Slider[Style1]

PSKQ dalam Liputan

Style2

Style3[OneLeft]

Style3[OneRight]

Style4

Style5

Style6

Style7

Style8

Style9

Assiry gombal mukiyo, 12 April 2016



Sejak pagi Mukiyo mondar-mandir di pinggir jalan, bukan karena ia kebingungan atau karena belum sarapan. Tapi ia sedang dalam kondisi antara mules, sakit kepala dan seperti ingin beol tapi tidak tau harus bagaimana. Tiba tiba ia tersenyum -senyum sendirian dan menyapa setiap orang yang jalan didepannya entah ia kenal apa bukan.

Ada semacam gundukan dari bangunan jiwanya yang seolah -olah runtuh. Bangunan kokoh dan megah yang ia telah bangun bertahun -tahun. Tapi ia mencoba membesar-besarkan hatinya, menghibur setiap kebuntuan fikir yang bertengger di ubun -ubunnya. Mengikhlaskan atas apa yang ada. Membolak -balikkan antara realita dan mimpi itu yang sungguh teramat jauh. Bahwa seseorang yang ikhlas bukan seperti kentut yang belum melakukan apa-apa tetapi sudah kemana -mana tercium aromanya. Ikhlas itu seperti ketika seseorang beol kemudian ia cepat-cepat menyiram bahkan hampir-hampir dirinya sendiri pun tidak mau mencium aroma bahkan melihat bentuk dan wujudnya apalagi orang lain.

Jangan anda katakan bahwa Mukiyo sedang galau karena cinta, tapi ia sedang mempersiapkan perjalanan bathin dan mi'raj dari kesedihan menuju kegembiraan dan melintasi arsy dan menemukan kesejatian dari kebahagiian cinta itu sendiri.
 
Ia gembira dan bahagia karena apa yang ia yakini sebagai cinta dan mencintai telah dilewatinya meskipun berat. Dalam relung hati Mukiyo ia menuliskan untaian kata demi kata yang melayang -layang bersayap patah. Ya itulah sayap cinta, yang Disetiap sayap itu tertulis guratan -guratan cinta, bahwa cinta itu suatu keadaan di dalam jiwa manusia. Suatu situasi yang bergulung-gulung di batas kedalaman jiwa yang tersembunyi tanpa siapapun yang mengetahui atau bahkan mendeteksinya kecuali dirinya sendiri.

Menjelang siang Mukiyo bergumam sendiri berbicara dengan apa saja yang ada didepannya meskipun hanya dengan angin yang berdesir " Aku akan tetap mencintainya, menjalankan kebaikan kepadanya, meskipun di dalam dirinya sudah tak tersisa rasa cinta yang eksklusif kepadaku".

Mukiyo mengerti betul bahwa sifat materi itu adalah penjumlahan atau pengurangan. Jika uang atau benda yang dibagi maka ia semakin berkurang dan terus berkurang. Sedang energi/ilmu bersifat bertambah dan terus bertambah, cinta yang dimilikinya adalah energi yang terus menerus bertambah.
 
Bagi Mukiyo cinta itu tidak bisa dibagi 30% untuk ini, 40% untuk itu, dan sisanya untuk yang lain. Yang benar adalah cinta istri 100% cinta anak 100%, cinta kepada Allah juga 100%. Itu semua karena cinta bukan materi. Cinta kepada Anak 100% tidak bersaing dengan cinta kepada Allah.

Setelah terik matahari semakin membakar, mukiyo tersadar bahwa hari semakin siang ia kaget karena tidak terasa ternyata 8 Tahun ia menemani kekasih hatinya dalam perjalanan cinta. Meskipun entah orang lain banyak yang mengatakan itu bukan cinta. Itu penyiksaan, itu kemunafikan, itu adalah pembunuhan terhadap cinta, itu adalah pengkhianatan cinta. Baginya mencintai itu wajahnya seakan tak ada hubungannya dengan cinta, karena ia bisa berupa kerja keras membanting tulang di pasar dan jalanan, bergelantungan diatas ketinggian kubah ketika sedang melukis atau dimana saja untuk keluarga. Ia bisa berwujud kepengasuhan dalam keluarga, kepemimpinan dalam bermasyarakat, bahkan kearifan untuk mengurusi sesamanya.

Mukiyo terus berjalan bahkan ia tidak tahu langkah kakinya menuju kemana. Hanya mengikuti suara hatinya. Meskipun siang itu ia belum memasukkan apapun yang ia sebut sebagai makanan. Ada kalanya memang suatu masalah atau persoalan dalam kehidupan diselesaikan tidak dengan berhadapan dengan masalah itu. Bisa juga dengan berpindah konsentrasi, memikirkan atau melakukan sesuatu yang lain sama sekali dan tak ada kaitannya dengan masalah itu.

Mukiyo betul -betul telah memahami dirinya sendiri bukan orang lain yang hanya bisa menilai dan menghakimi, sesungguhnya selama ini ia hanya bisa beol terus- menerus kemudian membuang kotorannya, menyiram hingga tak terlihat, tak tercium dan tak ada lagi bekas -bekasnya. Begitulah cinta yang diterjemahkan dalam perjalanan kehidupan cintanya.
 
Ia menyebutnya sebagai "energi cinta" dengan memberikan jalan pembahagiaan bagi yang ia cintai adalah puncak keikhlasan cinta yang tak pernah ternilai oleh apapun.

================================================================
Selamat menempuh hidup baru Bp. Ali Barokah Jambi dan Ummi Anik Ardiyani kudus, hari ini Selasa,12 April 2016 dan sampai kapanpun semoga selalu bertabur bahagia.Amiin.

Illustrasi:
1. Didepan karya -karya lukisan Assiry Art Pose pernikahan Ali Barokah dan Anik Ardiyani ( mulai th.2007-2015 gedung ini menjadi rumah sekaligus asrama l PSKQ Modern bagi saya dan Santri PSKQ) .
2. Foto Kenangan Ummi Anik Ardiyani bersama Santri -Santri PSKQ Modern ketika berwisata Religi dan Study Banding di Jepara Kota Ukir 2015.

About Assiry Art

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Post a Comment

Terimakasih telah berkunjung di Pesantren Seni Kaligrafi Al Quran, silahkan meninggalkan pesan, terima kasih


Top