Assiry gombal mukiyo, 5 Januari 2015
Sejarah papercut diketahui berasal dari negeri Cina pada abad pertama sejak kertas pertama kali diciptakan. Bahkan, tradisi papercut telah dilakukan sebelum kertas mulai digunakan untuk menulis! Seni rakyat ini digunakan sebagai dekorasi khususnya pada hunian bangsawan serta simbol kebudayaan. Dalam kurun waktu 100 tahun berikutnya, papercut mulai berkembang dan tersebar ke seluruh penjuru dunia.
Sedangkan di Indonesia, motif dan corak papercut yang kerap muncul
dalam karya-karya seniman lokal adalah motif batik. Pada karya-karya
saya yang kerap menggunakan aksen motif batik dan arabesque meskipun
tidak semua karya tersebut langsung saya pamerkan dalam sebuah pameran
tapi beberapa karya folk art paper cut saya jadikan sebagai media untuk
membuat pola atau mal untuk membuat motif di berbagai media serti
dinding maupun kubah masjid agar terlihat lebih detail.
Menurut saya, budaya dan seni tradisional menjadi pengaruh besar karena hal inilah yang paling dekat dan dikenal baik oleh seniman tersebut. Mimpi saya adalah bagaimana seni tradisional Indonesia bisa diterjemahkan ke dalam bahasa papercut agar menjadi lebih kaya, tidak hanya terbatas pada seni kertasnya saja tspi bisa berkembang kepada teknik dan bentuk lainnya.
Mengeksplorasi budaya lokal menjadi daya tarik tersendiri bagi saya. Di Kudus lebih lagi di PSKQ Modern kita bisa belajar dan mengikuti workshop dan teknik berbagai media dan seni folk art paper cut. Seperti membuat wayang kulit misalnya yang berkembang di Kudus menjadi keunikan tersendiri. Kita bisa belajar mengenai teknik yang mengagumkan dan tradisi storytelling yang melatarbelakangi wayang kulit tersebut.
Berlawanan dengan hampir semua hal di era digital saat ini, para seniman papercut hanya mengandalkan gunting atau cutter dan keterampilan tangan mereka untuk menciptakan karya seni dengan memanfaatkan selembar kertas. Tidak ada penghapus, apalagi tombol undo saat mengerjakan sebuah papercut.
Konsentrasi, waktu, dan kesabaran menjadi faktor yang sangat penting dalam pengerjaan papercut.
Tidak mengherankan apabila beberapa seniman papercut menyebut proses memotong kertas seperti sebuah terapi. Bagi saya memotong kertas menjadi media untuk bermeditasi. Sebagai seseorang dengan kepribadian yang sangat aktif, memotong kertas membuat saya harus duduk berjam-jam dan dengan tekun mengerjakan sebuah karya entah itu motif, lukisan atau kaligrafi sehati-hati mungkin.
Unsur spiritual yang tampak kental mempengaruhi seni paper cut yang berasal dari tradisi kuno dimana kertas menjadi medium untuk menyalurkan dedikasi religius. Di India, papercut justru dipraktekkan oleh sekelompok kecil seniman yang telah menjadi pemelihara keterampilan dan pengetahuan ini dari generasi ke generasi berikutnya.
Illustrasi:
-Dokumen karya seni paper cut Assiry Art, Th.2014 pesanan Bp Makhrus Pengusaha batik dipekalongan untuk desain motif batik. Gambar proses dan hasil finishing touch
Menurut saya, budaya dan seni tradisional menjadi pengaruh besar karena hal inilah yang paling dekat dan dikenal baik oleh seniman tersebut. Mimpi saya adalah bagaimana seni tradisional Indonesia bisa diterjemahkan ke dalam bahasa papercut agar menjadi lebih kaya, tidak hanya terbatas pada seni kertasnya saja tspi bisa berkembang kepada teknik dan bentuk lainnya.
Mengeksplorasi budaya lokal menjadi daya tarik tersendiri bagi saya. Di Kudus lebih lagi di PSKQ Modern kita bisa belajar dan mengikuti workshop dan teknik berbagai media dan seni folk art paper cut. Seperti membuat wayang kulit misalnya yang berkembang di Kudus menjadi keunikan tersendiri. Kita bisa belajar mengenai teknik yang mengagumkan dan tradisi storytelling yang melatarbelakangi wayang kulit tersebut.
Berlawanan dengan hampir semua hal di era digital saat ini, para seniman papercut hanya mengandalkan gunting atau cutter dan keterampilan tangan mereka untuk menciptakan karya seni dengan memanfaatkan selembar kertas. Tidak ada penghapus, apalagi tombol undo saat mengerjakan sebuah papercut.
Konsentrasi, waktu, dan kesabaran menjadi faktor yang sangat penting dalam pengerjaan papercut.
Tidak mengherankan apabila beberapa seniman papercut menyebut proses memotong kertas seperti sebuah terapi. Bagi saya memotong kertas menjadi media untuk bermeditasi. Sebagai seseorang dengan kepribadian yang sangat aktif, memotong kertas membuat saya harus duduk berjam-jam dan dengan tekun mengerjakan sebuah karya entah itu motif, lukisan atau kaligrafi sehati-hati mungkin.
Unsur spiritual yang tampak kental mempengaruhi seni paper cut yang berasal dari tradisi kuno dimana kertas menjadi medium untuk menyalurkan dedikasi religius. Di India, papercut justru dipraktekkan oleh sekelompok kecil seniman yang telah menjadi pemelihara keterampilan dan pengetahuan ini dari generasi ke generasi berikutnya.
Illustrasi:
-Dokumen karya seni paper cut Assiry Art, Th.2014 pesanan Bp Makhrus Pengusaha batik dipekalongan untuk desain motif batik. Gambar proses dan hasil finishing touch
Saya secara tak sengaja melihat seni paper cut di internet dan saya langsung jatuh hati dengan seni ini. Adakah kertas khusus untuk membuat seni ini ? Beberapa karya sudah saya buat meski meniru,,terima kasih,,
ReplyDeleteSaya secara tak sengaja melihat seni paper cut di internet dan saya langsung jatuh hati dengan seni ini. Adakah kertas khusus untuk membuat seni ini ? Beberapa karya sudah saya buat meski meniru,,terima kasih,,
ReplyDelete