PSKQ Modern, 26 Nopember 2015
Hua Shen menuturkan, ada lima teknik penulisan kaligrafi. Sebagai dasar adalah Kai. Teknik ini menulis dengan cara putus-putus. Dalam tataran lanjutan, ada teknik Xing. Teknik lanjutan ini sudah mulai menulis tanpa mengangkat kuas. Xing terus disempurnakan hingga teknik Cao dan Li.
Puncaknya, seorang kaligrafer menggunakan teknik Zhuan. Teknik ini disebut pula teknik klasik, dan dianggap paling sempurna. “Kalau sudah menguasai Zhuan, kuas tinggal menari-nari dan menyelesaikan tulisan dalam satu goresan,” imbuhnya.
Untuk menggambar kaligrafi, menggunakan tinta khusus yang didatangkan langsung dari Tiongkok.
Sementara kuasnya juga khusus, yang disebut maobi. Berbeda dengan kuas lukis pada umumnya yang berbentuk gepeng, ujung maobi bulat lancip seperti ujung pena. Ukurannya juga beragam, dari sebesar ibu jari hingga yang kecil sebesar pensil. Maobi menggunakan bulu serigala dan kambing.
Hua Shen mengisahkan, generasi pendahulu dan generasinya menguasai seni kaligrafi secara turun temurun.
Semasa era kemerdekaan dan Orde Lama, etnis Tionghoa masih bebas mengekspresikan diri. Namun saat Orde Baru berkuasa, etnis Tionghoa dan segala kebudayaannya dipasung. Jangankan ekspresi seni, setiap hal yang berbau Tionghoa harus di-Indonesia-kan.
Kondisi tersebut membuat semua seni Tiongkok tiarap, termasuk kaligrafi. Ketika Presiden Abdurrahman Wahid kembali membebaskan budaya Tionghoa, Hua Shen kembali aktif menggoreskan kuas. Generasinya yang dulu tiarap, kini mulai aktif melukis kaligrafi.
No comments: