Slider[Style1]

PSKQ dalam Liputan

Style2

Style3[OneLeft]

Style3[OneRight]

Style4

Style5

Style6

Style7

Style8

Style9

Assiry gombal mukiyo, 21 November 2014

IBU
Assiry gombal mukiyo, 2014

Ibu memiliki kontribusi besar dan signifikan dalam membentuk perkembangan agama dan psikologi anak. Di tangan ibu, warna akhlak dan karakter anak berada. Seorang ibu yang baik akan mencetak anak yang baik. Ibu yang jujur akan mengalirkan nuansa kejujuran pada anak-anaknya. Ibu yang salehah akan memberi warna kesalehan pula pada anaknya.

Rasulullah pernah mengatakan, manusia paling pantas untuk diperlakukan dengan sebaik-baiknya itu adalah ibu. Dan, Nabi yang mulia itu mengulanginya hingga tiga kali. Suatu gambaran nyata bahwa ibu demikian berarti bagi seorang anak. Anak-anak yang hancur secara moral, biasanya disebabkan oleh buruknya moral sang ibu. Anak-anak yang cacat mental, biasanya karena ibunya telah menularkan penyakit mentalnya itu kepada anak-anaknya.

Tapi, di belakang kesuksesan seseorang, pasti ada peran besar ibunya. Hafizh Ibrahim, seorang penyair asal Mesir, pernah berkata, ibu adalah madrasah kehidupan yang bukan hanya melahirkan anak secara biologis, namun juga melahirkan generasi. Satu bangsa yang berkualitas bisa dilihat dari kualitas perempuan yang ada di negeri itu. Ibu bagi suatu bangsa merupakan tiang penyangga berdirinya bangsa itu. Syekh Abdul Qadir Jilani, seorang ulama sufi terkenal, tatkala mau berangkat menuntut ilmu, ibunya berpesan agar dia berlaku jujur dalam kondisi apa pun. Ibunya memberikan bekal uang sebanyak 10 dinar.

Dalam perjalanannya, ia dihadang oleh para perampok. Perampok itu bertanya apakah dia punya uang atau tidak. Syekh Abdul Qadir dengan jujur menjawab bahwa dia punya uang sebanyak 10 dinar sebagai bekal perjalanan yang diberikan ibunya. Awalnya, perampok itu tak percaya. Namun, setelah ditunjukkan tempat uang itu berada maka sang perampok terkejut dan kagum dengan kejujurannya. Dan, berkat sikap inilah kemudian para perampok itu kembali ke jalan benar dan menjadi murid setia sang wali Syeikh Abdul Qadir Al Jilani.

Cerita serupa terjadi di Jakarta. Seorang office boy satu bank menemukan uang senilai Rp 100 juta di tong sampah. Karena dia tak pernah mempunyai uang sebesar itu, maka uang itu ia laporkan kepada petugas keamanan bank tersebut. Dan setelah dicek, ternyata uang tersebut merupakan uang nasabah dari bank tersebut. Atas upayanya itu, dia diberikan rezeki oleh pimpinan banknya. Dan kejujuran yang dilakukan seorang OB itu, tak lepas dari peran ibunya.

Seorang ibu yang saleh adalah nikmat dunia. Dia akan menjadi penopang keluarga agar kokoh. Dia menjadi tulang punggung moral anak-anaknya agar tidak bengkok dan melenceng. Maka, pemberdayaan perempuan merupakan suatu kenicayaan, agar moralitas anak terjaga, agar suami bahagia, dan bangsa berdaya.
Terimakasih buat Ibu yang menjadikan kami anak -anakmu mengerti nilai -nilai kebajikan dan apa arti kasih sayang yang sejati tanpa melalui kata-kata.

Illustrasi:
Gambar Ibu Saya , Ibu Kadarsih saat melayani Pekerja ketika membangun asrama PSKQ.  Seorang Ibu desa yang sederhana, Petani yang tak memiliki sawah, tapi memiliki limpahan kekayaan "kasih sayang" Yang begitu luas bak samudera.

"Bahagianya aku, yang pernah engkau lahirkan dari rahimmu .....emakk
Rabbi ighfirli waliwalidaiyya warhamhuma kama rabbayani Shaghira....Amiiin".

Ibu memiliki kontribusi besar dan signifikan dalam membentuk perkembangan agama dan psikologi anak. Di tangan ibu, warna akhlak dan karakter anak berada. Seorang ibu yang baik akan mencetak anak yang baik. Ibu yang jujur akan mengalirkan nuansa kejujuran pada anak-anaknya. Ibu yang salehah akan memberi warna kesalehan pula pada anaknya.
  Rasulullah pernah mengatakan, manusia paling pantas untuk diperlakukan dengan sebaik-baiknya itu adalah ibu. Dan, Nabi yang mulia itu mengulanginya hingga tiga kali. Suatu gambaran nyata bahwa ibu demikian berarti bagi seorang anak. Anak-anak yang hancur secara moral, biasanya disebabkan oleh buruknya moral sang ibu. Anak-anak yang cacat mental, biasanya karena ibunya telah menularkan penyakit mentalnya itu kepada anak-anaknya.

Tapi, di belakang kesuksesan seseorang, pasti ada peran besar ibunya. Hafizh Ibrahim, seorang penyair asal Mesir, pernah berkata, ibu adalah madrasah kehidupan yang bukan hanya melahirkan anak secara biologis, namun juga melahirkan generasi. Satu bangsa yang berkualitas bisa dilihat dari kualitas perempuan yang ada di negeri itu. Ibu bagi suatu bangsa merupakan tiang penyangga berdirinya bangsa itu. Syekh Abdul Qadir Jilani, seorang ulama sufi terkenal, tatkala mau berangkat menuntut ilmu, ibunya berpesan agar dia berlaku jujur dalam kondisi apa pun. Ibunya memberikan bekal uang sebanyak 10 dinar.

Dalam perjalanannya, ia dihadang oleh para perampok. Perampok itu bertanya apakah dia punya uang atau tidak. Syekh Abdul Qadir dengan jujur menjawab bahwa dia punya uang sebanyak 10 dinar sebagai bekal perjalanan yang diberikan ibunya. Awalnya, perampok itu tak percaya. Namun, setelah ditunjukkan tempat uang itu berada maka sang perampok terkejut dan kagum dengan kejujurannya. Dan, berkat sikap inilah kemudian para perampok itu kembali ke jalan benar dan menjadi murid setia sang wali Syeikh Abdul Qadir Al Jilani.

Cerita serupa terjadi di Jakarta. Seorang office boy satu bank menemukan uang senilai Rp 100 juta di tong sampah. Karena dia tak pernah mempunyai uang sebesar itu, maka uang itu ia laporkan kepada petugas keamanan bank tersebut. Dan setelah dicek, ternyata uang tersebut merupakan uang nasabah dari bank tersebut. Atas upayanya itu, dia diberikan rezeki oleh pimpinan banknya. Dan kejujuran yang dilakukan seorang OB itu, tak lepas dari peran ibunya.

Seorang ibu yang saleh adalah nikmat dunia. Dia akan menjadi penopang keluarga agar kokoh. Dia menjadi tulang punggung moral anak-anaknya agar tidak bengkok dan melenceng. Maka, pemberdayaan perempuan merupakan suatu kenicayaan, agar moralitas anak terjaga, agar suami bahagia, dan bangsa berdaya.
Terimakasih buat Ibu yang menjadikan kami anak -anakmu mengerti nilai -nilai kebajikan dan apa arti kasih sayang yang sejati tanpa melalui kata-kata.

Illustrasi:
Gambar Ibu Saya , Ibu Kadarsih saat melayani Pekerja ketika membangun asrama PSKQ. Seorang Ibu desa yang sederhana, Petani yang tak memiliki sawah, tapi memiliki limpahan kekayaan "kasih sayang" Yang begitu luas bak samudera.
"Bahagianya aku, yang pernah engkau lahirkan dari rahimmu .....emakk
Rabbi ighfirli waliwalidaiyya warhamhuma kama rabbayani Shaghira....Amiiin".

About Elsya Vera Indraswari

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Post a Comment

Terimakasih telah berkunjung di Pesantren Seni Kaligrafi Al Quran, silahkan meninggalkan pesan, terima kasih


Top