Slider[Style1]

PSKQ dalam Liputan

Style2

Style3[OneLeft]

Style3[OneRight]

Style4

Style5

Style6

Style7

Style8

Style9

Assiry gombal mukiyo, 14 Juni 2014

Sesungguhnya yang disebut juara, atau eksistensi sebuah kemenangan itu hakekatnya tidak berlaku begitu sebuah pertandingan atau perlombaan apapun jenisnya berakhir dan tanda kejuaraan disematkan kepada sang juara.

Jika anda juara 1 MTQ entah dicabang Tilawah atau Kaligrafi misalnya yang mengalahkan puluhan peserta ditingkt Nasional. Maka sesungguhnya tidak ada seorangpun yang bisa menjamin bahwa anda adalh yang terbaik bahkan Dewan Hakim pun hanya mampu memperkirakan kejuaraan itu berdasarkan sebuah statement, asumsi nilai kelayakan dan penilaian 2 tertentu sehingga akhirnya anda dinobatkan sebagai pemenangnya, ini kan subyektif dan menjadi sangat relatif. 

Bisa jadi karena kebetulan anda adalah menantu, anak atau mungkin karena anda adalah murid binaan Dewan hakim juri. Atau secara teknis jika anda adalah peserta lomba kaligrafi di Indonesia yang sangat mujur dan diuntungkan karena ternyata karya anda yang salah berat ( jali ) misalnya lewat dari penilaian hakim juri dan tetap bisa masuk final karena mungkin dewan hakim kaligrafi sudah sangat lanjut usia atau karena alasan apapun yang membuat anda tetap bertengger diposisi pemenang, itu semua tetap mnjadi sangat relatif.

Diajang penganugerahan dan penghargaan genre musik tertentu seorang artis dinyatakan menang bukan karena suara dan performanya yang bagus tapi karena goyang pantatnya yang bahenol sehingga terciptalah goyang ngebor, goyang ngecor, goyang itik, goyang kayang, goyang kenthu........goyang wedhus, entah goyang apa lagi yang akan ngetop jika goyangan sensualitas yang mnjadi tujuan utamanya. Roknya yang super ketat dan mini atau kembennya pura 2 mlorot ketika show padahal itulah sebenarnya tujuannya biar anda yang hobby nonton show seperti itu kemudian "ngaceng" sehingga image tentang artis itu semakin melambung dan ngetop namanya dalam relung fikiran dan hatimu. 

Sebuah tim olah raga tertentu atau seorang atlet memenangkan pertarungan melawan tim lainnya sehingga sesudah pertandingan ia dijunjung sebagai juara. Kalau sesudah penobatan gelar juara, diselenggarakan lagi pertandingan antara kedua tim itu, maka tidak seorang pun bisa memastikan bahwa sang juara akan pasti menang lagi.

Di Manila tahun 1974 Joe Fraizer tidak sanggup bangkit dari kursinya untuk memasuki ronde ke-15 pertarungannya melawan Muhammad Ali, sehingga petinju Philadelphia ini dinyatakan kalah TKO dari Ali.
Yang terjadi sesungguhnya adalah bahwa Muhammad Ali memiliki siasat dan kecerdasan yang Frazier tak punya. Keduanya sudah bertarung habis-habisan selama 14 ronde. Besoknya Frazier memuji — “Saya sudah timpakan kepada Ali ratusan pukulan saya yang biasanya merobohkan dinding, tetapi Ali tetap tegak….” — sehingga secara fisik maupun mental Frazier tidak lagi sanggup berdiri pada ronde ke-15.
Tetapi Ali masih punya sisa ruang berpikir. Secara fisik ia juga sudahlungkrah, bahkan mungkin lebih kecapekan dibanding Frazier. Tapi Ali punya kenakalan intelektual sehingga ia berkata kepada Tuhan: “Wahai Tuhan, tolong pinjamkan kepadaku sedikit saja tenaga yang Engkau jatahkan kepadaku untuk besok pagi, supaya aku bisa tampil di ronde terakhir ini dan besok aku tidur sepanjang hari….”
Maka ketika bel ronde ke-15 berdentang, Ali menggagah-gagahkan diri untuk berdiri dan berlagak seakan-akan ia fit dan siap berkelahi lagi — sementara Frazier terduduk lunglai dan tidak sanggup berdiri. Ali menang, tapi sesuai dengan janjinya ia pinjam tenaga kepada Allah — maka sesudah duel itu Ali terbaring di rumah sakit, sementara Frazier nyanyi-nyanyi dan berjoget di diskotek.
Jadi, kemenangan Ali itu relatif. Kalau sepuluh menit sesudah kemenangan Ali itu mereka diduelkan lagi, belum tentu Ali bisa menang. 

Jadi, sesungguhnya juara itu tidak ada.

meminjam kata 2 Ali "Para juara itu sesungguhnya tidak dibuat di arena. Para juara itu dibuat oleh sesuatu yang ada dalam diri mereka sendiri, sebuah hasrat, impian dan visi. Mereka yang memiliki keterampilan dan kemauan tetapi kemauanlah yang terbesar.Dia yang tidak cukup berani mengambil resiko, tidak akan mendapatkan apa 2 dalam hidupnya".

Maka ketika kaya, sadarilah miskinmu. Tatkala menang, sadarilah kalahmu. Di waktu jaya, renungilah keterpurukanmu. Pada saat engkau hebat, ingat-ingatlah kemungkinan bongko dan modiyarmu (hancur dan matimu).

About Elsya Vera Indraswari

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Post a Comment

Terimakasih telah berkunjung di Pesantren Seni Kaligrafi Al Quran, silahkan meninggalkan pesan, terima kasih


Top