Slider[Style1]

PSKQ dalam Liputan

Style2

Style3[OneLeft]

Style3[OneRight]

Style4

Style5

Style6

Style7

Style8

Style9


Muhammad Assiry, 11 Juni 2016
 
 
Saya tidak akan " kepo" berbicara banyak tentang Istri atau Mantan Istri Muhammad Ali. Seolah -olah saya begitu mengetahui persis tentang sejarah hidupnya dan keluarganya padahal saya hanya sedikit mengetahui bahwa Ali telah menikah empat kali dan memiliki sembilan anak dari istri-istri resminya itu, ditambah seorang anak adopsi.

Istri pertamanya, Sonji Roi, yang dinikahinya pada tahun 1964. Namun pernikahan tersebut hanya berlangsung singkat. Keduanya bercerai pada tahun 1966. Ali kemudian menikah dengan Belinda Boyd, yang baru berumur 15 tahun. Pernikahan keduanya itu berlangsung sejak tahun 1967 hingga 1977. Dari pernikahan itu, Ali mendapat empat anak.

Kemudian ada Veronica Porsche, seorang model cantik yang dijadikan sebagai istri ketiganya pada tahun 1977. Pernikahan tersebut berlangsung hingga tahun 1986.

Dan akhirnya, Ali menikah lagi dengan Yolanda Williams pada tahun 1986. Yolanda atau lebih dikenal sebagai Lonnie Ali merupakan wanita yang paling lama menjadi istri Ali. Dia terus setia mendampingi suaminya hingga saat-saat terakhirnya.
 
Bukan, bukan soal keluarganya yang ingin saya ceritakan panjang lebar. Saya justru menutup rapat muka karena malu jika menelaah tentang "lika-liku" dan "lelakon" yang Ali telah perbuat bukan hanya sebagai Seorang Petinju Legendaris tetapi sepanjang hidupnya, baik selagi masih aktif di atas ring maupun setelah menggantungkan sarung tinjunya, Ali tak pernah berhenti berjuang untuk hak-hak sipil, untuk kemanusiaan. Lihat saja, bagaimana di tengah keterbatasan fisiknya akibat deraan penyakit parkinson, ia masih membantu membebaskan 14 sandera Amerika di Irak pada 1990, atau menempuh perjalanan panjang ke Afrika Selatan untuk menyambut pembebasan Nelson Mandela dari penjara, juga pergi ke Afghanistan untuk membantu perjuangan sekolah-sekolah di sana sebagai Utusan Perdamaian PBB. Bahkan pada hari-hari terakhir dalam hidupnya, ia masih mengkritik keras wacana Donald Trump tentang pelarangan Muslim masuk ke AS.

Selama bertahun-tahun, Ali "istiqamah" melakukan penggalangan dana amal yayasan miliknya, salah satunya adalah Muhammad Ali Parkinson Center, pada tahun 2007.

"Kejuaraan itu tidak dibuat di arena. Para juara dibuat dari sesuatu yang ada di dalam diri mereka – sebuah hasrat, sebuah impian, sebuah visi. Mereka yang memiliki keterampilan dan kemauan, tetapi kemauanlah yang terbesar.

Saya benci latihan pada setiap menitnya, tetapi saya berkata, “Jangan berhenti. Menderita sekarang dan menjalani sisa kehidupan Anda sebagai juara.” Begitulah kata-kata bijak Muhammad Ali yang terus meinspirasi saya dan semoga juga menjadi motivasi untuk sahabat , teman dan kader-kader Santri PSKQ Modern ketika terus belajar dan berlatih dalam menekuni kaligrafi.

Muhammad Ali adalah petinju paling kontroversial yang pernah dikenal dunia, baik di dalam maupun di luar ring. Sebagai seorang petinju kelas berat, ia boleh dibilang memiliki gaya bertinju yang tak lazim. Ia adalah seniman di atas ring yang memperlakukan tinju layaknya seni beladiri Asia, bahkan sebagai seni pertunjukan; sebuah entertainment.

Terbang seperti kupu-kupu, menyengat seperti lebah, begitulah saya mendeskripsikan gaya bertarungnya itu. Dan dalam hampir semua laganya, kita pun bisa menyaksikan bagaimana ia menari-nari dengan gerakan footwork begitu mengagumkan tak ubahnya seorang dancer.

Tidak hanya memadukan kecepatan pukulan dan daya refleks yang luar biasa, Ali juga memiliki ketenangan dan kecerdikan yang menakjubkan di atas ring. Ia adalah seorang petarung yang penuh trik, yang tahu betul bagaimana menyiasati ruang saat berlaga dan menguasai lawan.

Di Manila tahun 1974 Joe Fraizer tidak sanggup bangkit dari kursinya untuk memasuki ronde ke-15 pertarungannya melawan Muhammad Ali, sehingga petinju Philadelphia ini dinyatakan kalah TKO dari Ali.Tidak seperti kebiasaannya menari-nari mengelilingi ring sepanjang laga, kali ini dengan memanfaatkan tali ring sebagai sandaran dan menutupi wajahnya rapat-rapat dengan kedua tangan ia membiarkan dirinya dihujani pukulan maut Fraizer yang mengerikan ketika Ronde ke 3. Seolah -olah Ali sudah loyo dan tak berdaya sehingga Fraizer mengira Ali pasti kalah dibuatnya. Justru sebaliknya Ali menyerang balik dengan cepat setiap pukulan Fraizer hingga Fraizer sempoyongan.

Itulah taktik Rope a Dope yang tak ada duanya, dan ia menjalankan siasat menguras tenaga lawan ini dengan baik. Akibatnya, Fraizer yang kelelahan.

Yang terjadi sesungguhnya adalah bahwa Muhammad Ali memiliki siasat dan kecerdasan yang Frazier tak punya. Keduanya sudah bertarung habis-habisan selama 14 ronde. Besoknya Frazier memuji — “Saya sudah timpakan kepada Ali ratusan pukulan saya yang biasanya merobohkan dinding bahkan bangunan sekokoh apapun, tetapi Ali tetap tegak berdiri.” — sehingga secara fisik maupun mental Frazier tidak lagi sanggup berdiri pada ronde ke-15.

Tetapi Ali masih punya kekuatan yang langsung didapatkan dari Allah. Secara fisik ia juga sudah lunglai, bahkan mungkin lebih parah kondisi tubuhnya dibanding Frazier. Tapi Ali punya kecerdasan intelektual sehingga ia seolah -olah memperkasakan dirinya dihadapan Frazier, menunjukkan bahwa dirinya tetap masih kuat meskipun rounde ke 15 selesai. Inilah kekalahan mental yang telah dialami Frazier.

Inipun menjadi sebuah pelajaran dan Ilmu yang Muhammad Ali telah ajarkan kepada kita semua bahwa Kekuatan kita terletak kepada apa yang kita yakini, kita sugestikan, kita wujudkan karena Allah.

Ali pantas menjadi idola umat manusia sejagat, karena itulah kepergiaannya pun ditangisi oleh jutaan orang di seluruh penjuru dunia apapun ras, agama, dan golongan mereka. Dan karena itu pulalah, kita semua takzim mengamini kata-katanya yang terkesan jumawa puluhan tahun silam itu: "Aku adalah yang terbaik. Aku bilang begitu bahkan sebelum aku tahu. Aku tahu kalau aku mengatakannya berulang-ulang, aku bisa menyakinkan dunia bahwa aku benar-benar yang terbaik." Itu hanya sugesti yang ia katakan tapi semuanya benar -benar menjadi nyata.

Saat upacara pemakamannya yang hanya bisa saya tonton di Tv dihadiri para tokoh agama Hindu, Budha, Katholik dan protestan membuktikan bahwa Ali adalah sosok yang sangat dicintai siapa saja bahkan saat ketika Hamzah Abdul Malik membacakan Ayat Al Quran dan sampai pada ayat “Waman ahsanu qaulan mimman da’aa ilallaahi wa ‘amila sholihaw wa qoola innani minal muslimiin. (QS. 41:33)

Saya tidak kuasa menahan lelehan air mata. Begitu dalamnya, begitu agungnya, begitu mulianya apa yang sudah dilakukan oleh Ali kepada ummat manusia di penjuru bumi ini.

Da’a ilallah adalah usaha kita dalam mengajak manusia kepada Allah. Usaha ini disebut dengan dakwah. Dakwah adalah kerja yang sangat besar dan sangat agung. Kebesaran kerja ini nampak jelas dari siapa saja yang pernah mengembannya. Dakwah yang dilakukan oleh Muhammad Ali bukan dengan ceramah dan berdiri di podium tapi Ali menjadi teladan yang menggedor-gedor bathin kita hingga ke ulu nurani.

Muhammad Ali, You are the greatest, Champ! Al Fatihah....

About Assiry Art

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Post a Comment

Terimakasih telah berkunjung di Pesantren Seni Kaligrafi Al Quran, silahkan meninggalkan pesan, terima kasih


Top