmu dan terus berkarya tetapi beliau diperkenankan oleh Allah mampu mencetak ribuan kader Kaligrafer yang tersebar di penjuru Nusantara bahkan ASEAN dan mendunia. Ini yang luar biasa. Satu prestasi yang tidak akan mampu diraih oleh siapapun saat ini karena Allah yang telah memilihnya sebagai ruh bagi pengembangan Kaligrafi Al Quran di Indonesia.
Saya kecil, kerdil dan bahkan setitik debu dihadapannya. Hanya bisa tersungkur didepannya menunduk dan menyaksikan setiap untaian doa dan nasehat yang beliau ucapkan lirih karena masih dalam keadaan lemah karena gangguan empedu.
Semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan dan limpahan rahmatnya yang tak berkesudahan kepadanya.
Jika Al Imam As Syafi’i yang terkenal sebagai ulama tersohor di zamannya dan menjadi salah satu imam mazhab masih menunjukan sikap tawadhu atau kerendah hatiannya terhadap gurunya. Tidak seperti saya yang sering melakukan kekeliruan dan kesalahan.
Bahkan Suatu ketika Assyafi'i pernah berkata : ”Saya tidak dapat membolak-balik lembaran kitab dengan suara keras di hadapan guru saya, supaya guru saya jangan sampai terganggu. Saya pun tidak bisa meminum air di hadapan guru saya, sebagai rasa hormat dan takzim kepadanya”.
Begitu mulia akhlak beliau sebagai seorang murid yang sangat hormat dan takzim kepada gurunya. Sikap ini pun masih beliau pertahankan dan jasa gurunya masih dikenang hingga beliau menjadi seorang ulama besar. Semoga keteladanan Assyafi'i bisa kita tiru dan ikuti untuk keberkahan ilmu yang kita hirup dan kita reguk.
Beliau berpesan "Teruslah berkarya jangan pernah berhenti berkarya untuk diri sendiri tetapi juga berkarya dan berbagi ilmu untuk orang lain. Karena berkarya untuk diri sendiri akan sia-sia." Begitulah Nasehatnya yang akan terus saya genggam sampai kapanpun.
Oh....Ayahanda KH.Didin Sirojuddin, saya tidak bisa menatap wajahmu berlama-lama, dada ini serasa sesak karena menahan tangis. Ya Allah semoga Engkau mengabulkan doa kami untuk kesembuhan Guru dan Ayanda kami agar terus meniupkan energi bagi nur kaligrafi agar terus menyinari bumi pertiwi. Amiiin Ya Mujibassailiin.
Saya ijazahkan kepada seluruh adik-adikku kaligrafer dan kader LEMKA dan seluruh kader dan Santri Pskq Modern Kudus Jateng dimanapun anda berada untuk membacakan Al Fatihah dan solawat Nabi sebanyak 7 kali setiap habis maktubat (Sholat 5 Waktu) Semoga Pahalanya menjadi Syifa'(obat) dan mempercepat kesembuhan guru dan ayahanda kita.