Jumat, 24 Juni 2016
MENGGORES INDAH: Para santriwati serius latihan menulis
kaligrafi di Pondok Seni Kaligrafi Quran (PSKQ), Desa Undaan Lor,
Undaan, kemarin.
|
KUDUS – Puluhan santri
putra dan putri mengikuti program Ramadan di Pondok Seni Kaligrafi Quran
(PSKQ) di Desa Undaan Lor, Undaan, kemarin. Puluhan santri ini belajar
menulis kaligrafi hingga dekorasi secara gratis. Tidak hanya dari Kudus
dan sekitarnya, namun juga banyak diikuti santri dari luar Jawa.
Nukman, 26, salah satu pengajar kaligrafi mengatakan, program
belajar kaligrafi saat Ramadan ini sudah berlangsung beberapa tahun.
Namun untuk tahun ini, ada perbeda. “Tahun ini pembelajarannya lebih
dititikberatkan pada belajar menulis. Kalau tahun-tahun sebelumnya
belajar kaligrafi terapan. Yakni langsung aplikasi ke media pembuatan
hiasan, seperti styrofoam dan kanvas,” ungkap pengajar asal Kota
Lhokseumawe, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) ini.
Pengajar yang beberapa waktu lalu meraih juara harapan di lomba
kaligrafi internasional di Malaysia ini menambahkan, para santri tahun
ini digratiskan. Namun, alat-alat tulis dan biaya makan ditanggung
santri sendiri. Rata-rata sehari mereka dibebankan uang sebanyak Rp 20
ribu untuk dua kali makan.
”Meskipun ada yang rumahnya dekat, tetap diwajibkan di asrama
alias tidak diperbolehkan pulang. Program kelas kaligrafi Ramadan ini
sudah dimulai sejak 7 Juni lalu dan akan berakhir 30 Juni nanti,”
katanya.
Program ini diikuti 25 santri. Rinciannya, 18 santri putri dan
enam santri putra. Mereka disediakan asrama sebagai tempat tinggal
hingga program kelas berakhir. ”Asrama putra ada di Gang III (Desa
Undaan Lor) dan asrama putri ada di Gang I (Desa Undaan Lor). Tetapi
untuk kelasnya difokuskan di asrama putra,” terangnya.
Para santri ini tidak hanya berasal dari Kudus dan sekitarnya,
namun juga banyak yang berasal dari Tegal dan Jogjakarta. Bahkan banyak
dari luar Jawa. ”Ada lima santri berasal dari luar Jawa. Yakni
Kalimantan, Padang, Lampung, dan Riau,” jelasnya.
Dia menjelaskan, jadwal pemberian materi cukup padat. Yakni dibagi
kelas pagi, siang, dan malam hari. Kelas pagi dimulai pukul 09.00 hingga
12.00. Dilanjutkan pada siang hari mulai pukul 14.00 hingga 16.00.
“Kelas pagi dan siang diajarkan kaidah dan dasar penulisan kaligrafi.
Sedangkan kelas malam kadang diisi motivasi atau ngaji kitab agama,
dengan pengajar dari luar pondok kaligrafi,” katanya.
Supria Noor, 29, salah satu santri asal Palembangan, Kalimantan
Selatan, mengaku sangat tertarik dengan pembelajaran di pondok kaligrafi
ini. ”Saya lihat pengampu pondok ini sangat berkompeten,” terang pria
yang berprofesi menjadi guru ini.
Santri putri dari Kalimantan lainnya, Anidah Hafidaturrahma
mengaku, selain ingin menimba ilmu dan mengasah kemampuannya dalam
bidang kaligrafi, ia juga ingin mengisi waktu liburannya dengan hal
positif. ”Gurunya sudah juara internasional. Suasananya juga
menyenangkan. Juga sekalian liburan,” ujarnya yang mengaku tahu pondok
ini dari internet. (rin/lin)
No comments: