
Kudus, isknews.com – Berbagai cara dapat dilakukan untuk mengisi
waktu menjelang berbuka puasa. Seperti yang dilakukan sejumlah santri di
Pesantren Seni Rupa dan Kaligrafi Al-Qur’an (PSKQ) Undaan Lor Kudus
Jawa tengah.
Pemandangan berbeda terlihat saat sejumlah remaja putra dan putri
yang terdaftar dalam santri pasaran (kegiatan belajar selama Ramadhan)
berbondong bondong membawa media Kanvas dan peralatannya menuju sebuah
tanggul dekat pematang sawah yang letaknya tidak jauh dari lokasi
pondok.
Pantauan isknews.com dilokasi pada Jum’at, (16/6/2017), para santri
di pesantren ini memilih untuk belajar kaligrafi kontemporer atau
menulis indah huruf arab di alam terbuka. Menurut para santri selain
bisa belajar lebih dalam tentang kaligrafi, hasil karyanyapun cukup
memuaskan.

“Kami lebih senang belajar kaligrafi ini di alam bebas karena lebih
tenang dan biasanya hasilnya juga jauh lebih bagus”. Kata Fatkhu Rasyid
salah seorang santri asal Indonesia Timur Jayapura, disela-sela kegiatan
belajar kaligrafi di alam terbuka baru-baru ini.
Menurut Rasyid, belajar kaligrafi di alam terbuka itu merupakan
kegiatan rutin yang paling disukai santri selama mondok dan belajar di
Pondok Pesantren Seni Rupa dan Kaligrafi Al-Qur’an (PSKQ), selain
belajar Kitab kuning tentunya.
“Pokoknya ini kegiatan yang paling saya dan teman-teman sukai,
soalnya bisa sambil ngabuburit tidak terasa saat menunggu waktunya buka
puasa”, ucapnya.
Kebiasaan para santri pesantren ini belajar kaligrafi di alam terbuka
dimulai sekitar pukul 15.30 WIB sore selepas Sholat Asyar Berjama’ah
hingga 15 menit sebelum menjelang buka puasa.
Pihak
pengelola pesantren memilih belajar kaligrafi bagi para santrinya di
alam terbuka, agar para santrinya bisa lebih berkreasi dengan ide idenya
dan dapat terinspirasi oleh pemandangan alam berupa bentangan sawah dan
ladang yang masih asri dan nyaman.
Muhammad Assiry, Pimpinan Pesantren Seni Rupa dan Kaligrafi Al-Qur’an
(PSKQ) Undaan Lor Kudus kepada isknews.com mengatakan sangat memberikan
ruang gerak yang bebas bagi para santrinya untuk mengekspresikan diri.
Dikatakannya, “Peradaban, tradisi dan pendidikan serta bekal agama
yang mulai mapan mengubah mindset warga Undaan. Pasalnya, 15 tahun silam
tanggul ini dijadikan sebagai buang hajat besar bagi warga undaan,
sangat menyedihkan.” ujarnya sedih.
Pada akhirnya, lanjut Assiry, tanggul ini sekarang menjadi
pemandangan yang indah apalagi jika mentari mulai terbenam ke
peraduannya. Suasana dan pemandangan yang indah itu dimanfaatkan para
Santri Pasaran Kaligrafi PSKQ Modern dengan ngabuburit kaligrafi beramai
-ramai. Semoga kampung Kaligrafi Indonesia terus memberikan efek
positif bagi masyarakat undaan khususnya dan warga Kudus pada umumnya.
Terakhir, Harapan Assiry, “Semoga kampung kaligrafi PSKQ menjadi kiblat dan mercusuar kaligrafi dunia,” pungkasnya (AJ)
No comments: