PSQK Modern, 18 Agustus 2017
Hari ini Jumat 18 Agustus hingga dini hari saya Silaturrahim ke
Pesantren Al Fadhlu Kaliwungu Pimpinan KH.Dimyati Rois Mustasyar PBNU
yang disambut oleh Putranya yakni Gus Alamuddin Anggota DPR RI Pusat.
Kemudian berlanjut ziarah ke makam Pangeran Benowo yang masih nasab
dari leluhurnya Gus Dur di Pekuncen, Pegandon Kendal yang merupakan
putra Joko Tingkir atau Mas Karebet. Menilik sejarah saat itu terjadi
konflik kekuasaan antara Joko Tingkir melawan Aryo Penangsang yang
masih sangat muda. Aryo Penangsang merasa berhak meneruskan kekuasaan
karena dirinya adalah keturunan Majapahit yaitu anak ke-12 dari Prabu
Brawijaya V. Kegaduhan itu membuat pangeran benowo hijrah dan menepi
dari hiruk pikuk perpolitikan perebutan kekuasaan tersebut.
Tradisi yang seakan menjadi baku bahwa para Pemimpin dan Pejabat di masa lalu adalah “mendita”, mem-Pandita. Substansinya sama dengan “nyufi” atau ‘mbudha”. Yakni mengambil jarak dari jabatan, kekuasaan, harta benda dan segala nafsu keduniaan. Ada yang menunggu jabatannya usai. Ada yang pensiun dini seperti Adipati Terung yang menyepi sebagai Panembahan Bodho. Perhatikan ia menyebut dirinya “bodho”. Di puncak ilmu, pengetahuan dan pengalamannya, manusia menemukan “bodho”nya. Itu tradisi “zuhud”, tidak diperbudak oleh dunia, tidak mengemis kepada dunia.
Perdana Menteri Majapahit Sang Gadjah Mada pun melewati alur ini: menyingkir dari Keraton, bergubug di pelosok, banyak anak-anak muda datang “nyantrik” sehingga menjadi Cantrik. Lainnya berdatangan “nyantri” sehingga menjadi Santri beliau. Bahkan salah seorang putra Prabu Brawijaya V diasuh oleh Gadjah Mada lelaku rohani. Latihan iktikaf. Meditasi. Kontemplasi. Bertapa. Berlatih Rogo Sukmo melakukan perjalanan memasuki jagat diri sendiri kemudian menuju perjalanan sunyi mencari cinta Allah SWT.
Kebanyakan orang sekarang mencari kebahagiaan dengan melakukan perjalanan keluar dirinya, membangun gedung-gedung dan menyelenggarakan kemudahan-kemudahan hidup melalui teknologi. Mengejar -ngejar kekayaan dan jabatan membabi buta dengan menipu, korupsi dan semacamnya. Orang dulu menemukan kebahagiaan sesudah menempuh perjalanan ke dalam dirinya. Memprihatinkan!
Sepulangnya dari Ziarah ke makam Pangeran Benowo sekitar pukul 01.30 WIB kemudian saya sungkem dan silaturrahim ke kediaman KH. Budi Harjono Tembalang Semarang berembug bareng untuk persiapan mengisi pengajian budaya Tajug Syahadat PSKQ Modern bulanan bersama Gus Usman Arrumy Mahasiswa Al Azhar Mesir Jurusan Adab/ Sastra dan Bp.Budi Maryono Budayawan Semarang yang rencananya dilaksanakan pada Rabu malam Kamis tgl.30 Agustus 2017 di Arjuna Resto sebelah barat Kampus UMK Kudus.
No comments: