PSKQ Modern, 25 Mei 2015
Ia
menempuh pendidikan mulai dari HIS Boedi Priyayi di Garut (1938), MULO
Paundan, Tasikmalaya (1941), AMS dan SMT di Yogyakarta (1945), Fakultas
Teknik Universitas Indonesia jurusan seni rupa yang sekarang menjadi ITB
Departement of Fine Arts di bawah bimbingan Ries Mulder. Ia kemudian
memperoleh beasiswa dari Rockefeller Foundation untuk belajar ke Amerika
Serikat di Iowa State University, Arts Teachers College di Unversitas
Columbia dan juga New York Art Students League (1956-1957). Sekembali
dari belajar di Amerika, Sadali mulai mengembangkan gaya seni lukisnya
yang khas dalam corak abstrak yang kemudian dipadukannya dengan
tema-tema spiritualitas dan mistisisme Islam. Ia menerima Anugerah Seni
dari Pemerintah RI, 1972. Karya lukisnya pernah memenangkan hadiah utama
pada Biennal Seni Lukis Nasional di tahun 1974 dan 1978.
Ahmad Sadali adalah
seorang pelukis yang diakui luas memiliki reputasi di tingkat nasional,
regional dan dunia Islam. Dalam sejarah seni rupa modern Indonesia, Ahmad Sadali dikenal sebagai bapak seni lukis abstrak dan salah seorang perintis seni rupa bernafas Islam. Paduan
antara seniman, akademikus, dan aktivis pergerakan Islam merupakan
fenomena unik dalam dunia seni rupa modern yang berpijak pada prinsip
otonomi seni dan keterpisahan seni dari bidang kehidupan lain seperti
politik, moralitas, dan agama. Di pihak lain, dari sudut pandang
keislaman, sosok da’i dan aktivis Islam yang berpadu dengan pelukis
modern sekuler merupakan hal yang tidak lazim. Kondisi yang nampak
paradoksal ini menghadirkan permasalahan ilmiah yang menarik untuk
diteliti: sebagai seorang seniman yang sepanjang hidupnya memegang teguh
nilai-nilai keislaman, apakah karya-karyanya mencerminkan nilai-nilai
itu? Bagaimanakah pengaruh kecenderungan personal dan kultural pada
bentuk karyanya? Di mana letak otentisitas Ahmad Sadali dalam konteks
kemodernan dan keislaman? Bagaimanakah makna dan kontribusi karyanya
dikaitkan dengan masalah modernitas dan spiritualitas Islam?
Penelitian
ini mencakup hubungan antara karya Ahmad Sadali dengan faktor internal
dan eksternal (personal dan kultural). Kajian karya Ahmad Sadali dalam
konteks modernitas dan spiritualitas Islam dan penafsiran makna dan
otentisitas karya Ahmad Sadali.
Hasil
penelitian mengungkapkan bahwa bentuk kepribadian Ahmad Sadali
merepresentasikan kepribadian muslim modernis yang berpijak pada sumber
ajaran kerohanian Islam, tauhid.
Sedang dalam konteks modernitas, karya Ahmad Sadali menjangkau tiga
wilayah utama: estetik, kultural, dan intelektual. Pada wilayah estetik,
karya Sadali merupakan perwujudan pembaharuan berupa penemuan medium
pada prada emas, teknik tekstur, tema gunungan, kaligrafi serta gaya
seni abstrak meditatif. Karya Sadali juga menunjukkan kehadiran
modernitas estetik yang berbeda dari modernitas estetik Barat yang
menjauhkan seni dari nilai spiritualitas. Dalam karya Sadali, nilai
spiritualitas menjadi nilai utama yang mampu mengembalikan nilai mitis,
ibadah, dan puitis ke dalam ungkapan artistik. Pada wilayah kultural,
gaya abstrak meditatif Sadali menjadi aliran seni yang melibatkan tokoh
seniman lain, dan mengarus sebagai bentuk budaya keislaman. Sementara
itu, secara intelektual, pemikiran estetika Ahmad Sadali yang menyatukan
antara rasa, rasio, dan iman dalam satu kesatuan integral merupakan
bentuk pemikiran yang mengoreksi modernisme.
Dalam
konteks spiritualitas Islam, karya Sadali mewujudkan nilai tauhid,
karya seni sebagai pembentuk lingkungan hidup dan pemuliaan martabat
benda, nilai keabstrakan, kaligrafi, dan fungsi seni sebagai pengingat
hakekat ketuhanan, dzikir, tasbih, dan tahmid.
Dengan demikian, baik dalam konteks modernitas maupun spiritualitas
Islam, karya Sadali dapat ditafsirkan mengandung makna dan peran
tazkiyah, celupan atau penyucian seni modem atau spiritualisasi
modernitas. Dari sisi yang lain, ia memiliki makna dan peran
memodernisasi seni Islam.
Kontribusi ilmiah hasil penelitian mencakup penemuan konsep modernitas yang berbeda dari konsep modernitas yang berlaku selama ini dan teridentifikasikannya keberadaan paradigma seni dan budaya keislaman di Indonesia dengan karya Ahmad Sadali sebagai salah satu tonggak yang penting.
Kontribusi ilmiah hasil penelitian mencakup penemuan konsep modernitas yang berbeda dari konsep modernitas yang berlaku selama ini dan teridentifikasikannya keberadaan paradigma seni dan budaya keislaman di Indonesia dengan karya Ahmad Sadali sebagai salah satu tonggak yang penting.
Lukisan Achmad Sadali, yang berjudul “Gunungan Emas”
tahun 1980 merupakan salah satu ungkapan yang mewakili pencapaian nilai
religiusitasnya. Sebagai pelukis abstrak murni Sadali memang telah
lepas dari representasi bentuk-bentuk alam. Namun demikian, dalam bahasa
visual semua bentuk yang dihadirkan seniman dapat dibaca dengan
berbagai tingkatan penafsiran. Dalam usian peradaban yang ada, manusia
telah terbangun bawah sadarnya oleh tanda-tanda yang secara universal
bisa membangkitkan spirit tertentu. Warna-warna berat, noktah dan
lubang, serta guratan-guratan pada bidang bisa mengingatkan pada citra
misteri, arhaik, dan kefanaan. Tanda segi tiga, konstruksi piramida
memberikan citra tentang religisitas. Lebih jauh lagi lelehan emas dan
guratan-guratan kaligrafi Al Qur’an dapat memancarkan spiritualitas
islami. Semua tanda-tanda tersebut hadir dalam lukisan-lukisan Sadali, sehingga ekspresi yang muncul adalah kristalisasi perenungan nilai-nilai religius, misteri dan kefanaan.
Pembacaan
tekstual ikonografis itu, telah sampai pada interprestasi imaji dan
pemaknaan bentuk. Namun demikian karena Sadali selalu menghindar dengan
konsep eksplisit dalam mendeskripsikan proses kreatifnya, maka untuk
menggali makna simbolis karya-karyanya perlu dirujuk pandangan hidupnya.
Sebagai pelukis dengan penghayatan muslim yang kuat, menurut
pengakuannya renungan kreatifitas dalam melukis sejalan dengan
penghayatannya pada surat Ali Imron, 190 – 191 dalam al-Qur’an. Ia
disadarkan bahwa sebenarnya manusia dianugerahi tiga potensi, yaitu
kemampuan berzikir, berfikir, dan beriman untuk menuju “manusia ideal
dan paripurna” (Ulul-albab). Menurut Sadali daerah seni adalah daerah zikir. Makin canggih kemampuan zikir manusia, makin peka mata batinnya. Dalam lukisan yang berjudul “Gunungan Emas,” dapat dilihat bagaimana Sadali melakukan zikir, mencurahkan kepekaan mata batinnya dengan elemen-elemen visual.
(Dari berbagai sumber).
No comments: