Slider[Style1]

PSKQ dalam Liputan

Style2

Style3[OneLeft]

Style3[OneRight]

Style4

Style5

Style6

Style7

Style8

Style9

Assiry gombal mukiyo, 14 Februari 2015


Kalau saya boleh bertanya kepada temen -temen sekalian, kira -kira apa yang akan anda persiapkan untuk menyambut valentine day?

Apakah mempersiapkan kondom sebanyak -banyaknya, mborong berkaleng -kaleng coklat atau apa?
Tidak perlu dijawab cukup disimpan saja jawaban atas pertanyaan saya tersebut. Inilah fenomena paling hot dan bikin kita "mak nyus" rasanya miris dan menggelikan bathin kita. Ternyata masih banyak adik -adik remaja kiita yang belum memahami arti dan substansi dari valentine day. Sehingga judul tulisan saya ini agak sedikit sarkasme yang seolah -olah menjelaskan bahwa valentine day atau hari kasih sayang itu ternyata sudah mengalami "kematian". Apakah demikian ?

Inti segala sesuatu, itu kasih sayang. Herannya, bentuk hati dan panah menancap sebagai lambang Valentine tak pernah jadi simbol negara. Bukan lambang hati dan panah yang dijadikan logo negara. Saya kira tidak ada negara yang simbolnya Valentine. Padahal, apa pun yang akan jadi polah tingkah negara harus didasari kasih sayang. Kalau negara akan menghukum seseorang, siapa pun, dasarnya jangan dendam, tapi pendidikan. Dengan kata lain, dasarnya adalah kasih sayang.

Tak ada lagi sesungguhnya yang kita sebut sebagai "kasih sayang". Maka jadilah seperti kisah-kisah yang mengiris kalbu kita tentang seorang perempuan di Banyumas yang dihukum karena mencuri tiga biji coklat. Di Situbondo, seorang lelaki dihukum karena mencuri lima batang pohon jagung buat sapinya. Seorang anak di bawah umur di surabaya stres karena harus disidang. Ia duduk di kursi terdakwa karena kenakalannya menyengatkan lebah pada temannya sesama bocah. Atau seorang Ibu yang sudah renta di Banten yang duduk di kursi pengadilan karena dituduh mencuri kayu di pekarangan anak kandungnya sendiri.

Itu hukum yang tak dipraktikkan atas dasar kasih sayang. Mestinya kasus pencurian coklat dan jagung cukup dirampungkan dengan cara musyawarah, tanpa acara di pengadilan. Mestinya baik polisi maupun hakim yang menangani bocah 'penyengat lebah' tidak pakai seragam polisi dan toga. Agar rileks. Agar kekeluargaan. Agar anak-anak tidak ketakutan sehingga mungkin sampai "ngompol " dicelana karena tegang.
Atau mbok ya Seorang Ibu di Banten tersebut yang oleh Pengadilan mestinya disarankan tidak usah lah menyelesaikan perkaranya dengan jalur hukum cukup dirembug atau diselesaikan dengan cara kekeluargaan.
Banyak lagi yang tidak bisa saya sebutkan bukti bahwa kasih-sayang sekarang sudah menjadi barang langka, padahal setiap saat kita gembar -gemborkan.

Seorang Muballigh masyhur sekaliber Arifin Ilham tidak perlu mencap kelompok lain sesat sehingga terkoyaknya nilai -nilai "kasih sayang". Jika memahami betul tentang konsep Kasih sayang yang oleh Allah dalam kalam sucinya disebut ( Raufun rahimun). Itu bukan kata saya tapi firman Allah dalam Al Quran Surat Attaubah ayat 128.

Para Suami yang ribut -ribut dengan istrinya mbok ya ndak usah diselesaikan di meja pengadilan atau istri juga ndak perlu repot-repot gugat cerai. Cukup diselesaikan di meja makan atau di ranjang kan ndak ribut dan ramai padahal sebelumnya saat honey moon ndak ngajak yang lain, bikin anak juga berdua tapi giliran ribut ngajak pihak pengadilan untuk ikut menyelesaikan. Ini lho pentingnya kasih sayang.

Ya, dasar penyelenggaraan negara haruslah kasih sayang. Dalam segala hal. Jika listrik PLN dijakarta sekarang dimati-matikan karena banjir tentu harus dasarnya kasih sayang. Kasih sayang, agar para warga hidupnya tidak lagi ditawan oleh televisi, internet, dan perlengkapan elektronik lainnya. Agar suami-istri kembali saling berpadu kasih mengisi kegelapan dan "menumpahkan" kasih sayang.

Partai-partai ormas besar di Indonesia juga simbolnya bukan kasih sayang, malah kepala banteng, ini jelas bukan simbol kasih dan sayang. Yah wajar jika sekarang sering bikin kisruh, nyrudug sana dan nyrudug sini.
Ini karena negara, partai, ormas dan juga tokoh -tokoh agama tidak diselenggarakan dan menggunakan dasar dalam berdakwah dengan kasih sayang.

Atau, jangan -jangan karena mereka paham? Paham bahwa sesungguhnya 14 Februari adalah hari matinya kasih sayang. Bahwa hati berwarna pink yang dipanah oleh Cupid justru melambangkan dibunuhnya hati nurani.

Alkisah, konon, pada masa Kaisar Claudius II, ada pendeta Romawi bernama Valentinus yang dihukum mati karena menikahkan sejoli muda-mudi. Padahal, menurut aturan kaisar, pernikahan justru memperlemah spirit juang warga negara sebagai prajurit sejati.

"Lho, justru kami ingin mengenang keindahan cinta kasih dua muda-mudi itu, kok. Kami bukan mengenang kesadisan hukuman mati sang santo," mungkin begitu kata segenap pembela hari Valentine. Mana yang betul dalam perdebatan ini?

Ini "ngga penting". Mari kita hidupkan kembali nilai-nilai kasih sayang yang sejati agar NKRI tetap kokoh berdiri.

Ini saran saya. Daripada ikut-ikutan debat tak ada ujung mending kita cari tempat-tempat khusus yang belum diketahui banyak orang atau datang ke Arjuna Resto & Assiry Gallery sebelah barat kampus UMK Kudus. Kita rayakan Valentine di situ dengan Speak Softly Love Andy Willimas, "We're in a world, our very own. Sharing a love that only few have ever known."

About Elsya Vera Indraswari

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Post a Comment

Terimakasih telah berkunjung di Pesantren Seni Kaligrafi Al Quran, silahkan meninggalkan pesan, terima kasih


Top