Slider[Style1]

PSKQ dalam Liputan

Style2

Style3[OneLeft]

Style3[OneRight]

Style4

Style5

Style6

Style7

Style8

Style9






Dokumentasi Ngopi Budaya Tajug Syahahadat pada hari Sabtu malam Minggu 8 April 2017 di Arjuna Resto.

Dalam kesempatan itu pembicara diisi oleh salah satu pengusaha Nasional dan Owner perumahan paling elit di Kudus yakni Griya Kastara PT.ACK Kudus Bp.Ari kandidat Doktor di UGM jurusan Marketing dan Bisnis pemasaran.

Meskipun dengan konsep dialog dan lesehan, tetapi pengunjung membrondong banyak pertanyaan kepada Nara sumber. Hampir 3 jam Bp.Ari mengupas, memaparkan menjawab setiap pertanyaan pengunjung sambil ngopi dan makan cemilan seadanya. Secara gamblang dan runut Pak Ari mengumpan balik setiap jawaban tentang peran sebagai pemimpin yang sukses dan banyak hal lainnya. "Seorang pemimpin harus bisa menjadi penyejahtera bagi yang dipimpinnya. Perlu daya olah rasa, olah batin, juga menjaga perilaku agar tetap diridhoai Allah" begitu ia menutup dialognya tepat pukul 02.00 Wib pagi.

Dalam kesempatan itu saya sempat diminta Mas Abud sebagai Pembawa Acara untuk memberikan pendapat saya. Saya memulai membuka dengan mengutip salah satu hadits Nabi Muhammad SAW, Kullukum raa’in, wa kullukum mas uulun ‘an raiyyatihi, setiap dari kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya, saya memaparkan bahwa ada banyak sekali tafsir dan pemahaman dari hadits Nabi tersebut. Tetapi, setidaknya yang bisa kita fahami adalah minimal setiap diri kita merupakan pemimpin bagi diri sendiri. Dalam struktur yang lain, bisa dilihat bahwa seorang bapak adalah pemimpin bagi keluarganya, seorang Manajer adalah pemimpin bagi bawahannya, dan seterusnya.

Sebagai orang Islam maka sudah pasti Rasulullah Muhammad SAW adalah sosok yang paling tepat untuk dijadikan rujukan sebagai seorang Pemimpin. Di dalam diri Beliau terdapat sifat wajib; siddiq, amanah, tabligh dan fathonah. Keempat sifat wajib bagi Rasul ini seharusnya juga menjadi syarat wajib bagi seorang pemimpin di tengah kita. Jika seorang pemimpin tidak memiliki sifat jujur, bagaimana mungkin ia bisa dipercaya untuk pemimpin kaumnya?

Selain empat sifat tersebut yang juga patut diteladani dari Rasulullah SAW adalah sikap pemaaf dan lemah lembut yang luar biasa, bahkan kepada para pengkhianat Islam sekalipun. Ali merefleksikan bagaimana Rasulullah SAW mampu bersikap lemah lembut kepada orang-orang yang berkhianat ketika perang Uhud terjadi. Selain itu pula, tanggungjawab yang patut dimiliki oleh pemimpin adalah tidak tahannya ia terhadap penderitaan yang dirasakan oleh kaumnya. Dari mulut Rasulllah SAW, di saat sakaratul maut, bahkan masih terucap; ummatii, ummatii, ummatii.

Lantas, apakah sosok yang saat ini dianggap sebagai pemimpin juga seperti itu?
Pada terminologi Manunggaling Kawulo Gusti, seorang pemimpin itu di dalam hatinya bersatu antara rakyat dan Tuhannya. Seorang pemimpin tidak mungkin berkhianat kepada rakyatnya, karena Tuhan akan marah. Dan, seorang pemimpin tidak akan ingkar kepada Tuhannya, yang mengakibatkan sengsaranya rakyat.

Selama ini, sangat jarang kita melihat ada sosok pemimpin yang mampu bersikap Manunggaling Kawulo lan Gusti. Malahan, pada era demokrasi yang dianut saat ini, begitu salah seorang pemimpin resmi terpilih melalui pemilihan umum, apa itu Bupati, Walikota, Gubernur bahkan Presiden, yang menjadi konsentrasi utama dalam diri dan tim suksesnya adalah bagaimana caranya agar berkuasa kembali di periode mendatang, dan bukan bagaimana cara mensejahterakan rakyatnya.

Ketika mencalonkan diri menjadi pemimpin, mereka mendambakan fasilitas yang akan dinikmati, juga pendapatan yang akan mereka terima setiap bulannya. Padahal, pelayanan kepada rakyat seharusnya menjadi faktor utama yang seharusnya selalu ada dalam fikiran pemimpin sejak ia bangun tidur hingga tidur lagi di malam hari.

Menurut hemat saya harus dirubah dari pola pikir masyarakat saat ini adalah cara pandang terhadap sebuah jabatan. Jabatan seharusnya difahami sebagai sebuah alat untuk menunaikan amanah, dan bukan sebagai tujuan. Pemimpin tetap meskipun berat tetap kuat meskioun "lunyu-lunyu tetep penekno" dalam mengaktualisasikan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Begitu kiranya nukilan kecil dari apa yang saya sampaikan pada acara ngopi budaya Tajug Syahadat PSKQ Modern yang diselenggarakan setiap bulan di Arjuna Resto semoga bermanfaat.

Acara tersebut diisi dan diiringan Musik Tajug Band yang saya pimpin, penampilan baca Puisi Mas Abud dan Mas ali Cak Sum Elektro dari UIN Semarang, Mas Yoki selaku vokal dkk , Saya dan juga Haji Purwanto Zain ikut juga mengisi lagu untuk menyemarakkan acara tersebut.

Semoga terus Istiqamah dan mencerahkan.
Tajug Syahadat Pskq Modern Kudus Jateng Meretas nalar menetas nala.
Untuk liputan langsung dan Video rekamannya nanti disusulkan yah....

Muhammad Assiry
Pengasuh dan Shohibul Bait Tajug Syahadat.

About Assiry Art

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Post a Comment

Terimakasih telah berkunjung di Pesantren Seni Kaligrafi Al Quran, silahkan meninggalkan pesan, terima kasih


Top