Assiry gombal mukiyo, 25 November 2014
Suatu waktu saya bertanya kepada Para Guru Kaligrafi saat pengkaderan dan membina para guru kaligrafi di Masjid Agung Semarang Jateng. "Anda menjadi guru Kaligrafi itu karena siapa?” Ada yang menjawab, “Karena diri sendiri.” Spontan saya mengatakan, “Itulah masalahnya. Bahwa jika kita pergi ke Jakarta atas perintah juragan kita untuk menyampaikan titipan kepada seseorang di sana, maka si juragan akan menyiapkan fasilitas dan segala yang dibutuhkan, kalau ada apa-apa dia pula yang bertanggungjawab. Lain jika kita pergi ke sana karena keinginan kita sendiri, semuanya kita tanggung sendiri. Maka kalau Anda menjadi guru Kaligrafi karena diri Anda sendiri, ya Anda yang harus menanggung diri Anda sendiri, tetapi jika Anda menjadi guru Kaligrafi karena Allah, Allahlah yang bertanggungjawab pada diri Anda.”
Di Sulawesi Selatan ada Waliyullah Imam Lapeo yang membangun Masjid. Begitu Masjid jadi, sang Imam didatangi banyak pedagang Cina yang menagih hutang-hutangnya. Rupanya Masjid Imam Lapeo masih punya hutang. Imam Lapeo meminta mereka untuk menunggu beberapa saat. Sang Imam lantas masuk Masjid dan berdoa, “Ya Allah Rumah-Mu masih punya hutang. Aku yang hanya menempati saja malu, masak Engkau tidak. Bayarlah hutang-Mu.”
Tak lama kemudian, datang serombongan orang bermobil, menemui sang Imam, dan memprotes. “Imam, kenapa Engkau membangun masjid tak bilang-bilang kami. Kami kan juga ingin masuk Surga. Masak Imam ingin masuk surga sendirian.” Lalu, Imam Lapeo berkata, “Ya sudah kalau begitu, temui orang-orang di luar itu dan bayarlah hutang-hutangku.”
Jadi kita harus dekat dengan Allah. Ini seriusss. Jika paradigmanya seperti itu, semua jadi lebih ringan. Persoalan gaji guru yang rendah tetap kita pikir, tetapi tidak boleh menguras energi kita 24 jam. Segala masalah yang kita hadapi tidak akan membatalkan kecintaan kita pada profesi guru, karena yang terpenting adalah landasan cinta pada pekerjaan guru sebagai “pekerjaan Allah”. Jadi, “Anda menjadi guru Kaligrafi atau guru TK sekalipun itu mulia atau tidak bergantung pada hal-hal di luar (sekolah anda unggulan atau tidak), melainkan pada konsep dan keyakinan Anda sendiri.
Mari kita telusuri kembali akar sejarah kata yang ada dalam dunia pendirikan, “guru" itu berasal dari bahasa apa, begitu pula sekolah, siswa, murid, dan lain-lain.” Semua itu ada kaitannya dengan epistemologi pengetahuan kita.” Contoh kata ‘murid’ yang berasal dari bahasa Arab. Murid berarti orang yang menghendaki (punya karep), murid berarti subjek. “Jadi, guru yang baik adalah murid sepanjang masa,”. Dengan konsep seperti itu, semua yang terjadi itu terserah kita, mau kita sikapi bagaimana. Banyak yang mesti dibenahi, termasuk penyikapan kita atas profesi guru. Karena itu ayo dung kita perkaya diri kita dengan beragam bahasa- bahasa pikir, bahasa hati, dan bahasa-bahasa lainnya, sehingga kalau ada fenomena anak didik yang di luar kebiasaan, maka para guru tidak kehabisan stok untuk memperlakukan anak didiknya itu.
Jangan sampai kata Guru yang oleh Mbah KH. Al Allamah Arwani amin Kudus, diterjemahkan dalam bahasa jawa sebagai Gu ( digugu) didengarkan dan dipatuhi setiap setiap nasehatnya, Ru ( ditiru) diikuti dan diteladani perilaku baiknya.
Kini bisa saja terbalik tafsir dan makna mengenai guru sehingga menjadi Gu ( diguyu) ditertawakan karena tidak memilki etos semangat pengabdian karena dalam otaknya hanya mengajar karena mencari uang dan tunjangan.
Ru (ditinggal turu) diabaikan dan dicuekin bahkan mungkin ditinggal tidur saat guru mengajar itu karena Guru sudah tidak lagi memiliki kewibawaan dan keteladanan sebagai pendidik yang bukan hanya mengajar ( transfer of knowledge) tapi juga mendidik (transfer of value).
SELAMAT HARI GURU........
# Illustrasi foto saya ambil saat Saya mengajar dan membimbing Santri -santri PSKQ Modern dan memberi materi Khath Naskhi sebagai bagian dari Materi wajib semester l.
# Santri -Santri PSKQ yang belajar di PSKQ Modern dibebaskan dari beaya SPP bulanan "alias gratis". Karena saya yakin yang menggaji saya bukan manusia tapi Allah.
Semoga bisa memberikan secercah manfaat.....Amiin
Suatu waktu saya bertanya kepada Para Guru Kaligrafi saat pengkaderan dan membina para guru kaligrafi di Masjid Agung Semarang Jateng. "Anda menjadi guru Kaligrafi itu karena siapa?” Ada yang menjawab, “Karena diri sendiri.” Spontan saya mengatakan, “Itulah masalahnya. Bahwa jika kita pergi ke Jakarta atas perintah juragan kita untuk menyampaikan titipan kepada seseorang di sana, maka si juragan akan menyiapkan fasilitas dan segala yang dibutuhkan, kalau ada apa-apa dia pula yang bertanggungjawab. Lain jika kita pergi ke sana karena keinginan kita sendiri, semuanya kita tanggung sendiri. Maka kalau Anda menjadi guru Kaligrafi karena diri Anda sendiri, ya Anda yang harus menanggung diri Anda sendiri, tetapi jika Anda menjadi guru Kaligrafi karena Allah, Allahlah yang bertanggungjawab pada diri Anda.”
Di Sulawesi Selatan ada Waliyullah Imam Lapeo yang membangun Masjid. Begitu Masjid jadi, sang Imam didatangi banyak pedagang Cina yang menagih hutang-hutangnya. Rupanya Masjid Imam Lapeo masih punya hutang. Imam Lapeo meminta mereka untuk menunggu beberapa saat. Sang Imam lantas masuk Masjid dan berdoa, “Ya Allah Rumah-Mu masih punya hutang. Aku yang hanya menempati saja malu, masak Engkau tidak. Bayarlah hutang-Mu.”
Tak lama kemudian, datang serombongan orang bermobil, menemui sang Imam, dan memprotes. “Imam, kenapa Engkau membangun masjid tak bilang-bilang kami. Kami kan juga ingin masuk Surga. Masak Imam ingin masuk surga sendirian.” Lalu, Imam Lapeo berkata, “Ya sudah kalau begitu, temui orang-orang di luar itu dan bayarlah hutang-hutangku.”
Jadi kita harus dekat dengan Allah. Ini seriusss. Jika paradigmanya seperti itu, semua jadi lebih ringan. Persoalan gaji guru yang rendah tetap kita pikir, tetapi tidak boleh menguras energi kita 24 jam. Segala masalah yang kita hadapi tidak akan membatalkan kecintaan kita pada profesi guru, karena yang terpenting adalah landasan cinta pada pekerjaan guru sebagai “pekerjaan Allah”. Jadi, “Anda menjadi guru Kaligrafi atau guru TK sekalipun itu mulia atau tidak bergantung pada hal-hal di luar (sekolah anda unggulan atau tidak), melainkan pada konsep dan keyakinan Anda sendiri.
Mari kita telusuri kembali akar sejarah kata yang ada dalam dunia pendirikan, “guru" itu berasal dari bahasa apa, begitu pula sekolah, siswa, murid, dan lain-lain.” Semua itu ada kaitannya dengan epistemologi pengetahuan kita.” Contoh kata ‘murid’ yang berasal dari bahasa Arab. Murid berarti orang yang menghendaki (punya karep), murid berarti subjek. “Jadi, guru yang baik adalah murid sepanjang masa,”. Dengan konsep seperti itu, semua yang terjadi itu terserah kita, mau kita sikapi bagaimana. Banyak yang mesti dibenahi, termasuk penyikapan kita atas profesi guru. Karena itu ayo dung kita perkaya diri kita dengan beragam bahasa- bahasa pikir, bahasa hati, dan bahasa-bahasa lainnya, sehingga kalau ada fenomena anak didik yang di luar kebiasaan, maka para guru tidak kehabisan stok untuk memperlakukan anak didiknya itu.
Jangan sampai kata Guru yang oleh Mbah KH. Al Allamah Arwani amin Kudus, diterjemahkan dalam bahasa jawa sebagai Gu ( digugu) didengarkan dan dipatuhi setiap setiap nasehatnya, Ru ( ditiru) diikuti dan diteladani perilaku baiknya.
Kini bisa saja terbalik tafsir dan makna mengenai guru sehingga menjadi Gu ( diguyu) ditertawakan karena tidak memilki etos semangat pengabdian karena dalam otaknya hanya mengajar karena mencari uang dan tunjangan.
Ru (ditinggal turu) diabaikan dan dicuekin bahkan mungkin ditinggal tidur saat guru mengajar itu karena Guru sudah tidak lagi memiliki kewibawaan dan keteladanan sebagai pendidik yang bukan hanya mengajar ( transfer of knowledge) tapi juga mendidik (transfer of value).
SELAMAT HARI GURU........
# Illustrasi foto saya ambil saat Saya mengajar dan membimbing Santri -santri PSKQ Modern dan memberi materi Khath Naskhi sebagai bagian dari Materi wajib semester l.
# Santri -Santri PSKQ yang belajar di PSKQ Modern dibebaskan dari beaya SPP bulanan "alias gratis". Karena saya yakin yang menggaji saya bukan manusia tapi Allah.
Semoga bisa memberikan secercah manfaat.....Amiin
No comments: