KIPRAH - Pasaran PSKQ
Kudus
Suara Merdeka Cetak, 18 Juni
2016
SEMINGGU belajar seni kaligrafi, jari jemari Ely Amalia mulai lincah menggoreskan
handam (pena dari bambu) di atas selembar kertas. Perempuan asal Jatibarang,
Indramayu, Jawa Barat pun mengaku mulai menikmati hari-harinya sebagai santri
Pasaran Pesantren Seni Rupa dan Kaligrafi Alquran (PSKQ) Kudus.
Ely merupakan satu dari 23 santri Pasaran di PSKQ. Mereka datang dari
berbagai daerah di Indonesia mengikuti program Pesantren Kaligrafi Ramadan
(Pasaran) yang digelar PSKQ tanggal 8 hingga 30 Juni 2016.
Jumlah santri putri mendominasi kelas di Gedung Pena asrama putra pesantren
di RT 3 RW 1 Desa Undaan Lor, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus. Total ada 16
santriwati ditambah tujuh santri laki-laki. Selain dari Kudus, mereka berasal
dari Jepara, sejumlah daerah di Jawa, Sumatra, dan Kalimantan.
”Meski jauh dari rumah, belajar kaligrafi di sini menyenangkan. Selain
proses belajar mengajarnya tidak kaku, suasana juga seperti di kampung
halaman,” katanya, kemarin.
Kewirausahaan
Proses belajar mengajar di PSKQ, menurut pendiri PSKQ Muhammad Assiry
Jasiri didesain untuk menyiapkan seniman kaligrafi yang tak hanya andal membuat
seni tulis aksara arab, tapi juga memiliki jiwa kewirausahaan. Ini terlihat
dari sederet materi pelajaran yang diberikan kepada santri.
Materi utama yaitu belajar kaidah khat diwani jaly, farisi dan kufi,
naskhi, tsuluts, riqah, serta diwani. Santri juga diajari membuat lukisan
kaligrafi kontemporer, kaligrafi dekorasi (MTQ), hingga teori dan praktik
membuat hiasan tezhip untuk MTQ.
Para santri diasah jiwa kewirausahaannya melalui materi bisnis kaligrafi
dan membuat kerajinan dan suvenir kaligrafi. Yang menarik, mereka juga diajak
membedah kitab dan mendalami Alquran, hingga dialog ilmiah tentang pendidikan
seks remaja dan kekerasan terhadap anak.
Kami berharap mereka memiliki pengetahuan yang utuh dan wawasan luas. Kami
sengaja mendatangkan pemateri yang ahli di bidangnya,î katanya. Salah satu
ustadz Pasaran yaitu Nukman, asal Aceh yang banyak menorehkan prestasi lomba
kaligrafi nasional hingga internasional.
PSKQ juga mengundang akademisi, seniman, hingga praktisi hukum. Santri tak
dikutip biaya sepeser pun untuk mengikuti Pasaran di PSKQ. Mereka yang datang
dari berbagai daerah hanya perlu menyiapkan modal niat dan memikirkan biaya
hidup dan akomodasi selama di PSKQ. ìKami sudah menyiapkan asrama untuk para
santri.”
Selain mendampingi santri Pasaran, PSKQ selama Ramadan ini juga membuka
kelas pendampingan khusus kepada kaligrafer peserta lomba kaligrafi tingkat
nasional 2016 di Nusa Tenggara Barat.
PSKQ hanya mencoba menabur sedikit garam, dengan cara memberi fasilitas
secara gratis dan lingkungan belajar yang mendukung pengembangan mereka.” Salah
satu ustadz pengajar Nukman menilai para santri memiliki motivasi tinggi
mempelajari kaligrafi.
Sebagian besar datang tanpa memiliki pengetahuan memadai tentang kaligrafi.
ìBakat seni sudah ada. Namun umumnya belum memahami kaidah-kaidah dalam
kaligrafi. Karena motivasinya tinggi, mereka cepat sekali menyerap pelajaran.”
(Saiful Annas-10)
No comments: