PSKQ Modern, 19 November 2014
Hafidz Usman bernama asli Usman ibn Ali, lahir di Asitanah, Istanbul tahun 1052 H/1642 M. Sejak masa mudanya ia hafal Al-Qur’an, oleh karena itu orang menjulukinya al-Hafidz (penghafal). Ia sendiri suka menulis di akhir karyanya secara lengkap Al-hafidz Al-Qur’an. Seperti tampak pada kaligrafer lain periode Usmaniyah, Hafidz menekuni gaya Tsulus dan Naskhi. Kejeniusannya menulis dua gaya ini tampak pada karyanya. Hilyah (sebuah deskripsi tentang Nabi Muhammad saw), tahun 1691-1692 M. Para sejarawan dan kaligrafer setelahnya menjulukinya sebagai Al-Ustadz Al-Kull (guru keseluruhan). Ia juga dijuluki sebagai “Syaikh Hamdullah ketiga,” setelah sang gurunya, Darwisy Ali (wafat 1086 H), sebagai rangking kedua.
Hafidz berjumpa dengan Wazir Musthafa Pasha yang mengasuhnya beberapa
waktu dan mencintainya karena tampak padanya bakat menulis indah yang
luar biasa. Ia mendapat ijazah ta’lim al-khat dalam usia yang relatif
muda yaitu 18 tahun dan kebanyakan orang menilainya belum memadai
untukmencapai target yang paling bagus, sehingga terpikir olehnya untuk
mencoba-coba meniru gaya Hamdullah Al-Amasi. Akhirnya ia berguru kepada
Ismail yang melatihnya terus dan mempercantik hasil bakat yang
dimilikinya. Tidak lama setelah itu, Hafidz pun menjadi terkenal
diantara orang-orang seangkatannya, bahkan sanggup menyaingi seluruh
kaligrafer yang ada. Untuk itu, Ismail Affandi yang dikenal dengan Agha
Qabuli, salah seorang kaligrafer kenamaan, memberikan
komentar:“Sesungguhnya selama kami membentuk pribadi-pribadi yang ideal,
tidak mndapatkan orang yang paling berhak menerima gelar khattat secara
mutlak kecuali Maulana Usman.”
Hafidz menulis enam hari dalam seminggu dan istirahat pada hari Jum’at. Diriwayatkan bahwa Hafidz mengkhususkan hari Ahad untuk mengajar kaligrafi secara gratis kepada orang-orang yang tidak mampu, sementara hari rabu ia mengajar orang-orang kaya. Ia menulis 25 mushaf Al-Qur’an dan inskripsi-inskripsi lain yang tersebar dimana-mana, yang sebagiannya dihimpun dalam sebuah lukisan matahari, menyebar ke wilayah-wilayah Islam dalam bentuk cetakan berjumlah ratusan ribu eksemplar dan ditiru oleh para guru dan kaligrafer yang tak terbilang hitungannya. Sebagian mushaf dan karya kaligrafinya kini tersimpan di Universitas Aya Sofia, Perpustakaan Universitas Nur Usmaniyah dan Perpustakaan Nuruddin Bek Musthafa, Kairo. Hafidz terpilih menjadi guru kaligrafi dua sultan Usmaniyah, Ahmad Khan II (1691-1695 M) dan Musthafa Khan II (1695-1703 M).
Pada akhir hayatnya, Hafidz dikenal sakit lumpuh, kemudian sembuh dan kembali berkhidmat pada tugasnya yang mulia itu. Itu pun tidak sampai tiga tahun, dan ia meninggal ketika bersembahyang Isya’, tahun 1110 H/1698 M. Dimakamkan di Rabath (makam Musthafa Pasha) setelah bertabur debu pengalaman selama 40 tahun mengajar kaligrafi.
Hafidz menulis enam hari dalam seminggu dan istirahat pada hari Jum’at. Diriwayatkan bahwa Hafidz mengkhususkan hari Ahad untuk mengajar kaligrafi secara gratis kepada orang-orang yang tidak mampu, sementara hari rabu ia mengajar orang-orang kaya. Ia menulis 25 mushaf Al-Qur’an dan inskripsi-inskripsi lain yang tersebar dimana-mana, yang sebagiannya dihimpun dalam sebuah lukisan matahari, menyebar ke wilayah-wilayah Islam dalam bentuk cetakan berjumlah ratusan ribu eksemplar dan ditiru oleh para guru dan kaligrafer yang tak terbilang hitungannya. Sebagian mushaf dan karya kaligrafinya kini tersimpan di Universitas Aya Sofia, Perpustakaan Universitas Nur Usmaniyah dan Perpustakaan Nuruddin Bek Musthafa, Kairo. Hafidz terpilih menjadi guru kaligrafi dua sultan Usmaniyah, Ahmad Khan II (1691-1695 M) dan Musthafa Khan II (1695-1703 M).
Pada akhir hayatnya, Hafidz dikenal sakit lumpuh, kemudian sembuh dan kembali berkhidmat pada tugasnya yang mulia itu. Itu pun tidak sampai tiga tahun, dan ia meninggal ketika bersembahyang Isya’, tahun 1110 H/1698 M. Dimakamkan di Rabath (makam Musthafa Pasha) setelah bertabur debu pengalaman selama 40 tahun mengajar kaligrafi.
No comments: