Assiry gombal mukiyo, 2016
Kita sudah ketahui bersama bahwa kata agama berasal dari bahasa
Sanskerta, agama yang berarti "tradisi" dan "keteraturan." Kata lainnya
adlah religi yang berasal dari bahasa Latin religio. Akar katanya
re-ligare yang berarti "mengikat kembali." Maksudnya dengan berreligi,
seseorang mengikat dirinya kepada aturan bersama. Sedang dlm bahasa
Inggris "religion," bermakna "takut akan Tuhan sambil merenungkan
hal-hal eskatologi, kesalehan, ketekunan, ketaatan dan kepatuhan hukum."
Karena ketaatan, kepatuhan dan keteraturan maka agamawan akan
memproduksi kebenaran via ilmu, kebaikan via akhlak/karakter, keindahan
via seni.
Tentu setiap agama itu luar biasa. Karena itu dalam
sejarah yg sangat panjang, para Nabi tdk hanya bicara
hidup/mati/agama/ideologi/tuhan dan ibadah ritual. Nabi2 selalu bicara
keadilan dan kesejahteraan via revolusi struktur ekopolotik. Ya.
Revolusi Sistemik ekonomi-politik yg gigantik. Tanpa revolusi dan
tindakan-tindakan raksasa, agama jatuh menjadi bisnis dan mafia saja.
Karena itu, yang bicara hidup/mati/ritual/tuhan/ibadah mahdhoh melulu,
baru sekelas romo dan kyai level ecek -ecek atau kelas kaki lima.
Yang baru bicara identitas dan kesalihan individual baru kelas ustaz
Paly Group dan artis. Kini dunia keagamaan kita baru sebatas bicara
kurikulum artifisial dan ibadah pariferal. Kini dunia kepemimpinan agama
kita baru sebatas ustadz, romo dan artis yang merujuk dan
berbondong-bondong mengejar ibadah ritual sholat, puasa, dzikir massal
dengan menangis berjamaah, pengajian, sarasehan, seminar.
Saya
tidak mengatakan ritual seperti itu salah. Ritual itu penting karena hal
itu juga bagian dari perintah Tuhan. Tetapi bukankan akan sia -sia jika
ibadah ritual kita yang rajin ke Masjid, Ummat Kristiani yang rajin ke
Gereja, Ummat Budha yang tekun ke viraha dan semacamnya menjadi kosong
tanpa nilai. Karena buah dari ibadah ritual adalah tindakan atau
perilaku sosial yang juga harus dijalankan. Sholatmu, puasamu, hajimu,
missamu bisa jadi tidak akan diterima oleh Tuhan jika masih saja ada
tetanggamu yang "kaliren" dan terberangus oleh derita kemiskinan yang
mendera. Tiap tahun haji selalu meningkat tapi korupsi juga semakin
menunjukkan perkembangannya. Puasa setiap tahun makin rame tetapi
kemiskinan terus saja menurun. Menurun terus kebawah mulai dari kakeknya
yang miskin, kemudian turun -temurun kepada anaknya, cucunya, cicitnya
dan seterusnya.
Sangat memuakkan dan tidak menarik bagi capaian
peradaban. Jika ingin agama menjadi menarik, jadilah seperti para Nabi
yang fatwa dan tindakannya berdentum via revolusi ruhani dan revolusi
total. Tidak penting apa agamamu. Bahkan tak peduli, kamu beragama atau
tidak itu urusanmu sendiri dan akan engkau pertanggung jawabkan
dihadapan Tuhan. Yang betul-betul penting adalah perilakumu di depan
kawan-kawanmu, keluarga, lingkungan kerja, negaramu juga dunia.
Sebab yang paling genting kini bagi dunia adalah perilaku. Sedemikian
buruknya kamasutra kemesraan cinta kita terhadap sesama, sehingga yang
terjadi sekarang adalah saling fitnah, saling tuding, saling tuduh,
saling serang, saling membunuh dan dengan dalih kebenaran dan agama.
Padahal agama adalah saudara kembar dari cinta kasih sesama makhluk dan semesta.
Jagalah pikiranmu, karena akan menjadi perkataanmu.
Jagalah perkataanmu, karena akan menjadi perbuatanmu.
Jagalah perbuatanmu, karena akan menjadi kebiasaanmu.
Jagalah kebiasaanmu, karena akan menjadi karaktermu.
Jagalah karaktermu, karena akan menjadi nasibmu.
Padahal agama adalah saudara kembar dari cinta kasih sesama makhluk dan semesta.
Jagalah pikiranmu, karena akan menjadi perkataanmu.
Jagalah perkataanmu, karena akan menjadi perbuatanmu.
Jagalah perbuatanmu, karena akan menjadi kebiasaanmu.
Jagalah kebiasaanmu, karena akan menjadi karaktermu.
Jagalah karaktermu, karena akan menjadi nasibmu.
Agama tanpa karakter adalah tekhnik dan ekonometrik. Agama tanpa
tindakan raksasa untuk merubah peradaban yang lebih baik dan bermoral
kepada sesama dan alam semesta raya adalah sinetron dan pencitraan kelas
kecoa.
No comments: