Slider[Style1]

PSKQ dalam Liputan

Style2

Style3[OneLeft]

Style3[OneRight]

Style4

Style5

Style6

Style7

Style8

Style9

Assiry gombal mukiyo, 18 Juni 2015


Di pojok jembatan penyeberangan depan Pasar Festival , Jaksel ada seorang nenek tua yang jualan, kadang jualan mangga, kadang jualan jambu, kadang jualan rempeyek, dsb. Kalau mau beramal , belilah dagangan nenek yang berjualan seperti itu. Beli 10 ribu, walaupun harganya cuma 5 ribu, jangan minta kembalian.

Ada juga nenek yang jual teh, kopi, dan snack di sekitar Mall Ambassador, belilah dagangan mereka. Daripada uangmu engkau habiskan untuk beli kopi Starbucks 30 ribu dan memperkaya kapitalis yang sudah kaya raya, belilah teh atau kopi mereka yang cuma 3 ribu, kasih 10 ribu atau 20 ribu jangan minta kembalian. Kalau ketemu ibu-ibu pemulung di kompleks perumahanmu apalagi yang mengajak anaknya memulung, berilah mereka 10 ribu atau 20 ribu, kalau dia membawa anaknya, kasih ke anaknya agar ibunya tidak merasa malu. Mereka berjuang dengan sebaik-baiknya walaupun miskin dan pantang mengemis.

Kalau di daerah saya tepatnya di pasar kliwon Kudus ada Kakek tua yang berjualan sapu lidi dan beberapa mainan kertas di pojok selatan pasar, belilah sapu atau mainannya meskipun rumahmu tidak perlu sapu lidi untuk menyapu dan lain sebagainya anda bisa cek sendiri lokasi didaerah anda masing -masing.

Di jembatan yang sama di depan Pasar Festival, ada ibu-ibu lebih muda yang mengemis, membawa anak yang selalu tidur, jangan pernah memberi pengemis yang seperti itu. Pertama karena eksploitasi bayi yang tidur dengan dikasih obat kimia dan tentu membahayakan perkembangan IQ dan mental anak. Kedua mereka menjadikan pengemis sebagai sebuah pekerjaan bukan sebagai jalan terakhir.

Terkadang di pengajian-pengajian, ada Kiyai, ustadz atau habib yang meminta anda beramal kepada mereka meskipun tidak semua kiyai, ustadz atau habib seperti itu. Jangan pernah terayu oleh tipuan mereka. Mohon jangan salah artikan maksud saya karena kalau anda mau beramal itu lebih baik langsung kepada sasaran yang tepat seperti kepada yang miskin, dhuafa dan terlantar langsung, bukan lewat mereka. Kalau anda beramal ke ustadz atau habib, itu mayoritas untuk membiayai pembangunan rumah mereka, untuk memperbesar jaringan bisnis pesantren mereka, kadang juga biaya hidup istri kedua, ketiga atau keempat mereka, atau untuk membeli mobil mewah yang mereka tunggangi.

Beramal itu baik, tapi beramallah dengan strategi. Niat anda mungkin beramal, tapi kalau anda tertipu, itu namanya bodoh. Beramallah kepada orang-orang yang mau berusaha, yang malu untuk meminta-minta. Beramallah kepada orang-orang yang berjuang dengan sebaik-baiknya, semulia-mulianya.

Dari berbagai pengalaman hidup saya, cara terbaik beramal adalah dalam bidang pendidikan. Karena dengan pendidikan, yang dirubah adalah pola pikir, jaringan kesuksesan, dan kemauan untuk maju. Tidak perduli pada dasarnya manusia itu pintar ataupun bodoh, tapi kalau mau berusaha dan belajar, pasti ada banyak cara untuk menjadi pintar dan berhasil.

Maaf saya juga tidak bermaksud pamer, sudah banyak yang saya bantu dalam bidang pendidikan dan akhirnya mereka setidaknya bisa mandiri dan banyak yang bisa membantu orang lain. Saya melakukan sebisa yang saya mampu, misalnya dengan mendirikan gubug PSKQ Modern sebagai tempat pengkaderan Kaligrafer dan seniman muslim dengan menggratiskan tenaga, fikiran, ide dan apapun yang saya miliki untuk siapapun yang belajar di gubug PSKQ tanpa sepeserpun meminta, mengemis sumbangan dan semacamnya meskipun harus mengorbankan apapun kepentingan untuk diri sendiri dan bahkan kebahagiaan keluarga saya sendiri.

Bantuan seperti inilah yang menurut saya akan jauh lebih berguna dan tidak hilang begitu saja. Kalau saya boleh membahasakannya harus dibedakan antara bantuan ad hoc dan bantuan strategis. Bantuan strategis dalam bidang pendidikan ini pun bukan hanya dalam bentuk uang, tapi juga diskusi, motivasi, dan bimbingan apa saja sesuai dengan talenta dan bidang anda masing -masing. Anda tukang jahit misalnya kemudian anda mengajarkan orang lain menjahit gratis itu lebih strategis daripada hanya memberikan uang.

Saya bukan orang yang kaya, jadi channeling amal itu harus strategis, bahkan jika saya kaya raya pun, amal saya pun pasti strategis meniru cara beramal Bill Gates atau Elon Musk. Mereka tidak beramal dengan memberi orang uang begitu saja, tapi fokus menyelesaikan masalah-masalah penting dunia seperti kesehatan, pendidikan, teknologi, kebudayaan dsb.

Amal adalah cara terbaik manusia untuk membahagiakan dirinya sendiri dan orang lain, karena hanya dengan berbagi kebahagiaan lah manusia akan menjadi lebih bahagia. Dan salah satu cara terbaik untuk menjadi bahagia dan membagi kebahagiaan adalah dengan berbagi ilmu dan pendidikan.Masalah orang lain berterimakasih atau tidak atas tindakanmu, itu bukan hal yang perlu dirisaukan.

Teruslah berbagi ilmu, sedekahkan pengetahuan dan keahlian anda sampai engkau tidak tahu seberapa besar yang engkau berikan. Karena hakikatnya harta kita yang sesungguhnya adalah bukan uang melainkan apa yang sudah kita berikan sebesar -besarnya untuk kemanfaatan orang lain.

About Elsya Vera Indraswari

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Post a Comment

Terimakasih telah berkunjung di Pesantren Seni Kaligrafi Al Quran, silahkan meninggalkan pesan, terima kasih


Top