Slider[Style1]

PSKQ dalam Liputan

Style2

Style3[OneLeft]

Style3[OneRight]

Style4

Style5

Style6

Style7

Style8

Style9

Assiry gombal mukiyo, 03 Agustus 2015


Tidak hanya harga diri atau martabat keluarga, harga diri ummat, kelompok dan lebih luas lagi adalah harga diri sebagai kedaulatan bangsa dan negara.

Kalau ada orang yang menyebut keluarganya adalah harga mati maka artinya adalah fokus perhatian dan seluruh kemampuannya untuk kebaikan keluarganya meskipun itu dianggap atau tidak, berarti dia tetap menjunjung martabat atau harga dirinya untuk keluarganya.

Kita harus memiliki keputusan tentang harga diri. Orang yang memilki harga diri atau martabat dia memiliki regulasi dan pedoman kapan dia merasa terhina, kapan dia merasa malu, merasa diinjak, kapan dia harus "ngamuk" dan mengambil langkah tegas mengambil keputusan.

Contohnya orang madura bisa memilih "ngeluarin clurit" ketika merasa harga diri istrinya atau keluargany sudah diinjak -injak. Kita kompak dan berhasil mengusir penjajah meskipun hanya dengan bambu runcing karena kita sebagai bangsa sudah diinjak -injak harga dirinya.

Orang sekarang atau bahkan bangsa ini sudah mulai melupakan harga dirinya. Senang sekali mengulik-ulik dan menikmati istri tetangga misalnya hanya memilki prinsip bahwa rumput tetangga lebih hijau dari rumput halaman sendiri.

Hutang pemerintan lebih dari 400 trilliun tapi kita justru bangga. Inilah letak harga diri kita sesungguhnya.
Kalau ada istilah NKRI harga mati itu adalah pernyataan martabat sebagai bangsa. Hancurnya bangsa indonesia itu ketika keputusan kita untuk menjadikan harga diri sebagai prinsip begitu lemah.

Sudah kita lihat banyak contoh bagaimana negara lain seperti Malaysia Singapura Australia meremehkan bangsa ini. Hal ini dapat terjadi karena negara lain memandang remeh dan rendah bangsa kita. Dimulai dari kasus pengakuan budaya oleh Malaysia kasus Kapal Perang Usman Harun yang dianggap menghina Singapura sampai kasus penyadapan telepon para petinggi di negara ini oleh Australia, dan terakhir terlibatnya negara -negara lain dalam kasus -kasus pembakaran masjid di Papua dll. Ini karena martabat kita sebagai bangsa sudah mulai luntur.

Hendaknya kita mulai berbenah diri dalam memperbaiki citra pandangan dan menjunjung tinggi martabat kita agar tidak mudah diremehkan dan direndahkan orang bahkan lebih luas dari itu adalah direndah-rendahkan oleh negara lain.

Illustrasi:
Doku entasi foto 26 juli 2015 saat foto bersama Soimah ( tengah) saat berkunjung di Rumah KH.Faqih Pati bersama keluarga kecilku. Mendaulatkan keluarga sebagai bagian dari harga diri. Bagi saya harga diri keluarga adalah harga mati. Yang mengganggu nyawa taruhannya.

About Elsya Vera Indraswari

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Post a Comment

Terimakasih telah berkunjung di Pesantren Seni Kaligrafi Al Quran, silahkan meninggalkan pesan, terima kasih


Top