Suasana malam
di ruang Galeri Cipta II, Taman Ismail Marzuki (TIM) seolah
dimanjakan dengan suara lantunan dzikir yang bergema dengan halus. Lantunan dzikir tersebut berasal dari salah satu karya
seni rupa karya Hardiman Rajab, seniman lulusan Institut Kesenian Jakarta
(IKJ), yang berjudul Number Five.
Number Five merupakan salah satu seni rupa berbentuk kubus dengan tutup terbuka. Di
dalamnya, terdapat gramophone –alat pemutar musik- yang dilengkapi dengan
kakbah tiga dimensi di tengah piring phonoghraph. Gramophone tersebut
menggambarkan keadaan Masjidil Haram yang dipenuhi orang berthawaf.
Berbeda dengan pameran kaligrafi tahun lalu yang hanya menyajikan kaligrafi dua dimensi saja, penyelenggara pameran tahun ini menyajikan
karya seni rupa tiga dimensi. Alasannya, praktisi seni rupa ingin menggali dan
memahami arti kesenian kaligrafi. Pameran
seni rupa kaligrafi dua dan tiga dimensi tahun ini bertema Hikmah Ramadhan. Penyelenggara memamerkan 60 karya
seni rupa, 6 di antaranya karya seni tiga dimensi.
Menurut Dick,ketua pelaksana Pameran Seni Rupa Kaligrafi,
respon positif banyak yang datang dari pengunjung membuat ia
bekerja sama dengan para seniman dari beberapa
perguruan tinggi untuk menyelenggarakan pameran kaligrafi. Ia menghadirkan 36 peserta dari IKJ, ITB, UIN, UNJ, dan rekannya yang
otodidak menghasilkan karya.
Karya seni rupa
tiga dimensi lain terletak di tengah ruangan terlihat
mencolok. Patung tersebut berbentuk
sapi yang badannya dipenuhi handphone-handphone bekas. Karya seni rupa ini
diberi nama The Second God karya Yana
WS.
Pembuatan
patung ini, kata Dick, menjadi bentuk kritik sosial
Yana terhadap masyarakat zaman sekarang. Sapi tersebut dikonotasikan sebagai
tuhan karena handphone dan peralatan elektronik
lainnya telah didewakan dan menjadi candu bagi masyarakat saat ini.
Selain itu, di
sudut lainnya terpampang lukisan berjudul Kupu-kupu
yang Berdzikir karya Dick Syahrir. Lukisan
ini dibuat untuk menyampaikan rasa kekecewaan terhadap pembangunan gedung besar
di tempat tinggalnya. Ia menceritakan, dahulu di
Cengkareng, banyak sekali kupu-kupu dan kunang-kunang. Tetapi, karena adanya
pembangunan gedung real estate,
serangga tersebut menghilang.
Salah satu
pengunjung, Leon Agusta, berpendapat, pameran kaligrafi ini telah menghadirkan ragam seni rupa yang tidak sekedar lukisan saja. Menurutnya,
pada tahun 1970, kaligrafi masih bersifat tradisional dan terikat pada tulisan
arab dari ayat Al-Quran, sedangkan sekarang kaligrafi menghadirkan bentuk-bentuk
lain dalam karya seni.
No comments: