Slider[Style1]

PSKQ dalam Liputan

Style2

Style3[OneLeft]

Style3[OneRight]

Style4

Style5

Style6

Style7

Style8

Style9

PSKQ Modern, 7 November 2018





Salah satu faktor penting kejayaan pendidikan Rasulullah SAW adalah karena Beliau menjadikan dirinya sebagai model dan teladan bagi umatnya. Rasulullah SAW adalah Al Quran yang hidup (the living Quran).

Beliau adalah Al Quran yang berjalan "Kaana annabiyyi khuluquhu al quran".
Beliau juga pelaksana pertama semua perintah Allah dan meninggalkan semua larangan-Nya. Saat itu, sistem pendidikan Rasulullah SAW belum menerbitkan dan mengesahkan gelar atau ijazah, namun nilai terbaik dan tertinggi dari murid-murid Beliau terletak pada tingkat ketaqwaan. Implementasi nyata terletak pada akhlak dan amal shalih yang dilaksanakan oleh mereka para murid yang tidak lain adalah para shahabat Nabi SAW. Proses pendidikan menghasilkan para sahabat yang langsung beramal, berbuat dengan ilmu yang didapat karena Allah SWT bukan karena lainnya.

Kanjeng Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin masyarakat sangat memperhatikan persoalan pendidikan bagi generasi muda. Beliau menyatakan bahwa pendidikan atau menuntut ilmu itu wajib bagi setiap orang, laki-laki dan perempuan. Beliau juga tidak membuang-buang kesempatan untuk mencerdaskan masyarakat Madinah pada waktu itu.

Rasulullah SAW sangat menyadari pentingnya kemampuan membaca dan menulis dan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan otak kiri dan kanan. Bahkan ketika Perang Badar usai, ada 70 orang Quraisy Makkah menjadi tawanan, masing-masing mereka diminta untuk mengajar 10 orang anak-anak dan orang dewasa Madinah dalam membaca dan menulis sebagai salah satu syarat pembebasan mereka. Akhirnya 700 orang terbebas dari buta huruf. Inilah salah satu kehebatan dan mukjizat Rasul dalam dunia pendidikan jauh sebelum gerakan melek huruf oleh pemerintahan Orde Baru pada 16 Agustus 1978 dicanangkan.

Lalu, masing-masing mereka pun diminta menjadi guru bagi orang lain yang belum mampu membaca dan menulis. Begitulah cara Muhammad SAW memperhatikan pendidikan dan juga guru sebagai agen perubahan dan teladan utama untuk generasi emas di masa datang.

Saya prihatin dewasa ini justru anak-anak kecil dan generasi muda milenial hanya dijejali pelajaran membaca dan menghafal. Kreatifitas dan kegemaran menulis menjadi terabaikan. Perhatikan di TPQ atau PAUD mereka ditekankan pada membaca dan hafalan. Bahkan pesantren yang concern terhadap hafalan Quran misalnya lebih ditekankan daripada Pesantren atau Sekolah yang lebih cenderung kepada pengkajian dan kreativitas muridnya justru sangat jarang peminatnya.

Padahal Rasulullah menganjurkan betul untuk belajar tidak hanya pada membaca tapi juga menulis apa saja. Karena dengan tulisan segala persoalan menjadi mudah dipelajari dan difahami "akrimuu aulaadakum bilkitaabah fainna al kitaabata min ahammi al umur waa'dzami assuruur". Begitulah rasulullah menasehatkan dan juga telah diteladankannya.

Puluhan Siswa SMK juga SD/sederajat mengikuti proses belajar out bound yang saya asuh. Mereka saya ajak refresh dan rehat sejenak dari formalitas pendidikan kelas di sekolah yang pasti menjemukan. Mereka bisa tertawa lepas dapat pengalaman baru corat-coret di kanvas dengan bebasnya dan tentu makan enak gratis dari Panitia Penyelenggara. Mereka ada yang menulis nama pacar idamannya, menulis huruf ta, menggores lafadz jalalah dan lainnya bahkan ada 3 Siswa yang beragama Protestan dan Katholik yang menulis Halleluya di kanvas tersebut yang sengaja saya abadikan dan tidak saya tutup dengan goresan apapun.

Acara itu menjadi sangat berkesan karena tidak hanya dihadiri oleh Siswa/Siswi yang beragama islam saja. Semoga apa yang saya upayakan melalui Workshop Kaligrafi ini, kecintaan mereka pada budaya membaca dan menulis semakin terpatri di lubuk hati.

Juga Pelatihan dan Workshop kaligrafi yang diselenggarakan oleh Dinas Arsip dan Perpustakaan Kudus semoga menjadi gerbang pembuka untuk selanjutnya memasuki cakrawala ilmu dan pengetahuan yang lebih kreatif dan inovatif.

Anak-anak tidak harus terus- menerus dicekoki dengan materi hitungan dan hafalan. Biar mereka tidak menjadi generasi yang perhitungan dan mengandalkan rasio semata. Daya kembang dan kreativitas juga spiritualitas harus diasah secara seimbang sejak dini biar mereka kelak tidak menjadi robot yang baku dan monoton hidupnya. Karena generasi yang akan datang mereka yang menjadi pemimpin-pemimpin yang mewarnai dunia adalah mereka yang kreatif dan bersinergi antara otak kanan dan kirinya.
__________________________________
Ilustrasi:
- Demo melukis dan menulis huruf arab, latin, jawa yang dilakukan oleh seluruh siswa yang hadir juga oleh Ka. Dinas Arsip Bp.Masyudi disusul Bp.Moch Ekodiono juga staf lainnya. Saya sendiri hanya mengolah dan meracik seluruh coretan kanvas ukuran 2,5 x 2 menjadi bernilai estetis (Tgl.5 Nopember 2018).

- Tampak dua orang pengajar kaligrafi Pskq Modern Kudus Jateng yakni Ustaz Heru Katinu dan Ustaz Zuhud Fatoni berpose di samping Karya coretan kanvas tersebut setelah selesai mengisi workshop kaligrafi pada hari selanjutnya ( Tgl.6 Nopember 2018)
Muhammad Assiry, 2018

About Assiry Art

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Post a Comment

Terimakasih telah berkunjung di Pesantren Seni Kaligrafi Al Quran, silahkan meninggalkan pesan, terima kasih


Top