Slider[Style1]

PSKQ dalam Liputan

Style2

Style3[OneLeft]

Style3[OneRight]

Style4

Style5

Style6

Style7

Style8

Style9

Beredarnya Kaligrafi Bertuliskan Doa Bapa di Beringharjo Jogjakarta

PSKQ Modern, 31 Agustus 2015 
 
Bentuk Kaligrafi ABANA 
Mencuatnya kabar kaus kaligrafi Arab di Pasar Beringharjo Jogjakarta di nilai sebagai bentuk salah satu pemurtadan dan mengelabui umat Islam. Pasalnya, umat Islam memaknai kaligrafi Arab memiliki nilai artian keislaman.

Terdapat tulisan Abana (bapak kami) pada salah satu kaos yang dijual di Pasar Beringharjo. Dalam isalam tidak bapak kami. Tidak ada masalah jika kitab injil ditulis dengan Bahasa Arab, Inggris maupun Indonesia. Termasuk menuliskan doa mereka dalam sebuah kaligrafi. Namun, umat Islam harus menyadari adanya maksud lain dibalik pembuatan kaligrafi tersebut.

Ismail, Juru bicara HTI menilai, kaligrafi tersebut memiliki maksud kristenisasi dan pemutadan. Non-Islam, kata dia, ingin membentuk opini bahwa karyannya adalah kaligrafi Islam. Sehingga banyak umat yang sudah terkecoh karena pada umumnya berpandangan kaligrafi memiliki makna yang baik dalam pengartiannya.

MUHAMED ZAKARIYA



PSKQ Modern, 31 Agustus 2015


Mohamed Zakariya adalah kaligrafer Islam kelahiran Amerika yang memegang aliran sulus, nesih dan taklik dari Pusat Penelitian Sejarah Islam, Seni, dan Budaya di Istanbul. Karyanya telah dipamerkan di seluruh dunia, dan ia dikenal melalui desain di U.S "Eid Greetings/ucapan idul ftri" pada kartu idul fitri/ prangko.
Dari merancang logo Idul Fitri dia menjadi ahli konsultasi di kurator museum dan kolektor dari seni lukis Islam di seluruh dunia. Mohamed Zakariya dianggap juara terkemuka untuk seni kaligrafi Islam di Amerika. Setelah masuk Islam pada tahun 1961, ia memperlajari bahasa Arab dan kaligrafi Islam, setelah mendapatkan izin  berkarya dalam kaligrafi Islam dan pujian di seluruh dunia tentang prestasinya. Ia berlatih kaligrafi di sela-sela jadwal sibuk mengajar.

KISAH PERJALANAN MOHAMED ZAKARIYA

Mohamed Zakariya pergi ke Maroko pada tahun 1961, saat itu adalah hari libur dari pekerjaannya di sebuah pabrik di Los Angeles. Ia memilih Maroko karena  murah dan terdengar penuh tantangan. Siapa yang bisa melihat kembali apa peninggalan sejarah yang kita punya di abad ke 19? Ketika dia kembali ke LA, hanya ada satu masjid. Para anggota masjid tersebut semua imigran, dan tidak ada orang yang benar-benar belajar dan tahu tentang agama Islam dengan baik. Seorang muallaf tidak disambut dengan baik dan harus belajar Islam sendiri.

Mohamed Zakariya ingin belajar semua tentang Islam, tetapi kemampuan bahasa Inggrisnya membuatnya putus asa. Ia harus belajar bahasa Arab, jadi ia harus belajar banyak "mengajar diri sendiri" mempelajari buku dan pergi ke kota untuk belajar. Ketika ia kembali ke Maroko pada tahun 1964, ia mengalami kesulitan berkomunikasi karena bahasa arab yang ia pelajari adalah bahasa Arab klasik. Ia tidak masalah dengan berbagai bahasa yang ditemuinya. Ia pergi ke Fez, di mana ia bisa memahami lebih banyak orang lain. Di sana ia menemukan budaya sarjana belajar dan tradisi musik klasik Andalusia, hal yang menyenangkan baginya.

Mohamed Zakariya menghabiskan dua tahun perjalanan tersebut, satu tahun di Maroko dan satu tahun di Eropa dan Inggris, di mana ia mempelajari Mushaf kuno besar di British Museum. Ia bekerja di sebuah rombongan komedi Inggris untuk menghasilkan uang dan hidup sebagai tamu dengan keluarga Rusia yang rata-rata seniman dan musisi. Ia juga membantu merenovasi rumah. Namun demikian, itu adalah cara yang tidak mudah dalam kehidupannya. Ia menyukai kehidupan Muslim di Maroko dan memegang itu saat bepergian. Kehidupan Muslim di Inggris berbeda, dan ia pikir itu asing untuknya. Kemurahan hati adalah hal yang penting untuknya.

Hal pertama yang ingin ia sampaikan tentang kaligrafi di Wilshire Boulevard adalah artistiknya. Pada tahun 1960, umat Islam di Amerika tidak tahu tentang kaligrafi kecuali sebagai legenda dan dianggap bodoh dan belum matang bagi siapa saja untuk mempelajari hal itu., kecuali orang-orang yang beruntung.

Nama-nama tulisan jalil, Ma'il, mashq, kufi - merupakan upaya untuk menempatkan nama pada tulisan yang telah hilang nama aslinya karena waktu dan tidak diabadikan. Tulisan nama-nama tersebut di dunia telah hilang, di dunia ini kita bisa kehilangan diri kita sendiri. Tulisan yang hilang ini adalah tulisan yang menarik dan sangat diperlukan dalam sejarah kaligrafi, tetapi nilai seni kontemporer mereka belum dieksploitasi.

Ada juga sulus, Reyhani, dan nesih. Reyhani adalah kuno, dan sebenarnya disalah pahami yaitu sebagai kaligrafi tradisional. Sulus dan nesih - pasangan yang penting adalah dua model dasar, tulisan Rolls Royce dan Ferrari.

Taklik dan taklik celi adalah Bugatti dan Ducati. Kaligrafi, seperti musik dan puisi, yaitu ekspresi yang diungkapkan. Karya tulis/ seni tulis bisa mengungkapkan makna tetapi akhirnya tak terkatakan.

Sulus, nesih, taklik, dan taklik celi dan lainnya bisa ia tulis. Tapi baginya, ini adalah yang paling disukainya. Masing-masing memiliki rahasia dan keunikan.   

Rahasia/keunikan sulus adalah kehalusan dan stasis dalam gerak dan drive. Rahasia nesih adalah seperti alam sebagai yang digambarkan daun jatuh dan betaburan di kolam. Rahasia taklik seperti contohnya untuk mengingatkan kita jika bisa terbang seperti burun. Rahasia taklik celi adalah belit, otot-otot di istirahat.

Ada aspek dari pekerjaan ini yang menyerupai bekerja dan sikap pengrajin/seniman sangat serius, tidak norak. Kaligrafi tidak dapat dilakukan tanpa proses dan bahan-bahan tertentu. Seniman Tidak belajar hanya setengah-setengah dalam dunia seni. Kaligrafi, menurutnya adalah tiga dimensi, bukan dua. Idenya adalah untuk menghasilkan sebuah hasil karya, obyek. Hal ini tidak bisa maya - cetak atau gambar digital tidak sama sebagai objek, yang dibuat oleh tangan dan pikiran. Jika tidak ada studi atau penelitian atau beasiswa , maka hal tersebut tidak ada kemajuan/ dampak yang positif.

Ia sangat tertarik pada makna yang di sampaikan pada goresan kaligrafi. Tulisan tersebut menyampaikan, dan hasilnya juga memberitahu makna yang tersirat. Dan cinta, tentu saja. Bekerja tanpa cinta itu hanya sia-sia. Dalam bahasa Arab kita bisa menyebutnya abtar (terputus).

Menurut Mohamed Zakariya, Hasan Celebi sekarang diakui sebagai Rais al-Hattatin (kepala kaligrafi). Kata-kata seperti guru, ustad, Hoca, dll mengurangi realitas sepertinya. Salah satu hal dalam Islam yang harus terus ada adalah orang-orang seperti Hasan Celebi harus selalu ada. Ada dua tokoh yang dapat kita jadikan panduan: Mahmud Celaluddin di abad ke-19 dan Hamid Aytac di abad ke-20, tapi mereka berdua juga mempelajari karya para pendahulu.

Di antara mereka yang paling menarik baginya ialah Ibnul Bawwabb Baghdad, seorang pemula; Seyh Hamdullah (1520.), seniman yang memberikan metode baru dalam dunia kaligrafi yang modern serta memberikan filsafat dengan cara yang lebih baik untuk memperbaiki hasil kerja dalam dunia seni kaligrafi; dan Yesari Mehmed dan putranya Yesarizade, yang memberi visi baru dalam jenis kaligrafi Jeli (celi di Turki) atau tulis besar.

Pada abad ke-19 banyak kaligrafi favoritnya. Yang paling disengangi adalah Kadiasker Mustafa Izzet, jenis kaligrafi nesih seperti motif  kupu-kupu terbang , dan Yahya Hilmi yang menulis. menurut pendapatnya, mushaf yang paling indah adalah yang sekarang ditempatkan di Sackler Museum Harvard.

Dan kemudian ada Hulusi Efendi dan Necmeddin Efendi, yang membawa taklik ke zaman modern, dan Hamid Aytac, yang mengajar hebat dari abad ke-20, dan tentu saja gurunya sendiri, Ali Alparslan (Ruhuna fatiha) dan Hasan Celebi. Menurutnya mereka berdua  orang-orang hebat dalam dunia seni, kedua laki-laki itu mempunya etika yang baik dan hati yang abik pula.

Semua ahli kaligrafi ini adalah orang-orang yang hebat, tetapi beberapa diantara mereka mempunyai tragedi kehidupan yang mengerikan dan sangat sedikit diantara mereka yang menjadi kaya. Jarang sekali mereka mendapatkan penghasilan yang layak. Banyak dari mereka hidup pada masa yang tersiksa oleh api dan malapetaka ditandai dengan ada diantara mereka yang diusir dari rumah mereka di Eropa oleh orang Kristen revanchist sehingga menjadi pengungsi. Namun, mereka tidak meninggalkan seni diusia mereka waktu itu. Bagaimana orang bisa memilih yang paling mereka suka/favorit?

Baginya, Mahmud Yasir "Kalem Guzeli" adalah buku paling menarik yang pernah ditulis tentang kaligrafi Islam. Buku  Ini berisi tentang isian yang sederhana, tapi sedikit demi sedikit berisi hal baik dan menakjubkan. "Nafas-seperti aliran" adalah proses pelembutan/mempermudah konsep yang sulit, tetapi setiap orang akan menjelaskan secara berbeda tentang isi hal tersebut.

Dalam setiap tulisan yang dibacanya, ada standar dan bahkan ribuan kombinasi kaligrafi dan seorang kaligrafer harus bisa mempelajarinya dengan baik. Untuk menghasilkan tuisan yang baik, terlihat alami, tanpa hal yang melenceng seorang penulis harus mempelajari standart yang ada. Penulis akan dapat menghasilkan kjarya tulis yang baik jika penulis tersebut dapat memilih bagian-bagian kata yang terbaik dan natural. Tulisan yang dapat tersusun dengan alami, dan ada usaha memperbaikinya. Ketika hal itu terjadi maka karya tulis tersebut akan menjadi sebuah seni.

Dalam websitenya, Muhamed Zakariya menulis sebuah esai tentang hilye. The hilye kata dalam konteks ini berarti deskripsi. Dalam hal itu deskripsi adalah dengan sifat linguistik tertentu. Hilyes ditulisnya, dia percaya hal itu dapat memperjelas ingatan seseorang yang membaca. Mengapa? Tanpa imajinasi manusia, teks/tulisan dalam artikel itu tidak berguna. Hilye menunjukkan bagaimana orang-orang tertentu mencerminkan pesan mereka - bagaimana mereka hidup dan menyampaikan pesan mereka dan mencerminkannya dalam kehidupan mereka. Fakta bahwa hilyes juga mencakup deskripsi fisik seseorang juga membantu pembaca (pemirsa) untuk merasakan hubungan dengan orang itu, memperkuat bagian-bagian lain dari teks/tulisan artikel hilye. Dalam sejarah kita memiliki hilyes orang seperti Musa, Ibrahim, dan Yesus (aleyhimus-selam), semua berasal dari sumber awal.

The hilyes Muhammad (sallallahu aleyhi adalah-sallam) datang dalam berbagai bentuk, panjang, pendek, dan menengah. Beberapa telah diterjemahkan ke dalam bahasa Turki dan beberapa telah disusun sebagai puisi, seperti Ottoman karya Hilye-I Hakani, oleh Hakani Mehmed Bey (d. 1606). Kaligrafer Ottoman Hafiz Osman (d. 1698) adalah kaligrafer pertama yang menulis hilye sebagai karya kaligrafi. Untuk membaca hilye adalah untuk mempermudah deskripsi tentang sesuatu dan memberikan substansi yang lebih besar untuk cinta seseorang untuk Nabi.

Nasehat yang pernah Muhamed Zakariya adalah Karya Seni kita akan makmur dan berkembang dengan baik di tanah orang asing merupakan suatu tantangan. Kaligrafi membutuhkan dua aspek yaitu seniman dan penonton. Seniman kaligrafi saat ini, seperti di masa lalu, harus mengutamakan kualitas - pengetahuan agama, pengetahuan tentang teks/seni tulis, pengetahuan tentang bahan dan teknik. Juga yang terpenting adalah kemampuan untuk menggunakan dan menikmati bahasa seperti bahasa Arab klasik dan Turki; dalam kasus saya, bahasa ini telah memberikan saya kemudahan menghasilkan  harta. Siapa pun yang bekerja keras dan ingin sukses bisa dengan menguasai  kaligrafi.

Kaligrafer harus memahami, bagaimanapun, menghasilkan karya seni berkualitas tinggi, hasil kaligrafi ini juga bisnis. Jika melalui kaligrafi tidak bisa mendapatkan kehidupan yang layak, seni tidak akan berhasil dan akan layu dan mati. Ia selalu mengatakan kepada murid-muridnya bahwa setelah belajar, mereka membutuhkan beberapa cara untuk menjadi orang-orang bisnis.

Selain itu, setiap kaligrafer yang baik merupakan seorang guru kaligrafi juga. Ini adalah tugas dan kehormatan bagi kami. Di bawah situasi yang terbaik, kita ajarkan secara gratis. Tapi untuk mengajar, salah satu kebutuhan siswa yang berdedikasi. Dalam bentuk pengajaran yang dikembangkan di masa sekarang ini, hubungan guru-murid sangat kaya dan bermanfaat. Kami menghormati guru kami karena mereka membawa kita dan mengajarkan keterampilan teknis. Bagi saya ini adalah perintah utama "prime directive.".

Top