Slider[Style1]

PSKQ dalam Liputan

Style2

Style3[OneLeft]

Style3[OneRight]

Style4

Style5

Style6

Style7

Style8

Style9

 PSKQ Modern Kudus, 13 November 2020


Ilustrasi: Tampak berpose bersama Dewi Gita istri Arman Maulana ( GIGI Band) dan Pengasuh Pesantren Manbaul Quran Jepara Ustazah Hj. Naqiyah.




Menjadi kaligrafer handal dan memiliki bisnis yang berhubungan dengan kaligrafi bukanlah hal yang mudah. Perjalanan panjang dan penuh liku untuk terjun menjadi kaligrafer profesional seperti saat ini, Bapak Muhammad Assiry melalui proses yang sangat dilematis. 

Untuk mewujudkan mimpinya, beliau berguru ke berbagai tempat untuk mengasah keahliannya. Beliau rela meninggalkan kota kelahirannya demi fokus menjadi seorang kaligrafer professional. Dari perjuangan beliau kini beliau telah mencapai dan berada di titik dimana impiannya dulu. Sebagai seorang kaligrafer profesional beliau sudah menorehkan prestasinya hingga ke tanah ASEAN. 

Berikut cerita singkat perjalanan berliau saat mengikuti lomba kaligrafi, yang kami kutip dari akun sosial pribadinya.

Fotoku jadul pada tahun 2000 saat mengikuti Lomba kaligrafi MTQ Tingkat Nasional di Palu Sulteng mewakili kafilah Prop.Jateng.

Saat itu saya meraih juara Harapan Nasional. Baru pada Th.2003 di Palangka Raya, Kalteng saya meraih juara 1 Kaligrafi Cab.Naskhah mewakili kafilah Prop.DKI Jakarta.

Inilah salah satu sebab saya di Jateng dimusuhi LPTQ Jateng sampai sekarang ini. Saya tidak pernah dilibatkan dalam proses pembinaan dan pelatihan kaligrafi MTQ di Jateng sama seperti karib saya KH.Purwanto Zain. Ya alasannya karena saya dianggap berkhianat membela Propinsi Jakarta bukan Prop. Jateng pada even nasional th.2003 tersebut. "Ora patheen" ngga jadi Pembina Kaligrafi di Jateng, wong menjadi Presiden Kaligrafi PSKQ Modern dan berkeliling ngurusin proyek masjid saja ngga ada habis-habisnya.

Padahal saya bisa ikut Prop.Jakarta 2003 itu harus berjuang ikut seleksi lomba yang sangat ketat pada th 2002. Keputusan untuk ikut lomba di tempat lainnya waktu ( Jakarta, Ba ten, Jabar) setelah Pembina saya memilih Mas Ali Rohman Kudus, tanpa melewati proses seleksi atau lomba lebih dahulu alias main comot yang diputuskan sepihak th.2001. 

Wajar jika saat itu saya harus mencari daerah lain dan mengikuti perlombaan kaligrafi dari tingkat Kabupaten, biar bisa lolos dan tampil Lomba Kaligrafi Nasional 2003. Dan akhirnya saya bisa lolos dan Juara MTQ tingkat Prop. DKI Jakarta 2002 dan menjadi salah satu Kafilah DKI.Jakarta pada MTQ Nasional di Palangka raya 2003, dan hikmahnya saya berhasil menggondol Juara 1 Nasional, Alhamdulillah.

Sejarah terus berulang, tradisi main comot dan tanpa seleksi terus berlaku di Jateng hingga saat ini, bahkan pola pembinaan dan rekrutmen pesertapun tidak dengan jalan yang profesional. Yang harusnya juara dan bisa tampil nasional kadang harus diganti sepihak. Atau pembina/juri lomba MTQ Jateng yang merangkap menjadi peserta, jadi intinya makin tidak karu-karuan.

Semoga Jateng ke depan bisa terus berbenah biar bisa berprestasi di tingkat Nasional. 
Setiap MTQ Nasional cabang Kaligrafi Jateng hanya menjadi " pemandu sorak" alias cuma meramaikan karena belum pernah juara setelah th 2008. 

Semoga tahun ini kader PSKQ Modern yang tersebar khususnya di Jateng bisa memberikan yang 
terbaik
, Amiin.
_____




About Assiry Art

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Post a Comment

Terimakasih telah berkunjung di Pesantren Seni Kaligrafi Al Quran, silahkan meninggalkan pesan, terima kasih


Top