Slider[Style1]

PSKQ dalam Liputan

Style2

Style3[OneLeft]

Style3[OneRight]

Style4

Style5

Style6

Style7

Style8

Style9

Assiry gombal mukiyo, 16 Desember 2016




Bersama Guru saya Mursyid Tharekat Sadzaliyyah dan Naqsabandi Qadiriyyah KH.Sofwan pengasuh Pesantren Attoyyibiyyah, Gebog Kudus, Jawa Tengah berpose dengan saya setelah Manaqiban bersama Karyawan dan Staff di Arjuna Resto & Kedai Kopi Assiry Gallery kamis malam 15 Desember 2016 pukul 20.30 WIB. KH.Sofwan Al Hafidz adalah badal/wakil dari Habib Lutfi yang ditunjuk sebagai Khalifah atau Mursyid yang tugasnya diantaranya adalah membaiat Santri Tarekat, tawajjuhan, tarbiyyah/pengkaderan Tarekat dan pengawasan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan seluruh Tarekat Annahdliyyah, pengawasan kegiatan Maulid Nabi càbang Kanzus ABG Habib Lutfi Pekalongan diwilayah Jawa Tengah.

Untuk menjadi seorang Mursyid Tarekat atau Khalifah itu bukan perkara mudah. Bahkan Habib Lutfi Pekalongan sering "dhawuh" dan menegaskan bahwa beliau Habib Luthfi setiap mengangkat seorang Mursyid Tarekat adalah atas perintah langsung dari Kanjeng Nabi Muhammad SAW, dengan bertemu langsung secara "yaqzah". Inilah hebatnya para kekasih Allah yang terus bisa bertemu langsung dengan Kanjeng Nabi Mujammad dalam keadaan yaqzah atau terjaga.

Pernah ada seorang tamu yang bertanya kepada Habib Muhammad Luthfi bin Yahya, “Habib saya minta diceritakan kisah Rasulullah Saw walaupun sedikit saja”. Maulana Habib Luthfi terdiam. Kemudian tamu bertanya kembali, Apakah perasaan rindu kepada Rasulullah Saw nyata atau halusinasi? Maulana Habib Luthfi menjawab, "perasaan itu nyata, itu hubungan antara Rasulullah saw dengan umatnya. Bukan halusinasi."

Kemudian sambil terisak menahan tangis, tamu itu bertanya lagi kepada Habib Luthfi bin Yahya, "Apakah Rasulullah saw tahu dinamika dan detail kehidupan yang dijalani oleh umatnya?" Maulana Habib Luthfi bin Yahya menjawab : “Kalau tidak tahu dunia ini akan hancur. Rasulullah saw dengan ijin Allah menjaga kehidupan umat manusia, menjaga bumi ini. Jangankan Nabi saw, para walipun tahu. Oleh sebab itu para wali senantiasa memohon kepada Allah untuk menghindarkan musibah dari manusia dan memberikan segala kebaikan bagi kehidupan manusia di bumi”.

Maulana Habib Luthfi bin Yahya melanjutkan, “karena kasih sayang Nabi kepada umatnya, umat mudah sekali bertemu dengan Rasulullah saw (melalui mimpi maupun secara langsung). Bahkan, lebih mudah bertemu Nabi saw daripada bertemu para wali, wakil-wakil Nabi di bumi ini”.

Kemudian Maulana Habib Luthfi bin Yahya membaca beberapa bagian dari kitab Sa’adat darain, yang disusun oleh Syeikh Yusuf bin Ismail al-Nabhani. “Diantara manfaat terbesar membaca Shalawat kepada Nabi Saw adalah dapat melihat Nabi saw dalam mimpi. Dan akan terus meningkat kualitas mimpinya seiring semakin banyaknya shalawat yang dibaca, sampai bisa melihat Nabi saw dalam keadaan terjaga. Nabi saw bersabda, “ " من رانى فى المنام فقد رأني حقا
“Siapa saja yang melihatku dalam mimpi, maka ia telah melihatku secara nyata (hak)”.

"Jika ingin bertemu Nabi Saw maka hidupkanlah waktumu dengan memperbanyak shalawat". Masya Allah...Allahu Akbar. Begitulah apa yang disampaikan oleh Habib Lutfi Pekalongan. Banyak hikmah, pelajaran ilmu yang saya dapatkan dari cerita KH.Sofwan. Bahkan beliau Puasa Dalail hampir 27 th. Kalau saja waktu itu ayahandanya tidak menyuruhnya berhenti, barangkali hingga saat ini beliau masih akan terus berpuasa. Ayahandanya menyuruh berhenti agar bisa menyenangkan anak -anaknya sehingga bisa menikmati makan siang bersama anak dan Istrinya. KH.Sofwan mendapatkan ijazah puasa dalail Quran dari KH. Ma'shum Wonokerto Demak dan mendapatkan ijazah Shalawat ( Dalail khairat) dari KH.Hambali Sumardi yang merupakan badal Mbah KH. Arwani Amin. Dan mendapatkan Ijazah Puasa Ngrowot dengan tidak makan "wohing ndami" atau makanan yang dari beras/ketan dan yang bernyawa seperti daging, telur atau obat masak dan semacamnya dari Mbah KH.Yusuf Grabag Magelang. Saya mencatat dan menulis setiap butiran mutiara kisah dan cerita yang disampaikan oleh Guru saya KH.Sofwan dengan penuh khusu'.

Menurut riwayat dan cerita KH.Sofwan bahwa Mbah KH. Arwani Amin yang juga adalah guru Qur'annya itu tidak hanya seorang Hamilul Quran, Alim dan Allamah dalam berbagai disiplin ilmu, tetapi Mbah KH.Arwani adalah seorang Mursyid tarekat Naqsabandi Khalidiyyah. Bahkan seumur hidupnya hingga wafàt Mbah arwani menjalani "topo tirakat" Puasa Dalail seumur hidup hingga wafatnya. Masya Allah, keistimewaan inilah yang jarang diketahui. Orang hanya melihat dan tahu bahwa Mbah KH.Arwani Amin seorang waliyullah tetapi tidak melihat dan belajar secara dzahir baik dari tirakat, amalan, ibadah dan keseharian Mbah KH.Arwani yang bahkan seluruh hidupnya dihabiskan untuk mengabdi kepada Allah dengan terus menjalani laku tirakat puasa Dàlail khairat dengan terus istiqamah mengajar Al Quran dan mengabdi kepada masyarakat.

Pesantren Yanbu’ul Qur’an adalah masterpiece Mbah K.H. Arwani Amin Said yang melahirkan ribuan ulama yang ahli dibidang Al Quran. Simbah Arwani begitu banyak orang memanggilnya adalah seorang ulama besar yang sangat dikenal keilmuannya, terutama dalam bidang al-Qur’an dan Thariqah. Ke’aliman beliau dalam ilmu al-Qur’an dapat dilihat dari kitab karya beliau berjudul Faidl al-Barakat fi Sabil al-Qira’at, sebuah kitab yang akhirnya menjadi pegangan pokok bagi mereka yang mempelajari Qira’ah Sab’ah (bacaan al-Qur’an menurut 7 Imam). Dari hasil pendidikan beliau juga telah lahir ulama-ulama besar, semisal K.H. Abdullah Salam (Kajen Pati) dan Sya’roni Achmadi (Kudus), KH.Sofwan Attoyyibiyah Gebog dan banyak lagi lainnya yang tidak bisa saya sebut satu persatu.

Sejarah berdirinya pesantren Yanbuul Qur'an itu dimulai tahun 1942, setelah Mbah KH.Arwani boyong dari Pesantren Krapyak Yogyakarta di bawah asuhan K.H. Munawir. Waktu itu beliau mengajar al-Qur’an di masjid Kenepan, juga Tafsir dan Hadits Bukhari di Masjid al-Aqsha Menara Kudus. Lantaran belum memiliki pesantren, para santri yang berasal dari luar kota terpaksa mukim di pesantren atau rumah penduduk sekitar kediaman beliau di desa Kauman Menara. Baru setelah pulang dari menunaikan Haji tahun 1969, beliau merintis mendirikan pesantren sendiri, dan pada tahun 1970 berdirilah PesantrenYanbu’ul Qur’an di dukuh Kelurahan desa Kajeksan Kudus.

Bangunan awal pesantren yang berorientasi pada menghafal al-Qur’an ini, terdiri dari 6 kamar dan di huni oleh 45 santri. Kemudian pada tahun 1978 didirikan pesantren puteri dengan jumlah santri 33 orang. Pada tanggal 1 Oktober 1994 Mbah Arwani wafat dan dimakamkan di komplek Pesantren Tahfidh Yanbu’ul Qur’an, Sepeninggal beliau, yakni K.H. Ulinnuha dan K.H. Ulil Albab dan didampingi seorang putera angkat, yakni K.H. Manshur MA (wafat tahun 2004), yang kemudian dikenal dengan 3 serangkai.

Semoga bermanfaat dan terus menginspirasi siapa saja. Amiiin

About Assiry Art

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Post a Comment

Terimakasih telah berkunjung di Pesantren Seni Kaligrafi Al Quran, silahkan meninggalkan pesan, terima kasih


Top