Slider[Style1]

PSKQ dalam Liputan

Style2

Style3[OneLeft]

Style3[OneRight]

Style4

Style5

Style6

Style7

Style8

Style9

Assiry gombal mukiyo, 22 April 2015



Sedekah itu tidak ada hubungannya dengan kaya atau miskin. Sedekah itu hubungannya adalah berbagi rizki.
Anda punya uang 100 ribu, anda berikan ke orang lain 30 ribu, bagian anda 70 ribu. Kalau anda berharap 30 ribu itu berlipat ganda menjadi 300 ribu, itu bukan sedekah namanya, itu berdagang. Dihadapan Allah rizki kita yang sesungguhnya adalah rizki yang kita bagikan untuk sesama dijalan Allah.

Sedekah menurut saya itu seperti "beol". Filosofinya adalah ketika kita makan endingnya pasti beol. Sama halnya dengan ketika Allah melimpahkan kepada kita entah nikmat yang berupa materi maupun non materi tentu kita harus "membeolkannya". Artinya kita tidak hanya sekadar mensyukurinya ( Syukr bi al lisan) tapi juga (Syukr bi al arkan) dengan cara berbuat baik dan berbagi kepada sesama. Bayangkan jika setiap hari anda makan tapi "ndak" membeolkannya. Itulah essensi sedekah yang sesungguhnya.

Nasionalisme pun secara filosofis sudah dicontohkan oleh para leluhur, para pendahulu bangsa semenjak penjajahan seperti ritual sedekah bumi, sedekah laut. Terlepas dari persoalan syirik/musyrik’, inikan hanya penilaian subyektifitas semata, karena saya tidak tahu hati orang sehingga tidak bisa asal menuduh syirik.
Sedekah bumi dan sedekah laut itu adalah wujud syukur atas bumi dan laut yang dianugerahkan Allah kepada Bangsa Indonesia. Sedekah bumi itu sebagai bentuk handar beni, perasaan yang bukan saja memiliki tapi juga mencintai negeri ini.

Satu teladan yang oleh Saudara Marhawi salah satu Santri PSKQ Modern angkatan 2014/2015. Dia telah "membeolkan" kelebihan rizkinya dengan memborong buku yang bernilai satu juta lebih untuk diinfaqkan ke Perpustakaan PSKQ Modern.

Tentu Saudara Marhawi sangat ikhlas "beol" dan tidak mungkin mengorek atau berharap beolny itu diganti oleh Allah.Tanpa diminta saya yakin Allah menjadikan Saudara Marhawi sebagai samudera ilmu yang siapapun saja kelak bisa mereguk ilmunya. Dengan menginfaqkan puluhan buku agar bisa dibaca orang lain itu sama saja dia menabung ilmu yang bisa saja Allah mengganti buku-buku itu menjadi "samudera ilmu" yang Allah anugerahkan lautan ilmu kepadanya ( ladunni). Itu hak prerogratif Allah bagi siapapun saja yang dikehendakiNya.

Jika kita menanam sudah pasti kita menuainya. Apa yang kita tanam itulah yang kelak kita nikmati. Jika menanam keburukan sudah barang tentu hidup yang tidak bahagia, tidak nyaman dan tidak tenang yang pasti kita panen.

Tidak perlu kita tanyakan lagi apakah yang ditanam oleh Saudara Marhawi kelak akan berbuah atau tidak.
Saya melihat barisan para Malaikat yang putih bercahaya memberikan limpahan kemanfaatan Kepada Saudara Marhawi dan juga kepada siapapun yang berkunjung ke Perpustakaan mini PSKQ Modern untuk mengkaji ilmu dan mengamalkannya.

Illustrasi:
Puluhan buku yang diinfaqkan Saudara Marhawi bin Bahruddin Ketapang, Kalimantan Barat.Semoga bermanfaat dan melahirkan berjuta -juta ilmu dan hikmah.

About Elsya Vera Indraswari

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Post a Comment

Terimakasih telah berkunjung di Pesantren Seni Kaligrafi Al Quran, silahkan meninggalkan pesan, terima kasih


Top