PSKQ Moern, 18 November 2015
Sewajarnya patung dibuat dengan memahat sepotong kayu hingga menjadi suatu bentuk yang kita inginkan. Namun dengan teknik Arbosculpture ini, kita dapat membuat patung tanpa memotong pohon untuk kita ambil kayunya.
Seni Arbosculpture atau bisa disebut "memahat pohon" yang
melibatkan pencangkokkan, pemangkasan dan pembentukan batang. Dengan
begitu batang akan tumbuh menjadi berbagai bentuk yang diinginkan
pembuatnya.
Teknik pembentukan pohon ini sendiri sudah berusia ratusan tahun yang berasal dari suku Khasi di India. Mereka membuat jembatan dengan menggunakan pohon hidup yang masih dapat ditemukan hingga sekarang di beberapa wilayah di India. Sedangkan di Timur Tengah juga menggunakan teknik ini dalam membuat rumah yang kemudian tersebar ke Eropa.
Teknik pembentukan pohon ini sendiri sudah berusia ratusan tahun yang berasal dari suku Khasi di India. Mereka membuat jembatan dengan menggunakan pohon hidup yang masih dapat ditemukan hingga sekarang di beberapa wilayah di India. Sedangkan di Timur Tengah juga menggunakan teknik ini dalam membuat rumah yang kemudian tersebar ke Eropa.
Keistimewaan dari Arbosculpture adalah pembuatannya yang lebih canggih daripada sekedar memakai bahan biasa karena sifat bahannya yang "hidup". Pasalnya, batang pohon yang hidup cenderung mengalami pembusukan dari dalam tapi luarnya masih bagus. Itu berkebalikan dari kayu mati yang malah proses pembusukan dari luar padahal dalamnya masih bagus dan kuat.
Beberapa pohon yang umum digunakan adalah Maple, White Birch, Willow, Fig, Poplar, Oak, Cherry dan jambu karena tahan penyakit. Seniman yang mendalami Arbosculpture diantaranya Peter Cook dan Becky Northey dengan karya pohon berbentuk mirip orang lengkap dengan kaki dan tangan. Sedangkan Dr. Chris Cattle gemar membuat kursi sehingga penggunanya akan dinaungi pohon langsung saat mendudukinya.
No comments: