PSKQ Modern Kudus, 23 November 2020
Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Nasional ke-28 digelar di Padang, Sumatera Barat, yang berlangsung 12-21 November 2020. Ajang yang bergengsi MTQ Nasional berasil membuat para Master kaligrafi Nasional menjadai peserta. Tak hanya itu bahkan Master kaligrafi yang sudah berkali-kali juara Internasional pun ikut turun gunung, bertarung dan mengeluarkan seluruh aji kwsaktiannya untuk membuat karya -karya yang spektakuler. Baik itu cabang Naskhah, Mushaf, Dekorasi dan juga kontemporer. Meskipun ajang MTQ Nasional tahun 2020 telah berakhir ada beberapa kejanggalan yang ditemukan, seperti cuitan bapak Muhammad Assiry pada akun sosial pribadinya terkait MTQ tahun ini. Sebagai berikut;
Kali ini saya mengacungkan 5 jari jempol untuk seluruh Panitia yang bertugas setelah sebelumnya triplek untuk lomba dekor agak terlambat dan para Juri MKQ yang diwakili oleh para master dan guru kaligrafi kita semua, yang telah bertugas total dan maksimal. Soal menang dan kalah, atau ada yang protes itu bagian dari dinamika bermusabaqoh, kita tetap harus menghormati keputusan para Juri. Bahkan ada yang menganggap bahwa MTQ Nasional tidak bisa dijadikan acuan dan dasar kualitas untuk menentukan siapa yang terbaik, itu sah-sah saja, namanya juga berpendapat, boleh ko.
Tapi perlu dicatat, MKQ Nasional adalah sistem perlombaan di Indonesia yang menurut saya terbaik dan harus terus dibudayakan sebagai kekayaan khasanah nusantara. Jangan dibandingkan dengan lomba kaligrafi ASEAN atau Internasional, karena berbeda konsep dan teknisnya. Tetap sama-sama keren.
Perlombaan MKQ di Indonesia dilakukan on the sport dan dibatasi waktu, boro-boro mau sambil makan duren, sambil ngopi dan ngerokok, bahkan mau pipis saja harus ditahan sampai berjam-jam. Meskipun pernah ada salah satu peserta yang tidak perlu saya sebut namanya ternyata nekat pakai pampres biar ngga bocor katanya.
Sedangkan lomba Kaligrafi Asean/ Internasional lebih longgar waktunya, bisa dikerjakan di rumah sambil kelon dengan pasangannya, bisa sambil ngopi dan waktunya juga berbulan-bulan. Karyanya pasti dijamin bagus, huruf dan komposisi susunan juga bisa njiplak atau meniru karya Master, ini sudah jadi rahasia umum. Kalau ada karya yang diikut sertakan untuk lomba kaligrafi ASEAN/ Internasional yang tidak bagus justru malah aneh. Tapi saran saya, jangan merasa sudah hebat jika sudah juara Internasional, wong bikin karya masih jiplak karya master atau meniru ko.
Saya optimis perlombaan kaligrafi Asean maupun Internasional akan terus didominasi oleh ratusan bahkan ribuan Kaligrafer yang bermunculan bak jamur di musim hujan baik putra maupun putri Indonesia. Para Kaligrafer dari Turki, Iran, Mesir atau lainnya, ke depan saya jamin akan "ndlohom" dan hanya meramaikan perlombaan tersebut, karena para Kaligrafer Indonesia lah yang akan jadi juaranya. Kenapa? Ya karena kita sudah terlatih dan terbiasa lomba kaligrafi dengan waktu yang cepat. Indonesia ko di lawan" kata nenek saya, Candi Prambanan saja dikerjakan cuma semaleman".
Apalagi sudah banyak yang tau strategi, teknik dan cara berkarya yang bagus dalam mengikuti perlombaan kaligrafi Asean dan Internasional dengan sistem kirim karya. Saya sendiri meskipun ngga pernah ikut lomba kaligrafi Internasional justru sering saya bagi-bagi gratis ilmunya dengan para kader maupun Santri PSKQ. Anda jangan menyimpulkan bahwa yang tidak pernah ikut lomba kaligrafi Internasional kaligrafi seperti saya terus pekok atau buta, saya faham ilmunya dan oleh Allah saya dikasih banyak ilmu itu dari Allah untuk mengkader para Santri Pskq Modern Kudus Jateng
hingga bisa juara 1 Kaligrafi Internasional.
Soal setelah mereka yang saya kasih ilmunya sukses juara Internasional saya ngga disebut sebagai gurunya itu bukan masalah bagi saya, "ora patheen". Kita dibatasi waktu saja bisa membuat karya yang indah dan bagus, kualitas kaidahnya juga tidak kalah ko, apalagi jika bikin karya berbulan -bulan, sampai kebablasan seperti jadi candi hambalang, kita tentu lebih ahli, bukan?. Pokoknya urusan apa saja kita ini ahlinya. Ngga hanya urusan yang baik, soal Nyolong, korupsi, menghilangkan kasus korup trilyunan kita jagonya.
Saya usul nih sama LPTQ Pusat, kalau ada lomba kaligrafi on the sport mereka yang dari Turki atau arab sono diundang dung kalau perlu diajak duel nulis cepat, kayaknya mereka pingsan di tempat.
Jadi tidak usah heran jika ada karya peserta MKQ di Padang, Sumbar 2020 ini yang hasil karyanya bahkan huruf dan kaidahnya impoten seprti loyo begitu dan tidak sekokoh dan sedasyat dengan hasil karya juara Internasionalnya. Bahkan beberapa karya cabang dekorasi ada yang tidak selesai tuntas padahal mengerjakannya sambil rebahan di lantai saking semangatnya jadi tidur beneran deh.
Sehingga karyanya tidak selesai atau memang sengaja tidak diselesaikan karena sifat tawadhu'nya yang tinggi dengan memberikan kesempatan kepada Kaligrafer dari Kafilah lainnya agar juara. Ini perilaku yang baik dan bijak banget. Ia mengamalkan falsafah jawa "Menang tanpo ngasorake" (menang tanpa mengalahkan) begitu Sosro kartono Kakak Kandung RA.Kartini bersabda.
Makanya sering saya katakan betapa pentingnya tryout. Tryout karya adalah latihan berkarya dengan mengatur disiplin waktu yang sudah ditentukan dalam perlombaan yakni 8 jam plus istirahat. Artinya sebelum mengikuti perlombaan harus terbiasa dilatih berkarya dengan batasan waktu tersebut, kalau masih belum selesai juga diulang lagi dan lagi hingga sukses.
Juri saya kira lebih tau dan harus bisa memutuskan dengan hati-hati. Pada penilaian kaligrafi cabang dekorasi, ada proporsi dan aspek pembagian nilai yang harus ditentukan dan diputuskan oleh para Juri, tidak hanya kaidah khathnya yang dinilai meskipun bagus sekali, tetapi ada aspek lainnya seperti penulisan imlaiyyah, ornamen (iluminasi), desain, warna, kerapihan karya, ketuntasan karya dan lainnya, ini menjadi pembanding antara karya satu dengan yang lainnya. Semoga bermanfaat.
No comments: