Assiry gombal mukiyo, 19 Februari 2016
Malam ini kamis 19 februari 2016 sehabis Isya' tanpa dinyana saya bisa bertemu dengan kawan -kawan pengurus AKRAB ( Asosiasi Kaligrafi Akrab)
Kudus, tampak Ustaz M.Tiroz, dan Ustaz Ali M. saat silaturrrahim di
kediaman Ustaz Solehan Tumpang Krasak Kudus, jateng, sebelum saya
meluncur ke Cilegon Banten malam ini juga dalam rangka menebar
virus-virus Kaligrafi .
Saya bersyukur dan sangat bangga dengan
adanya "AKRAB " karena tunas -tunas baru calon kaligrafer semakin
terbentuk dan berkembang. Bukan itu saja, bahwa tongkat estafet
kaligrafi Jateng ini sesungguhnya diwariskan oleh Guru Besar Kaligrafi
yang sudah sedemikian berlian ilmunya yakni KH.Aufa Siddiq Alm. kepada
seluruh murid-muridnya baik yang sudah tergabung dengan AKRAB Kudus
maupun kader PSKQ MODERN, PUSAKA Pati dan lainnya. Itu artinya meskipun
baju yang kita pakai berbeda tapi essensinya adalah sama, hati dan jiwa
kita ditetesi ilmu kaligrafi oleh satu cawan yang juga sama.
AKRAB adalah ujung tombak bagi tegak lurusnya "qiwaam al khath" para
kader kaligrafer Jateng bisa kompak dan "sengkuyung" dalam
mempertahankan tradisi yang dimiliki oleh seluruh kader maupun
kaligrafer Jateng tak terkecuali untuk dihujamkan kedalam lubuk hati
bagi setiap kader yang sedang berproses menemukan kesejatian ilmu
kaligrafi.
Jika AKRAB ini adalah seorang anak sama seperti PSKQ
MODERN maka Bapaknya adalah GRISTA ANNUR yang dilahirkan dari rahim
perjuangan KH.Nur Aufa Shiddiq sekitar 25 tahun silam. Dengan
analogi yang sederhana, kita bisa berbentuk gethuk, berupa gathelut,
menjadi Endok Gludug, bisa juga kripik tapi sesungguhnya kita sama -sama
Ubi. Kita berasal dari bahan dasar yang sama, sumber yang tidak berbeda
sama sekali, soal rasa, hanya masalah selera dan hal itu justru
menambah kekayaan budaya sebagai bukti bahwa kita memiliki keluasan
kreatifitas dan imajinasi tanpa batas.
Jadi tidak ada yang
membedakan, tidak ada yang membuat para kader kaligrafer Jateng
berjarak. Tidak !.... Bahkan oleh essensi kematian sekalipun. Yakni mati
dari semangat kebersamaan dan semangat untuk terus berjuang meneruskan
perjuangan para Guru, khususnya Pak Aufa.
Alangkah berbahagianya Pak Aufa yang tidak bisa kita pungkiri bahwa dari beliau kita semua mendapatkan oase keberkahan kaligrafi yang berlipat -lipat. Bahkan tanpa kita sadari ilmu yang kita dapatkan darinya telah beranak -pinak dan tidak terhitung lagi jumlahnya.
Dan alangkah syahdunya beliau di alam Baqa' bisa menikmati buah segar
nan ranum dari jasa -jasanya ketika menanam kaligrafi di tandusnya
ladang yang sangat kerontang kala itu. Hanya dengan kita semua
"AKRAB" yang berarti mengkrabkan visi misi, mengakomodir pola fikir dan
ikut secara berjamaah menanam kembali juga menyirami apa yang sudah
beliau tanamkan meskipun susah- payah, terseok -seok, kaki jadi kepala
dan kepala jadi kaki bahkan jika darah harus tumpah sekalipun, namun
tekad untuk terus berbenah dan terus berjuang membumikan kaligrafi di
nusantara jangan pernah keringa adanya.
Inilah salah satu cara kita bagaimana membalas budi baik dan mengenang jasa Pak Aufa alm. dan para Guru lainnya yang tidak perlu saya sebut satu persatu. Mari kita "langitkan" Al Fatihah kepada KH.Nur Aufa Shidfiq, semoga bukan saja penduduk bumi yang ikut membacakan Fatihah ini tapi juga para penduduk langit yang juga menaburkan dan mengabadikan namanya hingga sidratil muntaha.
Liridhoillahi waliridhoi rasulihi Shallallahu alai wasallam waila ruhihi KH.Nur Aufa Siddiq. Al Fatihah......
No comments: