Slider[Style1]

PSKQ dalam Liputan

Style2

Style3[OneLeft]

Style3[OneRight]

Style4

Style5

Style6

Style7

Style8

Style9

Assiry Gombal Mukiyo, 3 Juni 2017




Berkali -kali dua putra terbaik bangsa ini yakni Ustazuna Sahryansyah Sirajuddin menjadi 2 bintang yang bercahaya melambung melangit dan mengangkasa. Mereka berdua berhasil menyabet juara satu dan juara harapan 1 Kategori Khath Sulust Jali pada lomba “7tape7sanat International Istanbul Classic Arts Competition” yang digelar di Uskudar, Istanbul, Turki 2017.

Ustazuna Sahryansyah Sirajuddin Kaltim, mukim di Turki untuk belajar kaligrafi langsung dengan para Maestro kaligrafi dunia hingga saat ini.

Saya sangat bangga, jutaan terimakasih rasanya tidak akan pernah cukup untuk guru kami Ustazuna Sahryansyah Sirajuddin yang dengan telaten, sabar dan tekun mengajari kami para kader dan alumni Pskq Modern Kudus Jateng.

Melalui program belajar online kaligrafi Manhaj Turki Usmani inilah beliau memberikan sentuhan -sentuhan dan membuka hijab bagi jumudnya pengetahuan kaligrafi kami dan membuka cakrawala penguasaan kaligrafi standar Internasional.

Semoga menjadi jariah dan keberkahan juga kemanfaatan yang berlipat -lipat atas apa yang Ustazuna ŞahryanŞah Sirajuddin perjuangkan dan korbankan baik waktu, fikiran , tenaga dan semuanya.

Sekali lagi tahniah untuk guru saya Ust. ŞahryanŞah Sirajuddin atas prestasi internasional beliau berdua untuk kesekian kalinya.

Sudah waktunya Indonesia juga menjadi salah satu kiblat kaligrafi dan Pusat Studi Kaligrafi dunia kedepan. Ini tidak main -main.

Meskipun apresiasi pemerintah RI belum menyentuh ke ranah kaligrafer Indonesia. Saat ini Bp.Jokowi juga masih sibuk mengurusi banyak tugas negara meskipun masih sempat mengundang Afi penulis muda berbakat hingga perlu mengundang khusus untuk acara yang juga spesial beberapa waktu lalu.

Saya yakin Presiden kita minimal Menteri Agama kita juga akan mengundang para jawara kaligrafi dunia ini. Soal waktu, entah kapan Kalaupun tidak yah ngga papa minimal para Jawara kaligrafi tersebut diundang "lewat mimpi" juga tidak masalah. Atau tidak diundang pun tetap menjadi sebuah kebanggan bersama, karena sebagai warga negara Indonesia Ustaz Huda dan Ustaz Sahryansyah sudah memberikan kado terbaiknya bagi bangsa ini dikancah lomba kaligrafi internasional.

Jika pemain bola kita yang selalu kalah bahkan untuk level ASEAN saja masih mendapatkan apresiasi dan tunjangan bisa mencapai milliaran, tetapi Para jawara kaligrafi tidak mesti harus begitu. Toh dari dahulu nasib kaligrafi di Indonesia memang mirip seperti anak yang terbuang tanpa bantuan, tanpa perhatian, tanpa support, tanpa asupan gizi bagi pengembangan kaligrafi yang lebih baik.

Para Kaligrafer Indonesia memilki sifat mengalah yang berasal dari "nga-Allah". Artinya Para Kaligrafer kita sudah tidak lagi memikirkan apakah Pemerintah perlu memberikan hadiah atau apresiasi apapun. Karena bagi mereka, semuanya harus diserahkan kepada Allah. Mereka hanya berharap ridha Allah yang dicapai bukan yang lainnya.

Apalagi para kaligrafer Indonesia sudah terbiasa mendahulukan untuk kepentingan lainnya daripada memikirkan dirinya sendiri, singkatnya ngga mau merepotkan bangsa ini yang sudah banyak beban hutang. Boro -boro berfikir untuk meminta bantuan ini itu misalnya meminta negara membangun semacam pusat Studi kaligrafi Indonesia atau minimal memasukkan materi kaligrafi atau menulis halus Al Quran menjadi salah satu kurikulum belajar di Sekolah atau menjadi salah satu fakultas kaligrafi di kampus pun para Kaligrafer kita "sungkan"alias tidak melakukannya karena dikhawatirkan bisa membebani kas negara.

Tentu, kaligrafi Al Quran bagi Pemerintah kita menjadi sesuatu yang sangat penting dan sebagai Seni budaya Islam yang berkelas untuk dikembangkan di Indonesia. Jika selama ini belum ada peran pemerintah di bidang kaligrafi secara konkret mohon hendaknya jangan suudzon dengan Pemerintah kita. Anggap saja belum ada anggaran dan dana untuk dialokasikan atau mungkin baru mengajukan semacam rencana "pinjaman hutang" lagi ke Asing atau aseng. Lha maklum bangsa kita masih berkembang jadi apapun yang dilakukan untuk membangun sesuatu harus "ngutang" dulu.

Untungnya para kaligrafer indonesia ini memahami betul kondisi rumah tangga Bapak dan Ibu negerinya yang masih terlunta-lunta. Sebagai putra putri bangsa yang bijak tidak baik jika meminta ini itu apalagi jika hal itu bisa mengakibatkan Bapak Jokowi pusing, ini kan bisa kualat. Apa kita tega jika Bapak Presiden kita makin kurus jika kita memintanya untuk membangun sebuah Museum atau semacam Pusat Studi belajar kaligrafi bertaraf Internasional. Berdosalah kita semua para Kaligrafer Indonesia jika hanya terus -terusan membenani Bapak kita. Sebagai Putra -Putri yang bijak tentu tidak demikian, bukan ?

Karena kita sangat memahami kondisi Bapak Presiden kita, makanya para kaligrafer bangsa ini kompak untuk terus mandiri, bahkan selama ini tidak pernah meminta dan memberi beban apapun kepada Pemerintah.

Semoga Kaligrafi Al Quran Indonesia akan terus berkembang dari masa ke masa di bumi pertiwi ini sebagai bagian dari seni budaya Islam yang adiluhung.Amiin

About Assiry Art

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Post a Comment

Terimakasih telah berkunjung di Pesantren Seni Kaligrafi Al Quran, silahkan meninggalkan pesan, terima kasih


Top