PSKQ, 15 Desember 2014
Wisata Religi adalah bagian dari Program Wajib yang rutin diadakan setiap tahun selesai pasca Semester 1 dan akhir dari study pembelajaran di PSKQ Modern.
Sudah jelas bagi kita bahwa wisata ini dimaksudkan untuk memperkaya wawasan keagamaan dan memperdalam rasa spiritual kita. Karena bagaimanapun, ini adalah perjalanan keagamaan yang ditujukan untuk memenuhi dahaga spiritual, agar jiwa yang kering kembali basah oleh hikmah-hikmah religi. Jadi ini bukan wisata biasa yang hanya dimaksudkan untuk bersenang-senang, menghilangkan kepenatan pikiran, semacam dengan pergi ke tempat hiburan setelah sibuk belajar dan fokus bergulat dengan kreasi tiada batas.
Dengan demikian, maka tujuan wisata religi tidaklah sempit, namun memiliki cakupan yang sangat luas, dan sifatnya cukup personal. Artinya tempat-tempat yang menjadi tujuan wisata religi tidak terbatas pada makam-makam para wali saja, seperti Sunan Kudus, Sunan Muria Kudus, dan Sunan Kalijaga demak seperti yang sudah rutin dilaksanakan,
namun mencakup setiap tempat yang bisa menggairahkan cita rasa religiusitas kita, atau bisa menyegarkan dahaga spiritual kita, baik itu museum-museum kesejarahan Islam, tempat-tempat bersejarah, atau tempat apapun yang bisa menyampaikan kita pada tujuan yang dikehendaki dalam wisata religi itu inilah yang menjadi tujuan utamanya bagi Program Wisata Religi di PSKQ Modern.
Namun sebagaimana diketahui secara umum, bahwa pada tataran praktis, masyarakat memahami dan menjalani wisata religi ini hanya dengan cara berziarah dan mengunjungi makam-makam para wali saja, baik wali songo maupun yang lain. Tentu saja ini telalu sempit untuk menjelaskan wisata religi dalam tataran praktis.
Lalu apakah wisata religi dengan mengunjungi makam para wali ini tidak tepat sasaran? Tentu saja tidak demikian. Namun pertanyaannya adalah, apakah ziarah wali yang dilakukan selama ini sudah memenuhi maksud dan tujuan yang semestinya wisata religi itu?
Dalam sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh imam at-Tirmidzi disebutkan, bahwa Nabi bersabda yang artinya,”Aku telah melarang kalian untuk ziarah kubur. Namun sekarang, lakukanlah ziarah kubur itu. Karena hal itu bisa mengingatkan kalian pada akhirat.” Dalam Mu’jam al-Kabir karya Imam ath-Thabrani dicantumkan Hadis yang artinya, “aku telah melarang kalian untuk ziarah kubur. Namun sekarang, lakukanlah ziarah kubur itu. Karena dalam ziarah kubur itu terdapat ibrah.”
Jadi, apakah selama ini tampak jelas bagi kita semua bahwa tujuan ziarah kubur ini telah tercapai dalam wisata religi yang kita jalani, sesuai dengan tujuan yang direkomendasikan dalam Hadis di atas? Adakah para peserta wisata religi mengingat akhirat pada saat berkunjung ke ziarah wali, dan mengalami peningkatan spiritual setelah ziarah itu? Dan seberapa banyak ibrah atau pelajaran yang diambil dari mengunjungi makam para wali itu?
Sepintas, tanpa melihat masing-masing person peserta wisata religi, dari tampilan luar kita melihat tujuan ini masih belum tercapai. Tampaknya wisata ke makam para wali masih sebatas dijalani sebagai perjalanan biasa, untuk sekedar ingin tahu, atau untuk memenuhi hajat duniawi, ngalap barakah dengan meletakkan botol air mineral di sekeliling makam, dan semacamnya, dan sepertinya belum ada ibrah apapun yang didapat dari kunjungan wisata religi ini, yang bisa membuat lebih dekat kepada Allah, ingat mati, takut akan siksa kubur dan siksa neraka.
Keterangan:
Wisata Religi adalah bagian dari Program Wajib yang rutin diadakan setiap tahun selesai pasca Semester 1 dan akhir dari study pembelajaran di PSKQ Modern.
Sudah jelas bagi kita bahwa wisata ini dimaksudkan untuk memperkaya wawasan keagamaan dan memperdalam rasa spiritual kita. Karena bagaimanapun, ini adalah perjalanan keagamaan yang ditujukan untuk memenuhi dahaga spiritual, agar jiwa yang kering kembali basah oleh hikmah-hikmah religi. Jadi ini bukan wisata biasa yang hanya dimaksudkan untuk bersenang-senang, menghilangkan kepenatan pikiran, semacam dengan pergi ke tempat hiburan setelah sibuk belajar dan fokus bergulat dengan kreasi tiada batas.
Dengan demikian, maka tujuan wisata religi tidaklah sempit, namun memiliki cakupan yang sangat luas, dan sifatnya cukup personal. Artinya tempat-tempat yang menjadi tujuan wisata religi tidak terbatas pada makam-makam para wali saja, seperti Sunan Kudus, Sunan Muria Kudus, dan Sunan Kalijaga demak seperti yang sudah rutin dilaksanakan,
namun mencakup setiap tempat yang bisa menggairahkan cita rasa religiusitas kita, atau bisa menyegarkan dahaga spiritual kita, baik itu museum-museum kesejarahan Islam, tempat-tempat bersejarah, atau tempat apapun yang bisa menyampaikan kita pada tujuan yang dikehendaki dalam wisata religi itu inilah yang menjadi tujuan utamanya bagi Program Wisata Religi di PSKQ Modern.
Namun sebagaimana diketahui secara umum, bahwa pada tataran praktis, masyarakat memahami dan menjalani wisata religi ini hanya dengan cara berziarah dan mengunjungi makam-makam para wali saja, baik wali songo maupun yang lain. Tentu saja ini telalu sempit untuk menjelaskan wisata religi dalam tataran praktis.
Lalu apakah wisata religi dengan mengunjungi makam para wali ini tidak tepat sasaran? Tentu saja tidak demikian. Namun pertanyaannya adalah, apakah ziarah wali yang dilakukan selama ini sudah memenuhi maksud dan tujuan yang semestinya wisata religi itu?
Dalam sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh imam at-Tirmidzi disebutkan, bahwa Nabi bersabda yang artinya,”Aku telah melarang kalian untuk ziarah kubur. Namun sekarang, lakukanlah ziarah kubur itu. Karena hal itu bisa mengingatkan kalian pada akhirat.” Dalam Mu’jam al-Kabir karya Imam ath-Thabrani dicantumkan Hadis yang artinya, “aku telah melarang kalian untuk ziarah kubur. Namun sekarang, lakukanlah ziarah kubur itu. Karena dalam ziarah kubur itu terdapat ibrah.”
Jadi, apakah selama ini tampak jelas bagi kita semua bahwa tujuan ziarah kubur ini telah tercapai dalam wisata religi yang kita jalani, sesuai dengan tujuan yang direkomendasikan dalam Hadis di atas? Adakah para peserta wisata religi mengingat akhirat pada saat berkunjung ke ziarah wali, dan mengalami peningkatan spiritual setelah ziarah itu? Dan seberapa banyak ibrah atau pelajaran yang diambil dari mengunjungi makam para wali itu?
Sepintas, tanpa melihat masing-masing person peserta wisata religi, dari tampilan luar kita melihat tujuan ini masih belum tercapai. Tampaknya wisata ke makam para wali masih sebatas dijalani sebagai perjalanan biasa, untuk sekedar ingin tahu, atau untuk memenuhi hajat duniawi, ngalap barakah dengan meletakkan botol air mineral di sekeliling makam, dan semacamnya, dan sepertinya belum ada ibrah apapun yang didapat dari kunjungan wisata religi ini, yang bisa membuat lebih dekat kepada Allah, ingat mati, takut akan siksa kubur dan siksa neraka.
Keterangan:
- Gambar 1 dari kiri Pose bersama sebagian Santri -santri PSKQ Modern angkatan 2010. di depan Masjid Al Aqsha Menara Kudus seusai ziarah ke makam Sunan Kudus
- Gambar 2.Berpose bersama santri -santri PSKQ modern dalam rangkaian acara Wisata Religi dan Study Banding di Pesantren Al Quran Syeikh Puji atau Haji.Pujiono seorang Pengusaha Kaligrafi kuningan yang sukses mencapai trillyunan Rupiah Omset bisnis Kaligrafi.
No comments: