Slider[Style1]

PSKQ dalam Liputan

Style2

Style3[OneLeft]

Style3[OneRight]

Style4

Style5

Style6

Style7

Style8

Style9

PSKQ Modern, 25 Mei 2015

Dilahirka n di Garut Wet an, 29 Juli 1924. Lahir di Garut, Jawa Barat, ayahnya Haji Muhammad Djamhari dikenal hampir semua orang. Ia saudagar batik, pengusaha percetakan, pemilik sawah dan kebun. Karena itu, tak ada kesulitan menyekolahkan Dali dan saudara-saudaranya. Menikah dengan Atikah, profesor yang senang musik klasik, membaca dan bertamasya ini merupakan ayah seorang anak tunggal lelaki. Ia mengetuai Komite Nasional untuk International Association of Arts dan Pusat Perhimpunan Kebudayaan Indonesia-Prancis. Mulai mengikuti pameran bersama pada 1951. Sejak itu Dali mencatat hampir 40 kali pameran, tujuh diantaranya pameran tunggal. Ia menerima anugerah seni dari pemerintah Indonesia, dan dianggap sebagai salah seorang perintis seni lukis abstrak Indonesia. Imajinasi abstrak yang total merupakan pegangan kreasi Sadali yang kemudian terjelma dalam susunan warna yang jernih. Dengan aksentuasi pada warna emas perada, yang mengisi dan membentuk bidang-bidang. 

Ia menempuh pendidikan mulai dari HIS Boedi Priyayi di Garut (1938), MULO Paundan, Tasikmalaya (1941), AMS dan SMT di Yogyakarta (1945), Fakultas Teknik Universitas Indonesia jurusan seni rupa yang sekarang menjadi ITB Departement of Fine Arts di bawah bimbingan Ries Mulder. Ia kemudian memperoleh beasiswa dari Rockefeller Foundation untuk belajar ke Amerika Serikat di Iowa State University, Arts Teachers College di Unversitas Columbia dan juga New York Art Students League (1956-1957). Sekembali dari belajar di Amerika, Sadali mulai mengembangkan gaya seni lukisnya yang khas dalam corak abstrak yang kemudian dipadukannya dengan tema-tema spiritualitas dan mistisisme Islam. Ia menerima Anugerah Seni dari Pemerintah RI, 1972. Karya lukisnya pernah memenangkan hadiah utama pada Biennal Seni Lukis Nasional di tahun 1974 dan 1978.
Ahmad Sadali adalah seorang pelukis yang diakui luas memiliki reputasi di tingkat nasional, regional dan dunia Islam. Dalam sejarah seni rupa modern Indonesia, Ahmad Sadali dikenal sebagai bapak seni lukis abstrak dan salah seorang perintis seni rupa bernafas Islam. Paduan antara seniman, akademikus, dan aktivis pergerakan Islam merupakan fenomena unik dalam dunia seni rupa modern yang berpijak pada prinsip otonomi seni dan keterpisahan seni dari bidang kehidupan lain seperti politik, moralitas, dan agama. Di pihak lain, dari sudut pandang keislaman, sosok da’i dan aktivis Islam yang berpadu dengan pelukis modern sekuler merupakan hal yang tidak lazim. Kondisi yang nampak paradoksal ini menghadirkan permasalahan ilmiah yang menarik untuk diteliti: sebagai seorang seniman yang sepanjang hidupnya memegang teguh nilai-nilai keislaman, apakah karya-karyanya mencerminkan nilai-nilai itu? Bagaimanakah pengaruh kecenderungan personal dan kultural pada bentuk karyanya? Di mana letak otentisitas Ahmad Sadali dalam konteks kemodernan dan keislaman? Bagaimanakah makna dan kontribusi karyanya dikaitkan dengan masalah modernitas dan spiritualitas Islam?
Penelitian ini mencakup hubungan antara karya Ahmad Sadali dengan faktor internal dan eksternal (personal dan kultural). Kajian karya Ahmad Sadali dalam konteks modernitas dan spiritualitas Islam dan penafsiran makna dan otentisitas karya Ahmad Sadali.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa bentuk kepribadian Ahmad Sadali merepresentasikan kepribadian muslim modernis yang berpijak pada sumber ajaran kerohanian Islam, tauhid. Sedang dalam konteks modernitas, karya Ahmad Sadali menjangkau tiga wilayah utama: estetik, kultural, dan intelektual. Pada wilayah estetik, karya Sadali merupakan perwujudan pembaharuan berupa penemuan medium pada prada emas, teknik tekstur, tema gunungan, kaligrafi serta gaya seni abstrak meditatif. Karya Sadali juga menunjukkan kehadiran modernitas estetik yang berbeda dari modernitas estetik Barat yang menjauhkan seni dari nilai spiritualitas. Dalam karya Sadali, nilai spiritualitas menjadi nilai utama yang mampu mengembalikan nilai mitis, ibadah, dan puitis ke dalam ungkapan artistik. Pada wilayah kultural, gaya abstrak meditatif Sadali menjadi aliran seni yang melibatkan tokoh seniman lain, dan mengarus sebagai bentuk budaya keislaman. Sementara itu, secara intelektual, pemikiran estetika Ahmad Sadali yang menyatukan antara rasa, rasio, dan iman dalam satu kesatuan integral merupakan bentuk pemikiran yang mengoreksi modernisme.
Dalam konteks spiritualitas Islam, karya Sadali mewujudkan nilai tauhid, karya seni sebagai pembentuk lingkungan hidup dan pemuliaan martabat benda, nilai keabstrakan, kaligrafi, dan fungsi seni sebagai pengingat hakekat ketuhanan, dzikir, tasbih, dan tahmid. Dengan demikian, baik dalam konteks modernitas maupun spiritualitas Islam, karya Sadali dapat ditafsirkan mengandung makna dan peran tazkiyah, celupan atau penyucian seni modem atau spiritualisasi modernitas. Dari sisi yang lain, ia memiliki makna dan peran memodernisasi seni Islam.
Kontribusi ilmiah hasil penelitian mencakup penemuan konsep modernitas yang berbeda dari konsep modernitas yang berlaku selama ini dan teridentifikasikannya keberadaan paradigma seni dan budaya keislaman di Indonesia dengan karya Ahmad Sadali sebagai salah satu tonggak yang penting.
Lukisan Achmad Sadali, yang berjudul “Gunungan Emas” tahun 1980 merupakan salah satu ungkapan yang mewakili pencapaian nilai religiusitasnya. Sebagai pelukis abstrak murni Sadali memang telah lepas dari representasi bentuk-bentuk alam. Namun demikian, dalam bahasa visual semua bentuk yang dihadirkan seniman dapat dibaca dengan berbagai tingkatan penafsiran. Dalam usian peradaban yang ada, manusia telah terbangun bawah sadarnya oleh tanda-tanda yang secara universal bisa membangkitkan spirit tertentu. Warna-warna berat, noktah dan lubang, serta guratan-guratan pada bidang bisa mengingatkan pada citra misteri, arhaik, dan kefanaan. Tanda segi tiga, konstruksi piramida memberikan citra tentang religisitas. Lebih jauh lagi lelehan emas dan guratan-guratan kaligrafi Al Qur’an dapat memancarkan spiritualitas islami. Semua tanda-tanda tersebut hadir dalam lukisan-lukisan Sadali, sehingga ekspresi yang muncul adalah kristalisasi perenungan nilai-nilai religius, misteri dan kefanaan.
Pembacaan tekstual ikonografis itu, telah sampai pada interprestasi imaji dan pemaknaan bentuk. Namun demikian karena Sadali selalu menghindar dengan konsep eksplisit dalam mendeskripsikan proses kreatifnya, maka untuk menggali makna simbolis karya-karyanya perlu dirujuk pandangan hidupnya. Sebagai pelukis dengan penghayatan muslim yang kuat, menurut pengakuannya renungan kreatifitas dalam melukis sejalan dengan penghayatannya pada surat Ali Imron, 190 – 191 dalam al-Qur’an. Ia disadarkan bahwa sebenarnya manusia dianugerahi tiga potensi, yaitu kemampuan berzikir, berfikir, dan beriman untuk menuju “manusia ideal dan paripurna” (Ulul-albab). Menurut Sadali daerah seni adalah daerah zikir. Makin canggih kemampuan zikir manusia, makin peka mata batinnya. Dalam lukisan yang berjudul “Gunungan Emas,” dapat dilihat bagaimana Sadali melakukan zikir, mencurahkan kepekaan mata batinnya dengan elemen-elemen visual.
(Dari berbagai sumber).

About Elsya Vera Indraswari

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Post a Comment

Terimakasih telah berkunjung di Pesantren Seni Kaligrafi Al Quran, silahkan meninggalkan pesan, terima kasih


Top