26 Maret 2018
Jangan pernah percaya seorang pria bisa mengalahkan perempuan dalam
hal apapun. Para pria tertipu dan menganggap perempuan dari sebatang
tulang rusuk mereka. Para perempuan tidak datang dari tulang rusuk pria
atau tulang monyet atau tulang siapapun. Para pria lahir dari rahim
perempuan, seperti seekor anak kadal yang berenang lepas dari kedalaman
air setelah dilahirkan. Seperti anak panah yang melepaskan diri dari
busurnya. Para pria berotasi
mengelilingi matahari di mata perempuan dan mereka pria - pria ini
menganggap telah menciptakan semesta. Inilah letak kesombongan Pria
dihadapan perempuan.
Aku
tidak memiliki kekuatan mengalirkanmu sepert bendungan atau meredam
naluri Keibuanmu yang lebih pantas menjadi imam. Oh, sungguh, mustahil
mampu kulakukan! Aku telah menguji ketumpulan pikiran dan ketajaman
kebodohanku. Tidak ada, tidak ada yang mampu menaklukkanmu. Karena
keperkasaanmu mengalahkanku ternyata. Bahkan di ranjangpun aku begitu
loyo dan lemah ketika matamu beradu mataku saja aku seperti hilang
kekuatanku saat menjantanimu.
Jangan percaya para pria ketika
bicara tentang diri mereka. Dari para perempuanlah tawa dan tangis anak
kecil pecah dan pria datang ke rumah sakit bersalin menyebut nama mereka
sebagai ayah.
Ini sungguh memalukan. Begitu berdarah - darah seorang perempuan membunuh kelemahan dan merampas kekuatan Tuhan sehingga mampu terus beranak meskipun hanya sarungku yang aku lemparkan saat dirimu tidur.
Bukan soal sarung atau isi yang terselip di sana melainkan karena rahimmu adalah humus kesuburan cinta yang lebih subur dari tanaman pegunungan.
Ini sungguh memalukan. Begitu berdarah - darah seorang perempuan membunuh kelemahan dan merampas kekuatan Tuhan sehingga mampu terus beranak meskipun hanya sarungku yang aku lemparkan saat dirimu tidur.
Bukan soal sarung atau isi yang terselip di sana melainkan karena rahimmu adalah humus kesuburan cinta yang lebih subur dari tanaman pegunungan.
Aku mencintaimu, bahkan sepasang
payudaramu melepaskan rasa malu, bergetar, berubah jadi petir dan
gelegar guntur, sebilah pedang, dan badai pasir yang hebat kemudian
menjelma menjadi oase di kekeringanku sehingga aku meneguk kesegaranmu
hingga berabad - abad. Bahkan aku lungkruh tanpamu
No comments: