Assiry gombal mukiyo, 15 Juli 2015
Imam Ali bin Abi Thalib pernah berujar " Akrimuu aulaadakum bi al kitaabah fainna al kitabata min ahammi al umur wa 'a'dhami assuruur). Muliakanlah anak-anakmu dengan belajar menulis, karena tulisan adalah perkara paling penting dan hiburan paling agung.”
Hal ini menunjukkan bahwa belajar menulis adalah puncak peradaban. Selain sebagai pengikat cakrawala pengetahuan yang paling agung ( Qayyid al ilm) juga menjadi simbol keagungan seni dan kebudayaan islam yang adiluhung.
Ta’lim al khath atau belajar kaligrafi itu harus intens. Sebab ada sirrriyyatu al huruf ( rahasia-rahasia huruf) yang harus diketahui oleh setiap murid.
Bahkan sirr disini juga bisa disebut "dzauq" atau ruh al huruf yang hanya bisa diberikan oleh Allah kepada murid ( orang yang menginginkan ilmu) atas kehendakNya melalui seorang guru.
Tanpa harus diingatkan oleh guru, untuk mendapatkan keberkahan dan membuka pintu ilmu seorang murid harus meminta ijin kepada orang tuanya. Ini yang kadang luput dari perhatian calon murid.
Tidak sedikit saya mengajar orang lain di gubug PSKQ Modern. Sebaiknya jika anda juga mengajar seperti saya, saran saya calon murid tersebut harus ada ijin dari orang tuanya.
Saya sendiri mengajar kaligrafi dan lainnya, meskipun saya bukan ustaz, tapi terkadang orang tuanya tidak menitipkan anak tersebut karena alasan jauh dan sebagainya.
Ketika saya tanya calon murid itu apakah orang tuanya masih ada, kalau masih ada saya minta orang tuanya untuk datang atau minimal menelphon jika memang tempatnya jauh diluar jawa atau mancanegara.
Pengalaman saya yang sudah-sudah, kalau tidak ada penyerahan dari orang tua, jika murid itu kita didik dengan sedikit keras, dengan gaya saya tentunya, maka berita yang akan sampai kepada orang tua mereka berbeda. Jika tidak demikian mungkin juga akan terjadi ada ustadz atau kiai dimarah-marahi orang tua muridnya.
Banyak kadang murid yang mengkritik saya, ngajar ko sering kosong ini dan itu. Padahal saya mempunyai metode sendiri. Guru-guru lainnya yang sudah saya tunjuk yang juga murid-murid senior saya bisa mengajar terlebih dahulu. Tujuannya agar guru -guru tersebut bisa menjadi kader -kader yang juga bisa menyiapkan diri menjadi guru profesional. Disamping itu murid juga bisa berkarya dan berlatih mengapresiasi karyanya sendiri ( belajar mandiri) tanpa harus menggantungkan selalu kepada gurunya.
Inilah kadang bedanya murid dengan guru. Guru berusaha lahir bathin mencetak muridnya agar lebih sukses darinya tanpa embel -embel apapun tetapi terkadang sedikit "kekurangan gurunya" menjadi olok -olokan murid yang justru tanpa disadari menjadi satir (penghalang) bagi keberkahan ilmu itu sendiri.
Belajar kaligrafi menjadi pintu masuk untuk memperbaiki akhlaq dan attitude ( Al Khatthu handasatun ruuhaniyyatun) inipun terbukti. Setelah 3 tahun saya belajar Kaligrafi di KH.Nur Aufa Kudus ( 1997-2000) kemudian saya hijrah ke LEMKA Sukabumi. Saya adalah alumni Pesantren LEMKA Program Diklat pertama kali ( kakak pertama).
Saya belajar di LEMKA Sukabumi Th.2000-2003 selanjutnya khidmah mengajar sampai Th.2006, dan akhirnya mendirikan Pesantren Seni Rupa dan Kaligrafi Al Quran PSKQ Modern Th.2007.
Ada satu teladan dari KH. Didin Sirajuddin AR yang saya tanamkan dihati saya hingga sekarang. Meskipun pada waktu itu beliau hanya datang sebulan sekali atau dua kali ke LEMKA Sukabumi untuk mengajar karena kesibukannya yang sangat padat sebagai Dosen di UIN Jakarta dan lainnya.
Beliau berpesan kepada saya seperti ini " Assiry. Guru kaligrafi itu ada dua. Saya bertanya "apa itu Ustaz?" Kemudian Beliau menjawab dengan mimik serius. "Yang pertama Guru yang bisa berbicara dan memberikan evaluasi seperti saya dan yang kedua adalah guru yang tidak bisa bicara tapi bisa kita lihat dan kita ambil ilmu ketika rajin menelaahnya yaitu buku panduan karya kaligrafi.
Jadi meskipun saya tidak selalu ada di Pesantren, terus dan teruslah menggores, akur-akurkan setiap huruf -huruf yang engkau gores sampai sama persis dengan apa yang ada di karya master itu niscaya semakin bagus tulisanmu, dan ingat jangan pernah berhenti menggores sebelum berkas -berkas latihanmu itu setinggi tubuhmu".
Pesan Ustaz Didin begitu saya memanggilnya, sangat menghujam jantung saya. Tidak perlu membantah, tidak perlu protes dan bertanya lagi.
Sepulang Ustaz Didin ke rumahnya di Ciputat Jakarta, saya mempersiapkan diri lebih serius mencari tempat dibelakang asrama LEMKA meskipun pada waktu itu asramanya cuma satu dan masih sangat sederhana dan kadang bocor saat hujan tapi saya mati-matian menggores, menjiplak buku-buku karya master dari buku Hasyim Al Baghdadi dan lainnya semua saya lalap dengan tarjet harus bisa persis dengan karya master.
Tidak hanya itu puasa sunnah mulai dari puasa daud, puasa dalail Quran dan Dalail Khairat dengan niat mujahadah karena Allah saya amalkan bertahun -tahun.
Ketika Ustaz Didin datang lagi sebulan berikutnya ke Pesantren LEMKA Sukabumi, saya menunjukkan karya -karya saya untuk dikoreksi dan ditashih.
Hadza min fadhli Rabbi. Tidak perlu menunggu lama prestasi juara 1 dari tingkat Nasional dan ASEAN saya raih bahkan lebih dari itu.
Bukankah itu adalah bagian dari berkah dan doa guru karena akhlaq kita, yakni mengikuti apapun perintah guru dengan ikhlash ( sam'an wa tha'atan) tanpa harus membantah dan menggerutu. Disinlah letak keberkahan kaligrafi itu, yang kadang dilupakan oleh siapa saja yang yang sedang "bertariqah" Kaligrafi.
Yang paling penting adalah seorang guru itu harus ikhlas dan tujuannya adalah intisyar al ilm (menebarkan ilmu). Kalau tujuan mengajarnya sudah salah, seperti tujuannya hanya ingin mendapatkan status sosial atau prestisius dan uang, jadi jangan salah kalau murid-muridnya tidak berhasil.
Illustrasi:
-Foto dokumentasi Tahun 2011, tampak susah dan payahnya kader-kader PSKQ Modern Ustaz Rifqi Nasrullah Jatim ( 2008-2012) saat pertama belajar menggores kaligrafi dengan kuas di plafon atap PSKQ asrama 1 bersama Ustaz Abdul Fathir Kalsel.
-Santri -santri PSKQ Modern siang malam belajar dan terus menggores tidak itu saja setiap harinya mereka puasa sunnah dalail al khairat atau puasa Daud bertahun -tahun, hingga menemukan apa yang diimpikannya yakni keberkahan ilmu dan kesuksesan.
Imam Ali bin Abi Thalib pernah berujar " Akrimuu aulaadakum bi al kitaabah fainna al kitabata min ahammi al umur wa 'a'dhami assuruur). Muliakanlah anak-anakmu dengan belajar menulis, karena tulisan adalah perkara paling penting dan hiburan paling agung.”
Hal ini menunjukkan bahwa belajar menulis adalah puncak peradaban. Selain sebagai pengikat cakrawala pengetahuan yang paling agung ( Qayyid al ilm) juga menjadi simbol keagungan seni dan kebudayaan islam yang adiluhung.
Ta’lim al khath atau belajar kaligrafi itu harus intens. Sebab ada sirrriyyatu al huruf ( rahasia-rahasia huruf) yang harus diketahui oleh setiap murid.
Bahkan sirr disini juga bisa disebut "dzauq" atau ruh al huruf yang hanya bisa diberikan oleh Allah kepada murid ( orang yang menginginkan ilmu) atas kehendakNya melalui seorang guru.
Tanpa harus diingatkan oleh guru, untuk mendapatkan keberkahan dan membuka pintu ilmu seorang murid harus meminta ijin kepada orang tuanya. Ini yang kadang luput dari perhatian calon murid.
Tidak sedikit saya mengajar orang lain di gubug PSKQ Modern. Sebaiknya jika anda juga mengajar seperti saya, saran saya calon murid tersebut harus ada ijin dari orang tuanya.
Saya sendiri mengajar kaligrafi dan lainnya, meskipun saya bukan ustaz, tapi terkadang orang tuanya tidak menitipkan anak tersebut karena alasan jauh dan sebagainya.
Ketika saya tanya calon murid itu apakah orang tuanya masih ada, kalau masih ada saya minta orang tuanya untuk datang atau minimal menelphon jika memang tempatnya jauh diluar jawa atau mancanegara.
Pengalaman saya yang sudah-sudah, kalau tidak ada penyerahan dari orang tua, jika murid itu kita didik dengan sedikit keras, dengan gaya saya tentunya, maka berita yang akan sampai kepada orang tua mereka berbeda. Jika tidak demikian mungkin juga akan terjadi ada ustadz atau kiai dimarah-marahi orang tua muridnya.
Banyak kadang murid yang mengkritik saya, ngajar ko sering kosong ini dan itu. Padahal saya mempunyai metode sendiri. Guru-guru lainnya yang sudah saya tunjuk yang juga murid-murid senior saya bisa mengajar terlebih dahulu. Tujuannya agar guru -guru tersebut bisa menjadi kader -kader yang juga bisa menyiapkan diri menjadi guru profesional. Disamping itu murid juga bisa berkarya dan berlatih mengapresiasi karyanya sendiri ( belajar mandiri) tanpa harus menggantungkan selalu kepada gurunya.
Inilah kadang bedanya murid dengan guru. Guru berusaha lahir bathin mencetak muridnya agar lebih sukses darinya tanpa embel -embel apapun tetapi terkadang sedikit "kekurangan gurunya" menjadi olok -olokan murid yang justru tanpa disadari menjadi satir (penghalang) bagi keberkahan ilmu itu sendiri.
Belajar kaligrafi menjadi pintu masuk untuk memperbaiki akhlaq dan attitude ( Al Khatthu handasatun ruuhaniyyatun) inipun terbukti. Setelah 3 tahun saya belajar Kaligrafi di KH.Nur Aufa Kudus ( 1997-2000) kemudian saya hijrah ke LEMKA Sukabumi. Saya adalah alumni Pesantren LEMKA Program Diklat pertama kali ( kakak pertama).
Saya belajar di LEMKA Sukabumi Th.2000-2003 selanjutnya khidmah mengajar sampai Th.2006, dan akhirnya mendirikan Pesantren Seni Rupa dan Kaligrafi Al Quran PSKQ Modern Th.2007.
Ada satu teladan dari KH. Didin Sirajuddin AR yang saya tanamkan dihati saya hingga sekarang. Meskipun pada waktu itu beliau hanya datang sebulan sekali atau dua kali ke LEMKA Sukabumi untuk mengajar karena kesibukannya yang sangat padat sebagai Dosen di UIN Jakarta dan lainnya.
Beliau berpesan kepada saya seperti ini " Assiry. Guru kaligrafi itu ada dua. Saya bertanya "apa itu Ustaz?" Kemudian Beliau menjawab dengan mimik serius. "Yang pertama Guru yang bisa berbicara dan memberikan evaluasi seperti saya dan yang kedua adalah guru yang tidak bisa bicara tapi bisa kita lihat dan kita ambil ilmu ketika rajin menelaahnya yaitu buku panduan karya kaligrafi.
Jadi meskipun saya tidak selalu ada di Pesantren, terus dan teruslah menggores, akur-akurkan setiap huruf -huruf yang engkau gores sampai sama persis dengan apa yang ada di karya master itu niscaya semakin bagus tulisanmu, dan ingat jangan pernah berhenti menggores sebelum berkas -berkas latihanmu itu setinggi tubuhmu".
Pesan Ustaz Didin begitu saya memanggilnya, sangat menghujam jantung saya. Tidak perlu membantah, tidak perlu protes dan bertanya lagi.
Sepulang Ustaz Didin ke rumahnya di Ciputat Jakarta, saya mempersiapkan diri lebih serius mencari tempat dibelakang asrama LEMKA meskipun pada waktu itu asramanya cuma satu dan masih sangat sederhana dan kadang bocor saat hujan tapi saya mati-matian menggores, menjiplak buku-buku karya master dari buku Hasyim Al Baghdadi dan lainnya semua saya lalap dengan tarjet harus bisa persis dengan karya master.
Tidak hanya itu puasa sunnah mulai dari puasa daud, puasa dalail Quran dan Dalail Khairat dengan niat mujahadah karena Allah saya amalkan bertahun -tahun.
Ketika Ustaz Didin datang lagi sebulan berikutnya ke Pesantren LEMKA Sukabumi, saya menunjukkan karya -karya saya untuk dikoreksi dan ditashih.
Hadza min fadhli Rabbi. Tidak perlu menunggu lama prestasi juara 1 dari tingkat Nasional dan ASEAN saya raih bahkan lebih dari itu.
Bukankah itu adalah bagian dari berkah dan doa guru karena akhlaq kita, yakni mengikuti apapun perintah guru dengan ikhlash ( sam'an wa tha'atan) tanpa harus membantah dan menggerutu. Disinlah letak keberkahan kaligrafi itu, yang kadang dilupakan oleh siapa saja yang yang sedang "bertariqah" Kaligrafi.
Yang paling penting adalah seorang guru itu harus ikhlas dan tujuannya adalah intisyar al ilm (menebarkan ilmu). Kalau tujuan mengajarnya sudah salah, seperti tujuannya hanya ingin mendapatkan status sosial atau prestisius dan uang, jadi jangan salah kalau murid-muridnya tidak berhasil.
Illustrasi:
-Foto dokumentasi Tahun 2011, tampak susah dan payahnya kader-kader PSKQ Modern Ustaz Rifqi Nasrullah Jatim ( 2008-2012) saat pertama belajar menggores kaligrafi dengan kuas di plafon atap PSKQ asrama 1 bersama Ustaz Abdul Fathir Kalsel.
-Santri -santri PSKQ Modern siang malam belajar dan terus menggores tidak itu saja setiap harinya mereka puasa sunnah dalail al khairat atau puasa Daud bertahun -tahun, hingga menemukan apa yang diimpikannya yakni keberkahan ilmu dan kesuksesan.
No comments: