PSKQ Modern, 6 Agustus 2018
A. Pengertian Kaligrafi Arab
Kaligrafi secara
etimologi berasal dari bahasa Inggris, Calligraphy yang berasal dari
dua suku kata bahasa Yunani, yaitu Kallos:Beauty (indah) dan graphein:
to write (menulis) yang berarti: tulisan yang indah. Dalam bahasa Arab
biasa di sebut khat yang berarti garis atau coretan pena yang membentuk
tulisan tangan dan disebut Fann Al-Khath dalam arti seni memperhalus
tulisan atau memperbaiki coretan.
B. Jenis-Jenis Kaligrafi Arab
1. Nasakh / Naskhi
Khat Nasakh
(Naskhi) adalah salah satu jenis Khat yang paling mudah dibaca. Jenis
inilah yang paling sering kita dapati ketika melihat atau membaca
tulisan ayat pada mushaf Al Qur’ân dan sering digunakan untuk menyalin
teks-teks ilmiah. Karena jenis ini relatif sangat mudah dibaca dan
ditulis, maka tulisan ini paling banyak digunakan oleh para muslim dan
orang Arab di belahan dunia. Para ahli sejarah berpendapat, bahwa Ibnu
Muqlah (272-328 H) adalah peletak dasar Khat Naskhi dalam bentuknya yang
sempurna di zaman Bani Abbas. Di zaman kekuasaan Atabek Ali (545 H),
usaha memperindah khat Naskhi mencapai puncaknya sehingga terkenallah
gaya yang disebut Naskhi Atabeki yang banyak digunakan untuk menyalin
mushaf al-Qurân di abad pertengahan Islam, dan menggeser posisi Khat
Kufi kuno yang banyak digunakan sebelumnya.
2. Tsuluts / Tolot
Khat
Tsuluts (Tsulutsi) termasuk jenis khat yang populer, meskipun jarang
digunakan untuk tulisan Al Qur’an , karena bentuknya yang indah dan
dekoratif Tsuluts tetap memegang peran penting dalam dunia kaligrafi
arab sebagai tulisan hias. Ia banyak dipakai untuk penulisan judul, nama
atau kepala surat.
Khat
Tsuluts juga banyak digunakan untuk dekorasi dinding dan berbagai media
karena kelenturannya. Ia dianggap paling sulit dibandingkan gaya-gaya
lain, baik dari segi kaedah ataupun proses penyusunannya yang menuntut
harmoni dan seimbang.
3. Diwani
Khat
Diwani adalah salah satu gaya Khat yang diciptakan oleh masyarakat
Turki Usmani , berkembang luas di akhir abad ke-15 yang dipelopori oleh
seorang kaligrafer Ibrahim Munif dari Turki. Tulisan ini mulai populer
setelah penaklukan kota Konstantinopel oleh Sultan Muhammad al-Fatih
tahun 875 H. Penamaan Diwâni karena dinisbahkan kepada kantor-kantor
pemerintah di mana tulisan tersebut digunakan dan dari dewan-dewan
pemerintahan itulah Khat ini menyebar ke seluruh kalangan masyarakat.
Karakter
Diwâni dikenal dengan putarannya sehingga tidak satu pun huruf yang tak
mempunyai lengkungan. Goresannya yang lentur dan lembut memudahkan
Diwani beradaptasi dengan tulisan apapun.
4. Riq’ah
Riq’ah
adalah salah satu gaya khat ciptaan masyarakat Turki Usmani.
Spesifikasi khat Riq’ah terdapat pada huruf-hurufnya yang pendek dan
bias ditulis lebih cepat daripada Naskhi, karena kesederhanaannya dan
tidak memiliki struktur yang rumit. Karena itu, kita memiliki kenyataan
dalam kehidupan modern ini khat Naskhi khusus digunakan untuk mencetak
teks buku, surat kabar, dan majalah, sedangkan khat Riq’ah khusus
digunakan untuk catatan tangan atau dikte.
Di
lapangan advertising atau untuk penulisan judul-judul surat kabar,
Riq’ah sering digunakan karena dapat mencakup kata-kata panjang dengan
goresan-goresan yang tidak banyak makan tempat. Riq’ah itu sendiri
berarti lembut.
5. Farisi / Persian
Disebut
Khat Fârisi karena memang pertamakali dikembangkan oleh orang-orang
Persia (Iran). Sementara Ta’lîq berarti menggantung dinamai demikian
karena gaya tulisan ini terkesan menggantung. Gaya ini disukai oleh
orang-orang Arab dan merupakan gaya tulisan kaligrafi asli bagi orang
Persia, India, dan Turki. Seorang kaligrafer Persia Mir Ali Sultan
al-Tabrizi kemudian mengembangkan gaya ini lebih halus dan variatif
menjadi Nasta’lîq, dari katai ‘nasakh dan ta’lîq’. Namun demikian para
kaligrafer Turki dan Persia tetap menggunakan tulisan ini pada
momen-momen penting. Ta’lîq dan nasta’lîq biasa digunakan untuk
penulisan literatur dan syair-syair tentang kepahlawanan, bukan untuk
penulisan Mushaf Al Qur’an.
6. Kufi / Khoufi
Khat
Kufi merupakan kaligrafi Arab tertua dan sumber seluruh kaligrafi Arab.
Dinamakan Kufi karena berasal dari kota Kufah kemudian menyebar ke
seluruh jazirah Arab. Masyarakat Arab berusaha mengolah dan mempercantik
gaya Kufi dengan menyisipkan unsur-unsur ornamen sehingga lahirlah
beragam corak Kufi yang baru. Cara menulisnya pun tidak lagi terbatas
pada bambu tapi juga dengan pena, penggaris, segitiga, dan jangka. Khat
Kufi pernah menjadi satu-satunya tulisan yang digunakan untuk menyalin
mushaf al-Qur’an.
Selanjutnya
Kufi berubah menjadi seni yang berdiri sendiri sebagai alat ekspresi
para seniman kaligrafi. Meskipun cenderung kaku dengan banyaknya
sudut-sudut yang menjadi karakternya, Kufi sangat lentur dan mudah
diolah. Karena lebih tergantung kepada alat-alat bantu seperti
penggaris, maka siapapun dapat menulis Kufi tidak harus seorang Khattat.
No comments: