Assiry gombal mukiyo, 12 April 2016
Sejak pagi Mukiyo
mondar-mandir di pinggir jalan, bukan karena ia kebingungan atau karena
belum sarapan. Tapi ia sedang dalam kondisi antara mules, sakit kepala
dan seperti ingin beol tapi tidak tau harus bagaimana. Tiba tiba ia
tersenyum -senyum sendirian dan menyapa setiap orang yang jalan
didepannya entah ia kenal apa bukan.
Ada semacam gundukan dari
bangunan jiwanya yang seolah -olah runtuh. Bangunan kokoh dan megah yang
ia telah bangun bertahun -tahun. Tapi ia mencoba membesar-besarkan
hatinya, menghibur setiap kebuntuan fikir yang bertengger di ubun
-ubunnya. Mengikhlaskan atas apa yang ada. Membolak -balikkan antara
realita dan mimpi itu yang sungguh teramat jauh. Bahwa seseorang yang
ikhlas bukan seperti kentut yang belum melakukan apa-apa tetapi sudah
kemana -mana tercium aromanya. Ikhlas itu seperti ketika seseorang beol
kemudian ia cepat-cepat menyiram bahkan hampir-hampir dirinya sendiri
pun tidak mau mencium aroma bahkan melihat bentuk dan wujudnya apalagi
orang lain.
Jangan anda katakan bahwa Mukiyo sedang galau karena
cinta, tapi ia sedang mempersiapkan perjalanan bathin dan mi'raj dari
kesedihan menuju kegembiraan dan melintasi arsy dan menemukan
kesejatian dari kebahagiian cinta itu sendiri.
Ia gembira dan bahagia karena apa yang ia yakini sebagai cinta dan mencintai telah dilewatinya meskipun berat. Dalam relung hati Mukiyo ia menuliskan untaian kata demi kata yang
melayang -layang bersayap patah. Ya itulah sayap cinta, yang Disetiap
sayap itu tertulis guratan -guratan cinta, bahwa cinta itu suatu keadaan
di dalam jiwa manusia. Suatu situasi yang bergulung-gulung di batas
kedalaman jiwa yang tersembunyi tanpa siapapun yang mengetahui atau
bahkan mendeteksinya kecuali dirinya sendiri.
Menjelang siang
Mukiyo bergumam sendiri berbicara dengan apa saja yang ada didepannya
meskipun hanya dengan angin yang berdesir " Aku akan tetap mencintainya,
menjalankan kebaikan kepadanya, meskipun di dalam dirinya sudah tak
tersisa rasa cinta yang eksklusif kepadaku".
Mukiyo mengerti
betul bahwa sifat materi itu adalah penjumlahan atau pengurangan. Jika
uang atau benda yang dibagi maka ia semakin berkurang dan terus
berkurang. Sedang energi/ilmu bersifat bertambah dan terus bertambah,
cinta yang dimilikinya adalah energi yang terus menerus bertambah.
Bagi Mukiyo cinta itu tidak bisa dibagi 30% untuk ini, 40% untuk itu,
dan sisanya untuk yang lain. Yang benar adalah cinta istri 100% cinta
anak 100%, cinta kepada Allah juga 100%. Itu semua karena cinta bukan
materi. Cinta kepada Anak 100% tidak bersaing dengan cinta kepada Allah.
Setelah terik matahari semakin membakar, mukiyo tersadar bahwa
hari semakin siang ia kaget karena tidak terasa ternyata 8 Tahun ia
menemani kekasih hatinya dalam perjalanan cinta. Meskipun entah orang
lain banyak yang mengatakan itu bukan cinta. Itu penyiksaan, itu
kemunafikan, itu adalah pembunuhan terhadap cinta, itu adalah
pengkhianatan cinta. Baginya mencintai itu wajahnya seakan tak ada
hubungannya dengan cinta, karena ia bisa berupa kerja keras membanting
tulang di pasar dan jalanan, bergelantungan diatas ketinggian kubah
ketika sedang melukis atau dimana saja untuk keluarga. Ia bisa berwujud
kepengasuhan dalam keluarga, kepemimpinan dalam bermasyarakat, bahkan
kearifan untuk mengurusi sesamanya.
Mukiyo terus berjalan bahkan
ia tidak tahu langkah kakinya menuju kemana. Hanya mengikuti suara
hatinya. Meskipun siang itu ia belum memasukkan apapun yang ia sebut
sebagai makanan. Ada kalanya memang suatu masalah atau persoalan dalam
kehidupan diselesaikan tidak dengan berhadapan dengan masalah itu. Bisa
juga dengan berpindah konsentrasi, memikirkan atau melakukan sesuatu
yang lain sama sekali dan tak ada kaitannya dengan masalah itu.
Mukiyo betul -betul telah memahami dirinya sendiri bukan orang lain yang
hanya bisa menilai dan menghakimi, sesungguhnya selama ini ia hanya
bisa beol terus- menerus kemudian membuang kotorannya, menyiram hingga
tak terlihat, tak tercium dan tak ada lagi bekas -bekasnya. Begitulah
cinta yang diterjemahkan dalam perjalanan kehidupan cintanya.
Ia
menyebutnya sebagai "energi cinta" dengan memberikan jalan pembahagiaan
bagi yang ia cintai adalah puncak keikhlasan cinta yang tak pernah
ternilai oleh apapun.
================================================================
Selamat menempuh hidup baru Bp. Ali Barokah Jambi dan Ummi Anik Ardiyani kudus, hari ini Selasa,12 April 2016 dan sampai kapanpun semoga selalu bertabur bahagia.Amiin.
Illustrasi:
1. Didepan karya -karya lukisan Assiry Art Pose pernikahan Ali Barokah dan Anik Ardiyani ( mulai th.2007-2015 gedung ini menjadi rumah sekaligus asrama l PSKQ Modern bagi saya dan Santri PSKQ) .
2. Foto Kenangan Ummi Anik Ardiyani bersama Santri -Santri PSKQ Modern ketika berwisata Religi dan Study Banding di Jepara Kota Ukir 2015.
1. Didepan karya -karya lukisan Assiry Art Pose pernikahan Ali Barokah dan Anik Ardiyani ( mulai th.2007-2015 gedung ini menjadi rumah sekaligus asrama l PSKQ Modern bagi saya dan Santri PSKQ) .
2. Foto Kenangan Ummi Anik Ardiyani bersama Santri -Santri PSKQ Modern ketika berwisata Religi dan Study Banding di Jepara Kota Ukir 2015.
No comments: