Oleh : Muh Nur
Tidak pernah terlintas dalam benak seorang pun di
antara murid yang ada di kuttab (tempat mengaji) yang ada di desar Anji, bagian
timur Turki, bahwa salah satu kawan mereka, Hasan Celebi, kelak akan
mendapatkan kehormatan dengan menulis kaligrafi untuk menghiasi Masjid Nabawi,
juga Masjid Quba’ yang ada di Madinah Munawarah.
Al-Ustadz Hasan Celebi lahir di desa Anji, wilayah ErzurumTurki pada tahun
1938, di saat perang dunia kedua sedang meletus. Ketika beliau menginjak usia
sekolah, belum ada sekolah dasar yang berdiri di daerahnya. Hanya seorang guru
dari desa tersebut, yang rajin membawakan majalah dan koran ke desanya, lalu
menempelkannya pada sebuah etalase untuk dibaca oleh penduduk setempat. Dari
koran itulah, Hasan Celebi kecil belajar membaca.
Pada tahun 1946, di daerah di mana Hasan Celebi berada, didirikan madrasah
untuk belajar mengaji (kuttab), yang kemudian berhasil mengantarkan enam anak
desanya menyelesaikan hafalan al-Qur’annya. Sebuah walimah untuk menghargai
keenam anak tersebut, menginspirasi Hasan Celebi untuk ikut menghafal al-Qur’an
kepada salah seorang pamannya, dan ia pun berhasil menyelesaikan hafalkan
al-Qur’an ketika umurnya masih belia.
Pada tahun 1955 Hasan Celebi pindah ke Istanbul untuk mendalami Ilmu
al-Qur’an dan bertempat tinggal di madrasah Auj Basya, dia menempati sebuah
kamar yang telah disiapkan oleh seorang tetangga desanya yang lebih dahulu
hijrah ke Istanbul.
Di Istanbul, Hasan Celebi juga belajar Bahasa Arab dan ilmu-ilmu agama yang
lain. Setelah enam bulan kemudian, dia dipindah tugaskan ke Madrasah Jinli di
bilangan Uskudar, Istanbul. Lantas diangkat menjadi muadzin di masjid Muhramah
Sultan pada tanggal 14 mei 1956.
Pada kurun 1957-1958, Hasan Celebi kemudian mengikuti wajib militer dan
setelah selesai, diangkat menjadi Imam pada Masjid Muhammad Nashuha. Pada
tanggal 27 mei 1960 dipindah tugaskan ke daerah timur laut Turki di luar
Istanbul sebagai mu’adzin, di tempat inilah beliau bertemu dengan Mufti Hafidz
Bakar yang pada tahun 1963, membawa Hasan Celebi kembali ke Istanbul dan
mengangkatnya kembali menjadi Imam masjid di Masjid Assyaikh, lalu kemudian
pindah ke masjid Selami Ali.
Pada tahun 1974 Syaikh Hasan pernah ditawari untuk bekerja pada bidang yang
berhubungan dengan khot, tetapi beliau menolaknya karena belum siap, mengingat
masih sibuk mengerjakan tugas resminya sebagai seorang imam masjid. Beliau
pensiun pada taun 1978 lalu mendedikasikan hidupnya pada bidang seni kaligrafi
dan mengajarkannya di Istanbul.
Persentuhan Syaikh Hasan Celebi dengan Kaligrafi.
Pada dasarnya, kertas dan tulisan sudah sejak lama menjadi perhatian Hasan
Celebih, bahkan sejak beliau kecil. Kebiasaannya adalah meniru kaligrafi yang
ada di masjid desanya dengan sebaik-baiknya. Selain itu, beliau juga menulis
khot pada masjid di daerah Yusuf Ali, di mana beliau pernah bertugas di sana
sebagai seorang imam.
Pada tahun ketika pulang kembali ke Istanbul, Syaikh Hasan bertemu dengan
seorang ahli batu terkenal bernama Yusuf Afandi. Pertemuan ini rupanya menjadi
titik awal perubahan pada kehidupan Syaikh Hasan Celebi. Di mana Yusuf Afandi
lah yang membawa Hasan Celebi ke tempat Hamid Aytac (1891-1982) untuk
mengenalkannya. Saat itulah Hasan Celebi menyampaikan keinginannya untuk
menadalami khot dari Hamid Aytac. Namun sayang, karena kesibukan yang sangat
padat, Hamid Aytac belum bisa menerimanya dan menyarankan supaya pergi ke
Ustadz Mustafa Halim Ozyazici (1896-1963).
Maka mulai saat itu, Hasan Celebi belajar khot pada Ustadz Musthafa Halim
yang tinggal di tepian kota Istanbul. Dan mulai saat itu pula, Hasan Celebi
memasuki dunia kaligrafi, di mana di kemudian hari, ia mendedikasikan hidupnya
untuk seni luhur ini. Konon, pada hari pertama belajar, Ustadz Musthafa Halim
menunjuk kepada salah satu tulisan Hasan Celebih sambil berkata kepada salah
seorang kawannya, “lihatlah fa’ mursalah ini, alangkah indahnya….ini adalah
awal yang menggembirakan dan menjanjikan”. Sebuah pujian sang guru yang
berkesan dan memberikan motivasi besar pada muridnya.
Pada saaat itu, ongkos transportasi dari Istanbul ke rumah Ustadz Musthafa
Halim tidaklah murah. Karena itulah, Syaikh Hasan Celebi tidak bisa sering
berkunjung ke rumah ustadznya tersebut. Hingga pada suatu hari, Ustadz Musthafa
Halim meninggal karena kecelakaan lalu tintas, tepat empat bulan setelah Syaikh
Hasan Celebi mengenal dan belajar pelajaran pertama darinya.
Saat itulah, Syaikh Hasan sempat tergoncang hatinya. Di mana beliau
ditinggal sang guru di saat hubungan baik antara keduanya baru terjalin selama
empat bulan. Pada saat yang sama, Syaikh Hasan juga tidak berani untuk kembali
ke Hamid Aytac untuk berguru kepadanya, setelah Ustadz Hamid belum berkenan
menerimanya pada kali pertama dia mengunjunginya.
Pada waktu itulah, Syaikh Hasan bertemu dengan Sayid ‘Auni Bilman,
seseorang yang mempunyai pengaruh pada kantor Urusan Keagamaan di Istanbul.
Setelah bercerita banyak tentang permasalahan yang ada, Sayid ‘Auni pun
memberikan motivasi kepada Syaikh Hasan supaya kembali menemui Hamid Aytac,
sambil meminta supaya menyampaikan salam darinya untuk Ustadz Hamid.
Dengan bantuan Sayid ‘Auni tadi, akhirnya Ustadz Hamid bersedia menerima
Syaikh Hasan sebagai muridnya. Dan inilah awal dari hubungan baik guru-murid
antara Syaikh Hasan dengan Ustadz Hamid Aytac yang bermula pada 14 Oktober 1964
dan berlangsung selama kurun waktu 16 tahun.
Belajar dengan Ustadz Hamid bukanlah sesuatu yang mudah. Karena beliau
cenderung pendiam dan tidak banyak bicara. Karena itulah, tidak mudah bagi
muridnya untuk mengetahui kesalahan yang ada pada pelajarannya, dan menyebabkan
Syaikh Hasan harus menyelesaikan selama dua tahun tulisan “rabbi yassir wala
tu’assir rabbi tammim bilkhair”. Sebuah do’a yang harus ditulis sebelum masuk
kepada pelajaran mufradat dan murakkabat huruf.
Setelah menyelesaikan menulis do’a itulah, Syaikh Hasan kemudian memulai
pelajaran keduanya. Dalam menyelesaikan belajar, Syaikh Hasan baru pindah ke
pelajaran baru jika kesalahan pada pelajaran yang sedang ditashih kurang dari
empat. Demikianlah hingga beberapa tahun kemudian terlihat perkembangan yang
menjanjikan pada pelajaran Syaikh Hasan. Bukan hanya pada tulisannya, tetapi
juga pengetahuan dan wawasan beliau tentang khot pun bertambah. Sehingga setiap
orang yang mengetahui tulisan beliau, dan orang tersebut tahu tentang kaidah
khot yang benar, selalu bertanya, apakah ustadz kamu belum memberimu ijazah
sampai sekarang? Di antara para khattath yang menanyakan hal tersebut adalah
Syaikh Najmuddin Oqyay (1883-1976) dan Ustadz Kamal Batanay (1893-1981).
Meskipun begitu, Syaikh Hasan belum berani menanyakan perihal ijazah tersebut
sebagai bentuk dari menjaga adab terhadap guru.
Pada tahun 1970, Syaikh Hasan menulis Helyah Syarifah dengan meniru aslinya
yang ada pada salah satu masjid di Istanbul, kemudian ditunjukkan kepada Ustadz
Hamid. Ustadz Hamid lantas memberikan tashih pada beberapa bagian, dan Syaikh
Hasan pun mengulang tulisan tersebut sebagaimana isyarat yang ada pada tashih.
Demikianlah hingga akhirnya Syaikh Hasan memperoleh ijazah dengan menulis
helyah tersebut, setelah berusaha mengulang-ulang dengan memperbaiki dan terus
mentashihkan tulisan helyah ‘calon ijazah’ tersebut kepada ustadznya selama
kurun waktu enam tahun.
Di sela-sela belajar naskhi dan tsuluts kepada Ustadz Hamid, Syaikh Hasan
juga belajar Nas’taliq dan Riq’ah pada Ustadz Kamal Batanay (beliau adalah
murid khulushi afandi di khot nasta’liq dan juga murid Muhammad izzat di khot
riq’ah, dan terkenal sebagai ustadz nasta’liq dan riq’ah). Ustadz Kamal juga
dikenal tawadhu’ dan lembut perangainya serta tidak pernah menolak murid yang
datang. Karena itulah, ketika Syaikh Hasan mengutarakan keinginannya untuk
belajar nasta’liq, Ustadz Kamal menerimanya hingga mendapatkan ijazah darinya,
dengan meniru qith’ah yang ditulis oleh kaligrafer besar yang juga mempunyai
gelar Syaikhul Islam pada masanya, Waliyuddin Afandi.
Tulisan-tulisan al-Ustadz Hasan Celebi telah banyak menghiasai sejumlah
dinding masjid maupun mihrabnya. Di antaranya adalah tulisannya pada:
- Masjid Jilih Khan, Istanbul.
- Masjid Yildiz Beyazid, Istanbul.
- Masjid At-thib al-Islami, Kuwait.
- Perluasan Masjidil Haram, Madinah Munawarah dengan pajang 100 meter, surat al-jum’ah dan surat al-mulk.
- Masjid Quba’, panjang 140 meter, Madinah Munawarah.
- Masjid al-Jum’ah, Mandinah Munawarah.
- Masjid Abu Bakr ash-shiddiq ra. Madinah Munawarah.
- Masjid Umar bin khattab ra. Madinah Munawarah.
- Masjid Ali bin Abi Thalib ra. Madinah Munawarah.
- Masjid Al-Bukhariah, Madinah Munawarah.
- Masjid al-Haritsi, Jeddah.
- Masjid Shalih Kamil, Madinah Munawarah.
- Masjid Jamid’ di Almati, Kazakstan.
- Masjid Yunus Amrah, Belgia.
- Masjid Nadzir Agha, Mustar, Bosnia.
- Masjid al-Fatih, Jerman
- Masjid Fakultas Ilahiyat, Marmara.
- Masjid Fakultas Ilahiyat, Erzurum.
- Majid al-Umraniyah, Istanbul.
- Masjid Selami Ali, Istanbul.
- Masjid Caglayan, Istanbul
- Masjid Cingiz Tuebl, Istanbul.
- Majid Fenerbahce, Istanbul.
- Masjid MaliTabah Istanbul.
- Masjid Muhammad Zahid Kutlu, Istanbul.
- Masjid Buyuk Jamjah, Istanbul
- Masjid Yunus Emrah, Istanbul
- Masjid Ederna Cesme, Istanbul.
- Masjid Majlis as-Sya’b, Ankara.
- Masjid Arrasyadiah, Eski Sehir, Turki
- Al-Jami’ Al-Markazi, Wanna, Turki
- Tiga masjid di Qey Sarayi, Turki.
Syaikh Hasan mulai mengajar khot setelah mendapatkan ijazah pada tahun 1975
dari Gurunya, Ustadz Hamid Aytac al-Amidi. Beliau pertama kali mengajar di masjid
Selami Ali -di mana beliau menjadi imam di masjid tersebut- seminggu sekali,
setiap hari sabtu saja. Di antara murid pertamanya adalah Mukhlish Ulsu,
Bara’at Kulin dan Dawud Bektasy.
Sebagaimana Syaikh Hasan mengajar muridnya secara langsung, beliau juga
mengajar beberapa muridnya dengan cara mengirim pelajaran lewat surat-menyurat.
Di antara muridnya bahkan ada yang berasal dari luar Turki bahkan negara-negara
jauh seperti Muhammad Zakariya dari Amerika, dan Fuad Honda dari Jepang, dan
Kazim Hajji dari Bosnia, dan beberapa berasal dari negara Islam lainnya.
Karya-karya beliau selain bisa dilihat di masjid-masjid, juga pernah
dipamerkan di beberapa tempat, di dalam Turki maupun di luar Turki. Di antara
even dan pameran-pameran yang pernah beliau ikuti dan berkontribusi di dalamnya
adalah:
- Pameran Tunggal Pertama di IRCICA, Istanbul.
- Pameran di Malaysia tahun 1984.
- Pameran di Jordania atas panggilan dari keluarga kerajaan, 1985.
- Pameran Tunggal di Kuala Lumpur, Malaysia 1992.
- Pameran-Pameran untuk kepentingan Sosial.
- Festival Kaligrafi, IRCICA, Istanbul 1994.
- Disamping pameran-pameran lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
- Anggota Dewan Hakim pada Musabaqah Khot IRCICA di Istanbul.
- Menulis beberapa karya untuk koleksi pribadi seperti:
- Koleksi Sayid Abdur Rasyid Hasan-Malaysia.
- Koleksi Syaikh Duktur Sultan bin Muhammad Qasimi, Syarjah, Dubai.
- Di samping juga beliau telah menulis lebih dari 180 Helyah Syarifah.
(Diterjemahkan oleh Muhammad Nur, dari pengantar katalog Pameran Kaligrafi
Ustadz Hasan Celebi 2009, Kementerian Wakaf Islam Kuwait bekerjasama dengan
Markaz Kuwait lil Funun Islamiyah) [muh nur/hamidionline.net]
No comments: