Slider[Style1]

PSKQ dalam Liputan

Style2

Style3[OneLeft]

Style3[OneRight]

Style4

Style5

Style6

Style7

Style8

Style9

Muhammad Assiry,15 Oktober 2018



Beberapa waktu yang lalu perhelatan akbar MTQ Nasional telah usai digelar. Riuh gemuruh dan berita kejuaraan terus menambah kebahagiaan bagi para kafilah yang menggondol emas, perak maupun perunggu. Pun tangis kesedihan karena tidak sedikit yang pulang membawa tangan hampa. Pilu sepilu pilunya. Itulah gambaran ketika MTQ telah selesai digelar dengan tampilnya Iwan Fals sefals hati para peserta Kafilah MTQ Jateng. Bukan kemenangan memang yang dicari dalam per MTQ an ini, meskipun siapapun yang ingin lomba berharap pulang menenteng piala kejuaraan itu. MTQ sejatinya sebagai dakwah dan syiar lidiinil islam.
Bagi LPTQ Jateng, MTQ bukan sekadar syiar dan berfastabiiqulkhairat melainkan menguji diri dan hati apakah para peserta MTQ jateng lulus dan lolos pada tataran ilmu maqam ikhlas atau belum. Misalnya pada seluruh bidang MTQ yang dilombakan, para peserta lomba dari Jateng ini berusaha sekuat tenaga untuk tidak mau menang alias mengalah untuk memberikan kejuaraan itu kepada propinsi lainnya. Inilah yang saya maksud sebagai ilmu qanaah dan ilmu ikhlas tingkat tinggi. Karena ikhlas model ini tidak ada Sekolahnya juga tidak ada kelasnya. Belajarnya pun lama memakan waktu bertahun-tahun. 
Tetapi para peserta MTQ Jateng ini semuanya lulus dan mendapat predikat ikhlas "innahum min 'Ibaadinal Mukhlashiin". Satupun emas tidak mau mereka raih. Inilah ketawadhuan para peserta MTQ dari Jateng yang luar biasa ini. Takbeerrr...Allahu Akbar !

Pada bidang kaligrafi misalnya pada cabang Kaligrafi Naskhah sengaja yang dikirim adalah yang juara dua tingkat Prop.Jateng tanpa melalui test dan dilombakan ulang, alasannya mungkin takut suul adab karena ia berkali-kali juara kaligrafi Internasional. Juga Kaligrafi Cab. Kaligrafi Kontemporer yang penting asal gondrong rambutnya soal bisa melukis atau tidak itu menjadi kebijakan yang paling bijaksana yang diputuskan oleh LPTQ jateng. Lagi-lagi tanpa melalui seleksi padahal di Jateng seabrek para pelukis kaligrafi yang berkompeten di bidangnya. Bahkan Juara 1 Kaligrafi dekorpun tingkat Prop.Jateng harus ndlohom dan dipaksa ikhlas meskipun tidak ikhlas dengan tidak bisa tampil ke Nasional karena digantikan oleh Pembina yang juga merangkap sebagai Peserta. Luarr biasaaah....
Jadi kesimpulannya para Juara MTQ Prop.Jateng belum tentu menjadi Duta MTQ Nasional yang diselenggarakan di Medan tgl. 7- 13 Oktober 2018 ini.

Pembinaan rutin jauh sebelum lomba nasional dan Try Out karya setiap minggu misalnya juga tidak perlu dilakukan oleh LPTQ biar peserta tidak bagus-bagus kualitasnya baik secara mental maupun pematangan karyanya tujuannya agar supaya nanti tampilnya di MTQ Nasional biasa-biasa saja. Kalau bagus kan berpeluang juara. Ini yang dihindari untuk menujukkan bahwa LPTQ Jateng itu Tawadhu' sekali.

Ketawadhuan LPTQ Jateng inilah yang membuat saya sebagai warga Jateng bangga dengan prestasi LPTQ Jateng yang sangat gemilang ini.

Tidak mau menonjolkan diri inilah sifat terpuji LPTQ Jateng. Kalau ada peserta dari Jateng yang Juara Nasional di Medan 2018 kan terlihat sombong. Ini jelas akan menciderai maqam keihlasan hati juga membatalkan niat suci untuk bersedekah dengan uang APBD kepada para Peserta MTQ, Pembina juga Pelatih. Jalan-jalan ke Medan jangan dianggap menghamburkan duit melainkan Syiar dan dakwah mulia dengan bermusabaqah Tilawatil Quran nan jaya. Mendatangkan Pelatih atau Pembina dari luar Jateng dengan beaya mencapai puluhan juta bahkan ratusan juta juga jangan dituduh buang-buang duit melainkah sedekah dan menggembirakan orang. Apalagi menyenangkan hati orang lain juga adalah perintah agama.

Kalau Peserta Kaligrafi di Propinsi lainnya Pelatihan dan Pembinaan Kaligrafi hampir setahun bahkan ada yang sampai 2 tahun diadakan rutin dan kontinyu sedangkan di Jateng tidak demikian. Cukup beberapa kali pembinaan menjelang MTQ Nasional itu sudah sangat efektif dan efisien. Lama -lama pembinaan Kaligrafi kan juga butuh beaya besar dan membuat peserta binaan jadi bosan. Ini tidak bagus buat para peserta apalagi para peserta Kaligrafi Jateng ini adalah eksekutif muda dan rata-rata adalah Pengusaha juga Guru. Sehingga mengganggu waktu dan kesibukan para peserta MTQ juga adalah keputusan yang kurang bijak dan bentuk kedzaliman.
Jadi tolong kemarin-kemarin yang menanyakan kepada saya kenapa pada MTQ Nasional di Medan Jateng kok tidak ada satupun yang juara pada Cab. Kaligrafi dan lainnya. Lagian nanya ke saya. Saya bukan Pembina, Pelatih juga bukan cukup penonton saja. Nanya itu yah mustinya kepada Ketua LPTQ Jateng. Ya beginiah ulasan "ndobol" saya yang perlu juga harus diketahui sebagai hiburan dan guyonan. Ngga perlu harus ada yang tersinggung. Hidup itu tidak usah terlalu serius-serius amat lah. Lagi pula MTQ bukan sesuatu yang harus dijadikan tolok ukur bagus atau tidaknya kualitas seseorang pada bidang yang di MTQ kan itu. Yang menentukan nilai hebat atau tidaknya adalah sejauh mana hidupmu bisa memberi manfaat untuk siapapun. "Ora patheen kalah MTQ, yang bener bukan kalah tapi mengalah"....betul juga yang dikatakan Mas Irfan Ali Nasrudin ini.

About Assiry Art

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Post a Comment

Terimakasih telah berkunjung di Pesantren Seni Kaligrafi Al Quran, silahkan meninggalkan pesan, terima kasih


Top